Genre : Action, Adventure, Fantasi, Reinkarnasi
Status : Season 1 — Ongoing
Kekacauan besar melanda seluruh benua selatan hingga menyebabkan peperangan. Semua ras yang ada di dunia bersatu teguh demi melawan iblis yang ingin menguasai dunia ini. Oleh karena itu, terjadilah perang yang panjang.
Pertarungan antara Ratu Iblis dan Pahlawan pun terjadi dan tidak dapat dihindari. Pertarungan mereka bertahan selama tujuh jam hingga Pahlawan berhasil dikalahkan.
Meski berhasil dikalahkan, namun tetap pahlawan yang menggenggam kemenangan. Itu karena Ratu Iblis telah mengalami hal yang sangat buruk, yaitu pengkhianatan.
Ratu Iblis mati dibunuh oleh bawahannya sendiri, apalagi dia adalah salah satu dari 4 Order yang dia percayai. Dia mati dan meninggalkan penyesalan yang dalam. Namun, kematian itu ternyata bukanlah akhir dari perjalanannya.
Dia bereinkarnasi ke masa depan dan menjadi manusia!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Watashi Monarch, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Interogasi Instruktur Dio
Sambil memasang ekspresi wajah marah, Alexia berjalan menuju asrama instruktur di bagian timur kediaman. Hari sudah malam, tapi masih banyak pelayan berjalan-jalan.
"Nona Alexia mau pergi ke mana malam-malam begini?"
"K-kenapa ekspresi nona Alexia sedikit menakutkan, ya?"
Itu menjadi pertanyaan besar di benak setiap pelayan.
Alexia jarang keluar dari kamar jika tidak ada hal penting yang harus dilakukan. Namun malam ini mereka melihat dia keluar, jadi wajar kalau mereka merasa kebingungan.
'Sepertinya aku memerlukan bantuannya.' pikir Alexia.
Saat mencapai persimpangan, Alexia berhenti sesaat. Ia menoleh ke asrama instruktur di timur dan pergi ke arah sebaliknya. Entah hal apa yang ingin dia lakukan di sana.
Hana yang mengikutinya pun berhenti dan berkata,
"Kenapa nona Alexia pergi ke asrama pelayan?"
Sebelum pergi ke tempat Instruktur Dio, Alexia berbelok ke asrama pelayan dan bergerak menuju ke kamar yang ada di ujung. Kamar yang disiapkan untuk pelayan baru.
Di dalam kamar, seorang gadis menghela napas lelah.
"Sampai kapan aku harus berada di sini?" kata Mita dan menoleh ke arah jendela. "Apa aku kabur saja dari sini?"
Sebagai ganti tidak dibunuh, Mita harus menjadi pelayan keluarga Swan. Dia tidak tahu sampai kapan dia bekerja untuknya, tapi Mita sungguh tidak ingin tinggal di sana.
Mita memiliki keinginan untuk kabur, tapi ancaman yang dia terima dari Alexia dan Siria membuatnya berpikir dua kali sebelum bertindak. Apalagi, dia tidak bisa membuat seluruh keluarga Swan menjadi musuh bagi keluarganya.
"Jika aku meminta tolong pada sepupuku, aku mungkin bisa keluar dari sini, tapi... sebisa mungkin aku harus—!?"
Pintunya tiba-tiba dibuka paksa hingga mengejutkannya.
"N-nona Alexia?" ucap Mita setelah melihat sosoknya.
'A-apakah nona Alexia barusan mendengar apa yang aku katakan?! Sepertinya dia mendengarnya!' batinnya, panik.
Ekspresinya yang menakutkan membuat Mita ketakutan dan tanpa basa-basi langsung menyangkal rencananya.
"A-aku hanya bercanda saat bilang ingin kabur dari sini, j-jadi jangan membunuhku. Aku akan diam saja dan—!?"
Dia berhenti bicara ketika Alexia memegang tangannya.
"Cepat ikut denganku. Aku butuh sihir penghalangmu."
Mita memiringkan kepalanya, bingung.
Tanpa basa-basi, Alexia langsung menariknya pergi.
"Eh? T-tunggu, biar aku ambil tongkat sihirku dulu!"
Jarak antara asrama instruktur dan pelayan tidak terlalu jauh jika lewat taman bunga, jadi Alexia bisa tiba di sana lebih cepat. Apalagi, tidak ada orang di sekeliling taman, yang membuat Alexia terselamatkan dari gosip pelayan.
Brakk
Alexia membanting pintu asrama dengan cukup keras.
"Eh?! N-nona Alexia? Kenapa anda malam-malam ...?"
Seorang wanita paruh baya berkacamata, yang sedang membaca buku bertanya, tapi Alexia mengabaikannya.
"Kenapa nona Alexia terlihat sangat marah, ya?"
Wanita tersebut melihat ke arah Siria dan Mita yang ikut di belakangnya, dan dia berpikir bahwa dia ingin bertemu dengan instruktur untuk membahas latihan sebelumnya.
"Tidak, tunggu. Bukankah nona Alexia sedang sakit?"
Dia langsung menerobos masuk ke asrama tanpa bicara pada pengurusnya. Alexia buru-buru naik ke lantai dua dan menuju ke kamar instruktur Dio yang ada di ujung.
Saat sampai di depan kamarnya, Alexia terdiam sesaat.
Hana yang mengikutinya segera mendekat dan berkata,
"N-nona Alexia, tolong kendalikan emosi anda. Jika anda membuat keributan di sini, anda akan mendapat masa—"
"Diam," kata Alexia dengan nada rendah hingga membuat Hana terdiam. "Aku tidak bertanya maupun menyuruhmu untuk bicara, jadi tutup mulutmu itu! Apa kau mengerti?!"
Alexia menoleh ke arahnya, dan Hana pun tersentak.
Matanya merah menyala seperti hewan pemangsa yang haus darah. Hana gemetar ketakutan dan menunduk ke bawah, tidak memiliki keberanian lagi untuk melihatnya.
Bukan hanya Hana, tapi Mita yang ikut juga ketakutan.
"Untuk itulah aku mengajak gadis ini." kata Alexia sambil menunjuk ke arah Mita. "Jadi, kamu tidak perlu khawatir."
"B-baik, nona Alexia. M-maaf... atas kelancangan saya."
Alexia memalingkan wajah dan mengulurkan tangannya.
"Cepat gunakan sihir penghalangmu di ruangan ini."
"B-baik, nona Alexia." jawab Mita dan menyiapkannya.
Brakkk
Tanpa banyak bicara lagi, Alexia membanting pintu dan masuk. Di dalam, dia melihat instruktur Dio yang sedang membersihkan pedangnya menoleh, tampak keheranan.
"Nona Alexia?" instruktur Dio menoleh ke arah Hana yang menunduk dan mengalihkan pandangannya lagi ke arah Alexia. "A-ada perlu apa anda datang ke sini malam hari?"
'Bukankah dia seharusnya berbaring kesakitan di kasur?' pikir instruktur Dio sambil mengerutkan keningnya. 'Tapi kenapa dia bisa ada di sini dan dalam keadaan sehat ...?'
Instruktur Dio ingat bahwa Feyn pernah bilang jika putri kedua, Alexia adalah target pembunuhannya. Dia bahkan memberikan racun mematikan yang sulit disembuhkan.
Namun, bagaimana dia terlihat baik-baik saja?
Kemunculannya di sini bahkan memberikan tanda tanya.
Alexia yang berjalan ke arahnya tanpa bicara membuat instruktur Dio merasa janggal dan langsung berhati-hati.
Dia berdiri dan berkata, "Ini sudah larut malam, jadi saya sarankan besok saja jika anda membutuhkan sesuatu—!"
Alexia berhenti dan langsung meraih lehernya.
"N-nona Alexia ...?" ucapnya dengan lirih.
'A-ada apa ini?!' batin instruktur Dio, bingung.
Meskipun dia jarang bertemu, tapi instruktur Dio sangat yakin bahwa Alexia itu lemah. Gadis yang sakit-sakitan dan tidak pernah terlihat di depan publik ternyata punya kekuatan sebesar ini, tentu saja tak ada yang menduga.
'Kenapa... kenapa dia punya kekuatan sebesar ini?' batin instruktur Dio dan meremas tangan Alexia dengan kuat.
Dia merintih kesakitan dan berusaha untuk melepaskan diri, namun Alexia justru mencekiknya lebih kuat. Hana bahkan tidak bisa melakukan apapun selain menunduk.
"Katakan, di mana kakak berada?" tanya Alexia.
Setelah pertanyaan itu diajukan, instruktur Dio tersentak.
'B-bagaimana dia bisa tahu?!' pikirnya, sangat terkejut.
Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban, Alexia pun melemparnya. Dinding kamarnya tidak hancur, tapi otot punggung dan tulangnya terasa sakit seperti di hantam.
"Biar aku ganti pertanyaannya. Ke mana kau membawa kakak pergi?" Alexia mengambil pedang yang tergeletak di atas lantai dan berjalan ke arah instruktur Dio berada.
Cough!
"S-saya benar-benar tidak tahu apa yang anda—"
Alexia menginjaknya dengan kuat hingga instruktur Dio muntah darah. Dia mengayunkan pedang ke kepalanya dan berkata, "Apa kau pikir aku sedang bercanda di sini?"
"Kalau kau berpikir seperti itu, maka kau salah." lanjutnya.
Tidak butuh waktu lama, Alexia menjatuhkan pedangnya dan memotong dua jari tangan instruktur Dio. Rasa sakit seperti terbakar membuatnya langsung berteriak keras.
"AHHHHH!"
Hana sering melihat darah, tapi kali ini dia benar-benar ketakutan. Mita yang melihat dari luar pun tidak berani untuk masuk sebelum Alexia memberikannya perintah.
Instruktur Dio berpikir bahwa jeritannya yang keras akan didengar oleh orang, tapi kenyataannya, tidak ada orang yang datang. Seluruh ruangan tampak sunyi dan hening.
'A-ada apa ini? Kenapa tidak ada yang datang?' pikirnya.
Teriakan dan suara keributan seharusnya sudah cukup untuk menarik perhatian orang-orang di asrama, namun tidak ada yang menghampirinya. Seakan tidak ada satu orangpun di dalam asrama termasuk pengurus asrama.
"Apa kau berharap seseorang akan datang?" tanya Alexia sambil merengut marah. "Maaf mengecewakanmu, tapi harapanmu itu tidak akan pernah terkabul. Sekarang, di kamar ini terpasang sihir penghalang ruang yang besar."
"S-sihir penghalang ruang?!" instruktur Dio mengulangi.
Tak lama kemudian, seseorang melangkah masuk dan membuat instruktur Dio terdiam. Seorang gadis yang mengenakan piyama sambil memegang tongkat sihir.
Instruktur Dio yang mengenalinya langsung berkata,
"B-bukankah kau penyihir yang selalu bersama dua orang berjubah aneh itu? K-kenapa kau bisa berada di sini ...?!"
Mita hanya bisa terdiam dan tidak ingin menjawabnya.
"Cukup basa-basinya!" Alexia menarik rambutnya dengan kuat. "Cepat katakan, di mana kakakku sekarang berada?"