NovelToon NovelToon
Melihat Kematian Dari Cermin

Melihat Kematian Dari Cermin

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Mata Batin / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: ERiyy Alma

Nafisa, gadis istimewa yang terlahir dari seorang ibu yang memiliki kemampuan istimewa. Tumbuh menjadi gadis suram karena kemampuan aneh yang dimiliki.

Melihat tanda kematian lewat pantulan cermin, membuatnya enggan bercermin seumur hidupnya. Suatu ketika ia terpaksa harus berdamai dengan keadaannya sendiri, perlahan ia mulai berubah. Dengan bantuan sang sahabat, ia menolong orang-orang yang memiliki tanda kematian itu sendiri.

Simak kisah menarik Nafisa, kisah persahabatan dan cinta, juga perjuangan seorang gadis menerima takdirnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ERiyy Alma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cermin 3

Di depan SMA Lentera Bangsa, seorang gadis berdiri ragu-ragu. Disaat teman-teman lainnya berlarian melewati gerbang sebab bel masuk sekolah hampir berbunyi, gadis itu justru sibuk membuka dan menutup kembali botol bedak bayi di tangannya, bedak yang dibelinya beberapa saat lalu.

Nafisa putri celine, gadis yang sebenarnya cantik itu terus memikirkan ucapan ibunya. Bagaimanapun juga, Fisa tak ingin kejadian di sekolahnya dulu terulang kembali, karena itu ia memutuskan membeli bedak dan parfum dalam perjalanan ke sekolah tadi, tapi karena kurangnya pengalaman ia berakhir membeli bedak bayi dengan aroma jeruk dan parfum bayi juga. 

“Ah, masa bodoh,” ujarnya menaburkan bedak di tangan, lantas mengusapnya asal di wajah. Ia tak peduli apakah riasan darurat ini sudah terlihat pantas atau tidak, yang terpenting baginya adalah sudah berusaha. Setelah itu ia menyemprotkan parfum di tubuhnya lalu melenggang masuk ke dalam gerbang sekolah. 

“Hey tunggu, Nak. Kenapa kenapa kamu terlambat?” 

Fisa belum mendengar bunyi bel, tapi guru paruh baya itu mengatakan jika dirinya terlambat. Saat itu beberapa siswa lain berjalan mengendap di belakang Fisa. 

“Hey hey, kalian ke sini. Jangan kira bapak sudah tua nggak bisa lihat kalian ya, ayo berdiri semua, berbaris yang rapi!” titah guru berkacamata itu. Beliau memukul-mukul lantai paving menggunakan penggaris papan tulis jadul, berjalan mondar mandir di depan para siswanya. 

“Yaah, Pak Anam kan belum bel juga, masih ada satu menit lagi Pak, jangan terlalu ketat lah Pak,” rengek salah satu siswa. Tapi pak Anam justru memperkuat ketukan penggaris kayunya, hal itu membuat murid-muridnya terdiam. Setelah dirasa para muridnya pasrah beliau lantas melihat satu persatu name tag dan mulai mencatat nama mereka. 

“Ini, kemana tanda pengenalmu?” tanya beliau begitu sampai giliran Fisa. 

“Maaf Pak tapi saya anak baru,” jawab Fisa tak berani menatap wajah guru yang menurutnya garang itu. 

“Oh, kamu yang katanya keponakannya pak Dewa itu ya?” 

Fisa mengangguk, ia melihat wajah pak Anam bagai gunung es yang tiba-tiba mencair, kumis tebal di atas bibirnya tertarik bersama dengan senyuman yang semakin lama semakin lebar. 

“Baiklah, kamu boleh pergi. Tapi Nak, ada apa dengan wajahmu?” Pak Anam menaik turunkan gagang kacamatanya, seolah ingin melihat lebih jelas wajah murid baru itu. 

Fisa meraba-raba wajahnya sendiri, para siswa yang berbaris di sampingnya pun reflek menertawakannya. Fisa heran, tapi karena pak Anam lebih tertarik pada tawa pecah para siswa di sampingnya, Fisa pun memilih segera pergi dari tempat itu. Tujuannya kini adalah kantor guru.

Di sana ia bertemu dengan seorang guru wanita yang mengaku bernama Bu Anita, beliau memberinya name tag pelajar dan beberapa buku paket, setelah itu mengantar Fisa ke kelas. Kelas Fisa berada di lantai dua, tepat di samping gudang. Fisa dapat merasakan aura tak nyaman saat harus melewati gudang yang menurut bu Anita dulunya adalah kelas yang tak terpakai.  

“Selamat pagi anak-anak, ayo diam dulu! pagi ini kita kedatangan murid baru. Fisa masuklah!” titah bu Anita yang telah lebih dulu masuk ke dalam kelas.

Fisa mengikuti instruksi beliau, saat itu seisi kelas menertawakannya, bahkan bu Anita sendiri terlihat kesulitan menahan tawa. Namun, beliau segera mampu mengatasi suasana hatinya dan meminta murid-muridnya untuk diam. 

“Fisa perkenalkan dirimu!” 

Fisa menarik satu nafas panjang, ditatapnya wajah-wajah asing di depan mata, ia sedikit grogi tapi tekad di hatinya mengatakan jika ia pasti bisa. “Hallo semua, perkenalkan nama aku Nafisa putri celine, tapi kalian bisa memanggilku Fisa. Salam kenal semuanya dan semoga kedepannya kita bisa akur.” 

Bu Anita mengajak para siswa bertepuk tangan, setelah itu menunjuk satu bangku kosong di belakang dan meminta Fisa duduk di sana. Namun, sebelum itu beliau sempatkan berbisik di samping Fisa, meminta gadis itu segera membenahi riasannya.

“Baiklah Fisa, kamu boleh duduk. Nikmati hari pertamamu ya,” kata beliau lagi sebelum benar-benar pergi. Nafisa mengangguk kaku lalu berjalan menuju bangkunya. 

“Hey anak baru, riasan macam apa itu?” tanya seorang siswa bernama Jefri, siswa bertubuh gendut itu meringis menampilkan deretan giginya yang berantakan. Dia datang bersama kedua temannya, mereka tertawa cekikikan di depan bangku Fisa. Fisa mengabaikan ketiganya, memilih membuka buku paket yang baru diterimanya dari bu Anita tadi. 

“Ih sombongnya, nama kamu tadi siapa? Na-fi-sa,” katanya mengeja name tag di seragam Fisa. 

“Nafisa, di rumahmu ada cermin nggak?” Kali ini siswa bertubuh cungkring yang bertanya, mendengar hal itu hampir seluruh kelas menertawakannya. 

“Punya otak dipakai, Tolol! udah jelas wajahnya cemong gitu ya artinya dia nggak punya cermin. Hey Nafisa, mau abang beliin nggak?” tanya si gendut Jefri lagi, ketiganya lantas kembali cekikikan seolah menggoda Fisa adalah hal baru yang menyenangkan. 

“Bos, kayaknya dia sariawan deh,” seloroh Arman—siswa berkacamata. Satu-satunya yang paling pintar diantara ketiga temannya itu, tapi sayang dia malas. 

“Tau dari mana?” Jefri merangkul pundak temannya itu, sambil sesekali melirik ke arah Fisa. 

“Lah buktinya dia diam saja dari tadi, ha ha ha ha.” Mereka tertawa lagi. 

Bagi Fisa kejadian ini rasanya tak asing, candaan-candaan ringan yang semakin lama berkembang menjadi kejahatan. Dulu ia sudah kenyang merasakan hal semacam ini, dan kali ini ia merasa tak boleh hanya diam membiarkan mereka seenaknya sendiri. 

“Boleh pergi nggak? kalian sangat mengganggu,” ungkapnya. 

“Huuuu… takut sekali, dia menakutkan kalau marah.” Jefri berakting ketakutan, meletakkan dua tangan memeluk pundak, persis seperti orang kedinginan. Dua temannya kompak mengikuti gerakannya, mereka terus saja tertawa sambil mengejek Fisa, menjulukinya sebagai donat gula. 

Fisa bersyukur mereka akhirnya pergi, mereka hanya sekedar mengejek, dan sepertinya memang tidak berniat jahat. Mereka bertiga hanya kelompok anak lelaki usil dan suka menggoda cewek hingga menangis, bukan perundung sekolah seperti yang banyak ditemuinya di sekolahnya dulu. 

“Hai Nafisa, salam kenal aku Nuria.” Seorang gadis manis tiba-tiba duduk di depan Fisa, gadis itu mengajaknya berjabat tangan. Fisa menerima uluran tangannya, tersenyum sambil menyebutkan namanya sendiri. “Oh iya jangan diambil hati ucapan mereka, mereka anak-anak nakal di kelas, tapi kalau kita berani bantah mereka bakal takut dan pergi seperti tadi,” sambungnya. 

Fisa mengangguk mengerti, ia lega menyadari keputusannya membantah ucapan ketiga lelaki tadi adalah keputusan yang tepat, dan kedepannya sepertinya ia memang tak boleh hanya diam jika sedang diganggu. 

“Oh iya Fisa, maaf loh kalau aku ngomong gini. Tapi, jujur bedak kamu memang sedikit berantakan, kamu tadi pakai bedak saat wajahmu basah ya?” bisik Nuria lirih. Fisa heran kenapa gadis itu bisa tahu? ia memang sempat mencuci muka tadi sebelum memakai bedak. “Terus, bedak apa yang kamu pakai?” imbuhnya. 

Fisa mengerjap, ia tak mungkin jujur jika memakai bedak bayi. Namun diamnya hanya membuat para gadis di sekitar terus menatapnya, mereka seolah menanti jawaban yang keluar dari mulutnya. 

“Baiklah kalau kamu nggak mau jawab, gak apa-apa, tapi bagaimana kalau aku membantumu merapikan riasanmu, Fisa?” Nuria meraih cermin kecil dari dalam tas, meletakkan benda itu di depan wajah Fisa. Tetapi respon Fisa di luar dugaan nya, gadis itu menjerit dan melempar cerminnya ke lantai, hingga cermin itu pecah berantakan. 

PRANG…

“Aah!!” Para gadis menjerit kaget, seluruh kelas sontak berdiri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Wajah Fisa pucat, responnya memang berlebihan, tapi baru kemarin kejadian yang menewaskan seorang gadis kecil bernama Celine, ia semakin trauma dengan benda kesayangan kaum wanita itu, biarlah orang mengatakan dirinya aneh, nyatanya setrauma itu Fisa dengan cermin kaca. 

“Hey anak baru, apa yang kamu lakukan? Nuria cuma ingin membantumu, kalau kamu nggak mau bilang baik-baik kenapa malah memecahkan cermin kesayangannya,” teriak seorang gadis berambut keriting, ucapannya itu disetujui teman-teman yang lain. 

Fisa tak terlalu mendengarkan ucapan mereka, ia justru sibuk menenangkan dirinya sendiri dari ingatan buruk kemarin siang, Fisa merasa harus pergi ke toilet untuk mengambil air wudhu, ia teringat pesan ayah untuk berwudhu saat mengalami kejadian yang membuat hatinya tak nyaman seperti ini. 

“Fisa, kamu nggak apa-apa?” tanya Nuria saat menyadari gadis di depannya terlihat pucat, Fisa tak menjawab ia memilih pergi begitu saja meninggalkan kelas. 

“Nuria, jangan sabar-sabar deh jadi orang. Kamu berhak marah lo, itu kan cermin kesayanganmu, harusnya gadis itu minta maaf.” 

“Iya, benar kata Lisa, saran kami mending jangan temani si donat gula itu deh, kayaknya dia memang aneh,” sahut gadis lainnya. Nuria tersenyum ramah, ia justru merasa kasihan pada Fisa, ia yakin ada alasan dibalik kelakuan gadis itu. 

"Maaf teman-teman, tapi aku pergi dulu ya. Nanti kalau pak Rafan datang bilang aja masih ke toilet, oke?" katanya berlari mengejar Fisa.

...

1
Heri Wibowo
mungkin Husein cemburu melihat anaknya dekat dengan cowok
ERiyy Alma: Biasa Kak, bapak-bapak posesif ama putrinya. 🤭
total 1 replies
ERiyy Alma
Haloha readers tercinta, mohon maaf untuk hari ini author belum bisa update karena ada acara keluarga mendadak. Insya Allah next ya... makasih 🙏
Heri Wibowo
beruntung Arjuna diasuh di dalam keluarga penyayang.
Heri Wibowo
lanjut kak
Heri Wibowo
lanjut kakak
Heri Wibowo
lanjut kak.
Heri Wibowo
lanjut kakak.
Heri Wibowo
lanjut kak.
Heri Wibowo
takdir kematian sudah ditetapkan, tidak ada satu manusia pun bisa menghindarinya.
ERiyy Alma
Maaf ya agak telat, sudah update dari semalam sebenarnya. Tapi entahlah kenapa bisa baru muncul. 🤭🙏
Heri Wibowo
Terima kasih double update-nya kakak
ERiyy Alma: sama-sama... 😊
total 1 replies
Heri Wibowo
Alhamdulillah Ana bisa diselamatkan
ERiyy Alma
Maaf, untuk bab selanjutnya mungkin agak molor ya. Karena hari ini acara author padat sekali. Tapi, insya Allah next bisa langsung dua bab. hehe 🙏🤭
Heri Wibowo
lanjut kakak.
Heri Wibowo
ditunggu update selanjutnya kakak
Heri Wibowo: oke kakak
ERiyy Alma: Tunggu ya Kak, insya Allah nanti kalau udah longgar bakal update normal, sehari 2x kayak biasa. Beberapa hari ini memang lagi ada acara, jadi padet jadwalnya. Hehe..😅🙏
total 2 replies
Werewolf hayho
Jadi itu yg bkin Alena nakal, hmz..
Heri Wibowo
dibalik kenakalan Alena di sekolah ternyata dia sering mendapatkan kekerasan dari ayahnya
Heri Wibowo
Apa mungkin Hana bisa diselamatkan ya
Heri Wibowo
Iyah gantung, lanjut kakak.
Heri Wibowo
nggak apa-apa Kak yang penting update setiap hari
ERiyy Alma: insya Allah diusahakan Kak... 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!