NovelToon NovelToon
Dinikahi Suami Kembaranku

Dinikahi Suami Kembaranku

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Pengantin Pengganti
Popularitas:39.2k
Nilai: 5
Nama Author: Misstie

Syima dan Syama adalah kembar identik dengan kepribadian yang bertolak belakang. Syama feminim, sementara Syima dikenal sebagai gadis tomboy yang suka melanggar aturan dan kurang berprestasi akademik.

Hari pernikahan berubah menjadi mimpi buruk, saat Syama tiba-tiba menghilang, meninggalkan surat permintaan maaf. Resepsi mewah yang sudah dipersiapkan dan mengundang pejabat negara termasuk presiden, membuat keluarga kedua belah pihak panik. Demi menjaga nama baik, orang tua memutuskan Devanka menikahi Syima sebagai penggantinya.

Syima yang awalnya menolak akhirnya luluh melihat karena kasihan pada kedua orang tuanya. Pernikahan pun dilaksanakan, Devan dan Syima menjalani pernikahan yang sebenarnya.

Namun tiba-tiba Syama kembali dengan membawa sebuah alasan kenapa dia pergi dan kini Syama meminta Devanka kembali padanya.

Apa yang dilakukan Syima dalam mempertahankan rumah tangganya? Atau ia akan kembali mengalah pada kembarannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misstie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terpeleset

Di parkiran kampus, Devanka berdiri bersandar pada mobilnya. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul lima lewat lima belas. Wajahnya tenang, tapi matanya jelas menyimpan kekhawatiran dan rasa kesal yang ditahan.

Begitu melihat Syima berlari dari arah gedung organisasi dengan napas terengah, dia menarik napas panjang. Ada rasa lega di hati melihat Syima baik-baik saja.

"Maaf! Maaf banget!" Syima berlari sambil ngos-ngosan. "Tadi aku di basecamp lagi rapat. Ponselnya di getar, jadi aku gak tahu Mas nelepon," jawab Syima diselingi tawa kecil, berusaha santai.

"Masuk buruan," potong Devanka dingin, seraya masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.

"Iya." Suara Syima terdengar lesu.

Tanpa basa-basi Syima langsung menurut, buru-buru membuka pintu dan duduk di kursi penumpang.

Perjalanan pulang jadi hening. Devanka sesekali melirik Syima lewat sudut matanya, terlihat istrinya itu seperti orang yang terkena ambeien, duduknya terlihat begitu gelisah.

"Umm... makasih ya udah jemput," Syima mencoba membuka obrolan.

"Hmm..." jawab Devanka singkat.

Mobil melaju dalam diam. Devanka menatap lurus ke depan, ekspresinya dingin, sementara Syima sibuk memainkan jari-jarinya, mencoba pura-pura santai.

Hingga akhirnya Devanka bersuara, suaranya pelan tapi tegas. "Syima... lain kali kalau memang ada keperluan, setidaknya beri kabar. Aku khawatir."

Syima mengangguk lemah, mengakui kesalahannya. Mereka berdua kembali hening hingga tiba di rumah. Begitu mobil berhenti, Syima langsung turun tanpa bicara sepatah kata pun. Dia langsung

berlari masuk ke dalam rumah, meninggalkan Devanka yang masih duduk di mobil sambil menghela napas panjang.

Di dalam rumah Syima melirik sekilas Devanka yang turun dari mobil.

"Fiuh... selamat deh," desis Syima pelan sambil menutup pintu kamar. "Mending sekarang mandi dulu deh, biar segar."

Dengan penuh semangat, Syima masuk kamar mandi. Dia bersenandung kecil sambil menyalakan shower, airnya mengalir cukup deras hingga lantai cepat menjadi becek

"Ah, enaknyaaa! Habis kuis, habis diomelin, mandi tuh surga banget!" serunya girang sambil memejamkan mata menikmati air hangat.

Tapi kesenangan itu hanya bertahan sebentar. Begitu Syima hendak mengambil sabun kakinya terpeleset karena licin.

“AAAKH!”

GUBRAK!

Tubuhnya jatuh terduduk keras di lantai keramik. Pinggulnya sakit, air shower masih menyembur ke segala arah membuat lantai semakin becek.

"Aduh aduh aduh! Sakit banget!" jeritnya panik. Syima berusaha bangkit, tapi begitu mencoba berdiri, pergelangan kakinya terasa sangat sakit dan tidak bisa menahan beban tubuhnya.

"HELP!" teriaknya keras.

Bi Yanti yang kebetulan sedang merapikan baju yang sudah di setrika ke dalam lemari di kamar, langsung berlari mendengar jeritan Syima. "Astaghfirullah, Non Syima! Ada apa?" tanya Bi Yanti panik dari luar pintu kamar mandi.

"Bi Yanti... tolong! Aku jatuh, susah bangun. Tolong bantuin!" pinta Syima setengah berteriak sambil menahan sakit.

Devanka yang mendengar keributan dari ruang tamu langsung berlari ke kamar. Melihat Bi Yanti berdiri bingung di depan pintu kamar mandi, dia bertanya dengan nada waspada, "Ada apa, Bi?"

"Itu... Nona Syima jatuh di kamar mandi, Pak. Katanya susah bangun," jawab Bi Yanti dengan wajah khawatir.

Tanpa berpikir panjang, Devanka langsung memutar gagang pintu kamar mandi.

"Tunggu, jangan—" teriak Syima dari dalam, tapi sudah terlambat.

Begitu pintu terbuka, pemandangan yang tidak terduga membuat Devanka membeku sesaat. Di sana Syima duduk di lantai kamar mandi, tubuhnya tanpa sehelai benang pun, basah kuyup dengan rambut menempel di bahu dan wajahnya merah menahan sakit dan bibirnya terdengar meringis lirih.

Detik itu juga Devanka langsung membalik badannya dengan cepat, napasnya berat, rahangnya mengeras. Jantungnya berdegup kencang.

"Bi Yanti, ambil handuk! Cepat!" perintahnya dengan suara parau, masih membelakangi kamar mandi.

"A-ah iya, Pak!" Bi Yanti buru-buru mengambil handuk besar dari rak, lalu masuk dan membalut tubuh Syima dengan cekatan.

Punggung Devanka kaku membelakangi Syima. "Bi Yanti urus dulu. Saya tunggu di luar. Nanti kalau butuh bantuan panggil saya," katanya cepat, langsung keluar kamar mandi tanpa menoleh lagi.

Syima hanya bisa ternganga, wajahnya panas padahal tubuhnya menggigil.

"Ya ampun... tadi dia sempat lihat nggak, sih?!!" batinnya.

Bi Yanti berjongkok membalut tubuh Syima dengan handuk, lalu mencoba membantu Syima berdiri. "Pelan-pelan, Non. Pegangan sama saya, ayo…”

Syima merintih. Begitu mencoba menginjakkan kaki kanan, terdengar suara gemeretak di bagian pergelangan kaki, membuat rasa sakit semakin menusuk sampai ke betis. “Aduh! Nggak bisa, Bi… sakit banget. Kayaknya keseleo parah,” keluhnya dengan wajah meringis.

Bi Yanti kebingungan. Handuk sudah menutupi tubuh Syima, tapi jelas dia tidak bisa menopangnya sendirian. Matanya melirik ke luar kamar mandi.

"Non, tunggu sebentar di sini ya. Saya panggil bapak dulu."

"Jangan, Bi," seru Syima secepat kilat, tangannya menarik ujung daster Bi Yanti yang hendak berdiri. "Aku bisa kok," jawabnya berusaha tenang.

"Bisa gimana? Barusan aja kedengaran tulangnya kaya retak gitu. Sebentar aja tungguin, Non."

"Aku malu, Bi," lirih Syima, membuat Bi Yanti tertawa mendengarnya, lalu berdiri.

"Aneh... masa sama suami sendiri malu. Gak usah malu, lagian kan udah sama-sama tahu," ucap Bi Yanti dengan nada sedikit menggoda.

Wajah Syima berubah merah padam, dia telah pasrah memandangi Bi Yanti yang sudah tidak bisa dicegah berjalan keluar kamar mandi.

Di luar Devanka yang sejak tadi duduk di sofa kamar dengan tubuh kaku, wajah menunduk, mencoba menahan diri. Akhirnya Devanka mendongak, matanya beradu sebentar dengan Bi Yanti.

"Pak…" panggil Bi Yanti ragu. "Saya nggak kuat angkat Non Syima. Bisa tolong bantu…?"

Devanka menghela napas panjang. Rahangnya mengeras, tapi dia bangkit. "Baik."

Langkahnya mantap masuk kamar mandi, dan mendekati Syima yang langsung panik, wajahnya merah padam. "Eh, t-tunggu! Jangan, Mas! Aku bisa—"

"Bisa apanya?" potong Devanka singkat, tatapannya serius, suaranya parau. "Kamu bahkan berdiri aja nggak kuat."

Syima terdiam, bibirnya bergetar. Pipinya panas, bukan hanya karena uap mandi, tapi juga karena malu.

Dengan sekali gerakan, Devanka menunduk, menyelipkan satu tangan ke bawah lutut Syima dan satu lagi di punggungnya. Tanpa kesulitan, dia mengangkat tubuh istrinya keluar dari kamar mandi.

"Mas... aku berat, turunin aja. Lagian aku masih basah begini," protes Syima dengan suara kecil, berusaha menyembunyikan wajahnya di dada Devanka.

Devanka tidak menjawab. Dia hanya fokus melangkah menuju tempat tidur, berusaha mengabaikan kehangatan tubuh mungil yang kini dalam gendongnya, meski jantungnya berdebar tidak karuan.

"Taruh di tempat tidur saja, Pak," saran Bi Yanti sambil merapikan sprei.

Devanka mengangguk dan menurunkan Syima dengan hati-hati di atas kasur, lalu mundur beberapa langkah sambil menarik napas dalam. "Ganti baju dulu. Kakinya jangan digerakan dulu. Nanti aku panggil dokter."

"Bi, tolong bantu ganti pakaian. Saya ambil obat pereda nyeri dulu," kata Devanka sambil berjalan keluar kamar, tanpa berani menoleh lagi.

"Iya, Pak," jawab Bi Yanti yang sudah menyiapkan piyama untuk Syima.

Syima menatap punggung Devanka yang menjauh dengan perasaan campur aduk. Jantungnya masih berdetak kencang, antara malu, sakit, dan perasaan aneh yang tidak bisa dia definisikan. Yang pasti, wajahnya sekarang pasti merah seperti kepiting rebus.

Kini Syima hanya bisa pasrah sambil meringis menahan sakit di kakinya, bercampur dengan rasa malu yang luar biasa.

"Kayanya ini karma bikin suami nunggu sejam lebih," ucapnya dalam hati.

1
Ibvundazaky Ibundazaky
lanjut thorr👍👍
muznah jenong
lanjut Thor 👍💗💗💗
sherly poerwaningsih
apa syama salah satu korban kasus satria ya
muznah jenong
kejutan apa lagi ini Thor...
muznah jenong
bodoh amat dgn penyakit syama .... Devan terlalu ikut campur.... biarkan urusan orang tuanya.... lanjut Thor 👍👍👍🙏🙏🙏
Linda Wulandari
seagresip apapun wanita lain jika suami ga ngerespon ya ga bkl ad clh buat plakor masuk dlm rmh tangga kta tpi klw suaminya ga tegas sma di hti nya msh ad rsa iba ke mantan ya itu artinya devan msh ad rsa ke syama. berkali kli di bohongin skt tau 🤭🤭 se bodoh bodoh nya istri klw di bohongin mlu psti ad rsa kcwa
Linda Wulandari: tampilin orng baru dong yg buat devan cemburu buat devan tegas jga ama sikap ke syama. giliran syima dpt perhatian dri orng lain yg buat devan cemburu trkadang istri klw dah bnr bnr kcwa sma suami bukan mikirin cinta yg ad cmn mikirin status ank biar pnya bpa
total 1 replies
Maemanah
lanjut thor ♥️♥️♥️👍👍👍
muznah jenong
Devan gak bisa. dipercaya.terlalu lemah.....💗💗💗
muznah jenong
lanjut Thor 👍👍👍💗💗💗
Maemanah: semangat thor...💪💪💪♥️♥️♥️
total 1 replies
Maemanah
semangat thor 👍👍💪💪💪. lanjut ♥️♥️♥️♥️
muznah jenong
bagus syima biar tau rasa syama.... bibit PELAKOR... lanjut 👍👍👍👍💗💗💗💗
Maemanah
tinggalin aja...laki2 plinplan...semangat thor 💪💪💪🙏🙏🙏♥️♥️♥️
Fitri
pergi jauh itu yang terbaik
dwi ka
Setuju bgt, mendingan syima devan cerai aja.. Tu ortunya syama jg gak bisa nasehatin anaknya apa biar gak kyk jalang ?!
najiiss jijik bgt liat syama!!
sherly poerwaningsih
sad ending dong buat syima/Cry/
sherly poerwaningsih
berarti bakalan nikah sm shama ya thor devankanya
Natasya
👍
muznah jenong
aduh Thor sedih banget /Sob//Sob//Sob/👍👍👍👍💗💗💗
Maemanah
jangan di maafkan lagi syma ....biar menjadi pelajaran utk devan...lanjut 👍👍👍♥️♥️♥️
Maemanah
devan..itu memang pantas kau dapatkan ...beri Dia pelajaran sampai dia ingat walau dlm kehidupannya yg akan datang...lanjut 🙏🙏♥️♥️👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!