Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Kesepakatan yang diajukan
Dalam perjalanan menuju rumah Bima tak ada yang bersuara dalam mobil semua orang larut dalam pikiran masing-masing. Kesepakatan mereka tentang pakaian Naira akan secara berangsur dibawa dari kosan.
Sesampainya di rumah Bima Ayah dan Bunda langsung menuju kamar yang ada dilantai bawah. Naira mengamati setiap sudut ruangan. Setelahnya Bima mengajak Naira naik ke lantai 2 menuju kamar Bima. Bima membuka pintu kamarnya kemudian Bima masuk diikuti Naira dari belakang. Kemudian Naira mendudukkan dirinya di sofa
"Naira ada yang ingin mas sampaikan kepada mu, apa kamu punya waktu?".
"Ya mas ada apa?"
Getaran ponsel Bima yang ada di genggaman Bima menghentikan gerakan mulutnya dan menatap layar ponselnya. Bima menunjukkan siapa yang menghubunginya kepada Naira. Naira melihat "Sayang Ririn". Naira terdiam.
Bima sedikit menjauh berjalan menuju arah balkon untuk menerima panggilan.
" Halo Sayang lama banget angkatnya?"
"Ya tadi ada sedikit pekerjaan yang belum selesai. Bagaimana keadaan kamu sayang?".
" Kamu kenapa sayang, semalam aku sidang kamu nggak ada hubungi aku? Kamu masih marah sama aku sayang?".
"Nggak, aku gak marah sama kamu ada hal mendesak yang harus aku lakukan. Nanti kalau aku ke Bandung aku cerita ke kamu". "Gimana hasil sidang kamu?"
"Hasil sidang Alhamdulillah bagus sayang".
"Alhamdulillah selamat ya semoga apa yang kamu cita-citakan segera tercapai, baiklah sayang nanti aku telpon lagi ya".
" Ya sayang "
Bima memutuskan sambungan telepon.
Bima melihat kearah Naira yang masih dalam kebingungan. Kemudian Bima melangkah menuju ke arah Bima.
"Kamu sudah mendengarnya Nai?"
Naira hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Mas mau bertanya, apakah kamu menerima pernikahan ini?"
" Maksud Mas apa?"
"Begini Nai, jujur aja mas sebenarnya gak setuju dengan pernikahan ini, Karena Mas sebenarnya ada pacar".
Naira melihat kearah Bima, seperti ada yang sakit menusuk hatinya.
"Namun karena ada kesalahan yang dibuat oleh pacar Mas, jadi Bunda langsung menjodohkan mas dengan kamu. Mas masih mencintai pacar mas Naira dan mas berharap mas bisa menikahi nya".
"Jadi maksudnya mas mau bagaimana?". Naira bertanya untuk memperjelas sebenarnya apa maunya Bima.
" Mas ingin kita menjalani pernikahan ini seperti biasa tidak ada hubungan diantara kita kecuali didepan orangtua kita harus bersandiwara bahwa kita adalah pasangan yang baik-baik saja. Mas gak akan nuntut Naira menjadi istri yang harus melayani mas, itu gak perlu Naira. Mas hanya ingin kita menjalani hidup kita masing-masing. Kita akan jadi pasangan suami istri bila didepan kedua keluarga kita. Mas minta maaf kepada Naira. Untuk masalah kamar, kamu nggak usah khawatir karena mas sudah persiapkan. Kamar kamu yang paling ujung".
"Untuk sementara ini nunggu Ayah dan Bunda pulang ke Bandung kita bisa disini dulu. Biar mas tidur di sofa aza".
"Sampai kapan kita bersandiwara mas?
"Mas akan usahakan secepatnya, setelah itu kita bisa berpisah?. Kamu gak keberatan kan Naira?. Menurut mas hanya kesepakatan ini yang baik untuk kita berdua tanpa harus mencampuri urusan kita masing-masing.
Kalau masalah beres-beres biar mbak inem yang melakukannya. Mereka tinggal di paviliun sebelah. Kalau kamu mau dimasakin bilang aja sama mbak inem. Gak usah masakin saya karena saya lebih sering makan diluar. Bagaimana Naira apa kamu bisa menerima kesepakatan ini?".
Tanpa berpikir panjang karena hatinya sudah sakit mendengar kesepakatan yang diberikan Bima Naira langsung menjawab,
"Baiklah mas jika memang ini menjadi keputusan yang tepat. Naira akan melakukannya tapi mas jangan terlalu lama meyakinkan Bunda. Naira juga ingin punya kehidupan yang baik mas"
"Ya Nai, mas akan usahakan secepatnya".