NovelToon NovelToon
Sukma Dukun Santet, Dalam Tubuh Detektif Tampan.

Sukma Dukun Santet, Dalam Tubuh Detektif Tampan.

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mata-mata/Agen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Roh Supernatural / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yuni_Hasibuan

Tentang Dukun Santet Legendaris — yang berjaya dalam Mengusir Belanda, Tiga Abad Silam.
Tapi nasibnya berakhir tragis: dibakar hidup-hidup hingga arwahnya gentayangan

Sampai tahun 2025..
Jiwa LANANG JAGAD SEGARA:
tiba-tiba tersedot ke dalam tubuh ADAM SUKMA TANTRA, seorang INTERPOL Jenius, Muda dan Tampan.
Syarat tinggal di tubuh itu: cari dalang di balik pembunuhan Adam.

Maka dimulailah petualangannya menyelidiki kasus-kasus kriminal dengan cara aneh: Lewat Santet, Jimat Ghoib, dan Mantra Terlarang yang tak sesuai zaman. Tapi, justru cara kuno ini paling ampuh dan bikin partnernya cuma bisa terpana.

“Lho, kok jimatku lebih nendang daripada granat?!” — ujar Lanang, si Dukun Gaptek yang kini terjebak dalam lumpur misteri masa lalu.

Sanggupkah ia mewujudkan keinginan Jiwa asli sang pemilik tubuh?
Atau jangan-jangan justru terhantui rasa bersalah karena ternyata, penyebab Matinya Adam masih....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni_Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Sang Penyintas.

***

"Masalah sudah sebesar ini, tapi kau malah tidak khawatir dengan keadaanmu sendiri?" tanya Adam tiba-tiba, suaranya mengandung nada cemas yang tak sepenuhnya berhasil disembunyikan.

Lanang tahu persis arah pertanyaan itu. Adam pasti gelisah karena ia membangkitkan sesuatu yang seharusnya dibiarkan tidur selamanya. Tapi, menunjukkan kelemahan begitu saja bukan gayanya. Daripada menjawab langsung, ia malah berbalik bertanya.

"Apa? Kenapa aku harus khawatir? Aku baik-baik saja. Justru Bryan, sahabatmu itu, yang kondisinya mengkhawatirkan. Sejak sadar, dia cuma termenung. Dan yang membuatku heran, dia menatapku seolah aku ini hantu. Harusnya dia yang kita perhatikan. Kelakuannya jadi aneh, seperti orang linglung."

Mendengar jawaban itu, jiwa Adam menggeleng-geleng jengkel. Energi di sekelilingnya beriak tak stabil, mencerminkan rasa kesal yang meluap. "Dasar leluhur tua yang bandel! Sudah dalam situasi seperti ini pun kau masih sibuk mengkhawatirkan orang lain. Apa kau tidak menyesal sudah membangkitkan Entitas itu lagi? Ingat, dialah yang menyebabkan kematianmu!" ucap Adam, suaranya berisi kekecewaan.

Lanang hanya mengangkat bahu, cuek. "Aku sama sekali tidak menyesal. Andai waktu bisa diputar ulang, aku mungkin akan melakukan hal yang sama. Kau mau tahu alasannya?"

Adam membalas dengan mengedikkan bahunya, mencoba bersikap masa bodoh, tapi rasa penasarannya akhirnya menang. "Memangnya kenapa?"

"Karena aku tidak tega membunuh orang yang sama untuk kedua kalinya," jawab Lanang, nadanya tiba-tiba serius. "Dalam ingatanku, kau sudah melihat wajah Saloka, ‘kan? Sahabatku itu. Penampilannya mungkin kuno, rambutnya hitam panjang, tapi wajahnya... dan wajah Bryan—terlalu mirip. Sangat mirip. Jadi kurasa, mungkin Bryan adalah reinkarnasi dari sahabatku itu."

Adam terdiam sejenak, mencoba mengingat-ingat kembali gambaran yang sempat ia saksikan. Memang benar, wajah Saloka dalam penglihatannya nyaris serupa dengan Bryan. Namun, di lubuk hatinya, Adam tidak pernah benar-benar percaya pada teori reinkarnasi. Karma, mungkin iya. Tapi soal jiwa yang terlahir kembali? Itu terdengar terlalu mengada-ada baginya.

Belum lagi, dalam ingatannya yang terakhir, Saloka masih terlihat hidup. Adam yang ikut terseret dalam arus memori Lanang sempat melihat penampakan terakhir sang sahabat. Saloka tampak sehat dan segar bugar, mungkin karena dirawat oleh kakeknya, Adipati Sengkala Dana, yang sebelumnya meminta bantuan Lanang untuk menemukan anaknya.

Dalam adegan pembakaran itu, Adam masih ingat, Saloka datang menunggang kuda. Dengan gagah berani, ia berusaha menyelamatkan Lanang dari amuk massa. Tapi sayang, kesadaran mereka berdua keburu terlempar, membuatnya tidak tahu bagaimana kelanjutan cerita itu.

Jangan-jangan... Saloka juga tewas dalam insiden itu? Tapi bagaimana bisa? Jika itu benar, berarti pengorbanan Lanang untuk menyelamatkan sahabatnya itu sia-sia belaka. Pantas saja ia menyimpan penyesalan yang dalam. Pasti rasa bersalah itu masih membebaninya.

"Heh, bocah... Aku ke sini bukan untuk melihatmu melamun. Masih banyak hal yang ingin kutanyakan," suara Lanang tiba-tiba memotong lamunan Adam, membuat energi jiwanya bergetar kaget.

"Hah... emangnya mau nanya apa?" balas Adam, masih setengah terbawa pikirannya.

"Soal adikmu... dia perempuan atau laki-laki?" tanya Lanang. Pertanyaannya jelas melompat jauh dari topik sebelumnya.Tapi Adam memilih untuk menjawab saja. Ia menduga, mungkin Lanang hanya berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya, agar tidak terlihat mencurigakan saat harus berinteraksi di dunia nyata.

Akhirnya, ia pun bercerita panjang lebar. Tentang kehidupannya di masa lalu, tempat tinggalnya, juga tentang adik perempuannya. Ia juga menuturkan soal kematian kedua orang tuanya yang penuh tanda tanya—kasus yang akhirnya dianggap cold case, membeku tanpa penyelesaian. Karena itulah, Adam memutuskan banting setir menjadi agen Interpol. Ia yakin, kematian orang tuanya berkaitan dengan jaringan kejahatan berskala internasional yang masih belum terungkap.

"Wah... ternyata, nasibmu jauh lebih menyedihkan daripada nasibku, Bocah!" ucap Lanang, suaranya berisi empati yang dalam.

"Orang tua kita sama-sama tewas, tapi setidaknya aku tahu siapa yang harus bertanggung jawab, dan aku sempat merasakan manisnya balas dendam."

"Tapi kau... malah tidak punya petunjuk apa-apa sampai sekarang," lanjutnya, getir. Jelas, keduanya sama-sama mengerti betapa pedihnya kehilangan orang tua dengan cara yang tidak wajar.

"Hmm... mungkin karena itulah jiwa kita bisa tersambung. Karena punya banyak kesamaan," timpal Adam, mencoba mencerna segala kesamaan tragis itu.

"Tapi yang jadi pertanyaanku, kenapa kau berani sekali memanggil Entitas itu lagi? Bukannya setelah kau mati, dia bisa terbebas? Apa kau tidak takut dia kembali berulah? Bagaimana kalau kali ini dia memakan korban lagi? Keluargaku, teman-temanku... orang-orang yang kusayangi, mereka semua bisa dalam bahaya kalau Entitas itu lepas kendali!" tanya Adam, suaranya meninggi oleh kekhawatiran dan sedikit kemarahan.

"Hmm... sepertinya aku harus menjelaskan sesuatu, ya? Apa kalian tidak melihat ingatanku secara keseluruhan?" tanya Lanang balik.

Adam menggeleng pelan. "Aku... cuma sempat melihat keadaan rumahmu yang diserang Belanda, lalu bagaimana kau menjadi dukun santet, dan... setelah itu, aku tidak bisa melihat apa pun lagi setelah tragedi pembakaran itu," jawab Adam. Energi di sekitar wajahnya terlihat tidak stabil, mungkin masih terbawa trauma menyaksikan kenangan mengerikan dalam ingatan Lanang.

"Entitas itu memang sempat bebas, tapi akhirnya disegel lagi oleh dukun kulit hitam itu setelah selesai dimanfaatkan."

"Dan tadi, saat kupanggil, barulah dia benar-benar terbebas," jawab Lanang dengan santai.

"Tapi kenapa harus kau panggil? Apa tidak ada cara lain untuk menyelamatkan Bryan?"

Lanang menggeleng kecil. "Aku belum punya kekuatan untuk menyembuhkan luka seberat itu. Aku hanya takut temanmu itu mati kalau pertolongannya terlambat. Dan sebenarnya, bahkan tanpa niat menolong Bryan, aku akan tetap memanggilnya. Karena dia harus bertanggung jawab, dan sekarang gilirannya menjadi budakku sebagai permintaan maaf," jawab Lanang, masih dengan nada enteng.

Mendengar penjelasan itu, Adam langsung ternganga. "Hei! Dari mana datangnya rasa percaya dirimu yang begitu besar itu? Apa kau lupa, terakhir kali kau bahkan tidak bisa mengendalikannya, dan dia malah berkhianat dan membunuhmu?" tanya Adam, emosinya meluap.

"Hmm... itu dulu. Waktu itu tubuhku terlalu lemah, dan medan energiku terlalu terbatas—tidak seluas sekarang."

"Tapi sekarang, aku yakin seratus persen bisa mengendalikannya. Terima kasih padamu, Anak Muda, karena telah memberiku 'wadah' yang begitu bagus. Kau mungkin tidak sadar, tapi meditasiku telah berkembang ratusan kali lipat sejak aku memasuki tubuhmu."

Wah... sudah pasti. Adam benar-benar terdiam, terperangah oleh jawaban yang sama sekali tidak terduga itu.

.

.

Sementara di sisi lain, saat jiwa Lanang dan Adam masih asyik berbagi cerita dalam ruang meditasi tak kasat mata..

Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa tubuh Bryan telah bergerak sendiri, menyelinap keluar dari ruang isolasi tanpa suara.

Semua orang mengira Bryan linglung, pikirannya kosong.

Tapi...Mereka semua salah.

Yang terjadi padanya bukanlah kelinglungan, melainkan sebuah kehancuran.

Sebuah goncangan batin yang begitu dahsyat hingga membuatnya lumpuh oleh kenangan yang seharusnya tetap terpendam.

Ingatan masa lalu Lanang yang mengerikan itu, tidak cuma ia saksikan layaknya film.

Setiap adegan, setiap teriakan, setiap kepulan asap dan api... itu semua terlalu akrab untuk Bryan.

Jiwa nya merespons dengan rasa sakit yang terkatakan, seolah mengingat sebuah luka lama yang belum pernah benar-benar sembuh.

Itu adalah traumanya Bryan sendiri.

Itulah rahasia besar yang selama ini ia kubur dalam-dalam.

Bryan pura-pura linglung karena ia belum siap untuk mengakui, apalagi menceritakan, kesedihan yang telah ia pendam begitu lama.

Ritual Intra Pati Lanang tidak sengaja telah membongkar sebuah kenyataan paling kelam yang selama ini ia sembunyikan.

Jadi, benarkah dugaan Lanang? Apakah Bryan adalah reinkarnasi dari Saloka, sahabatnya di masa lalu?

Tebakan itu... jelas salah.

Bryan bukanlah reinkarnasi.

Kebenarannya jauh lebih mencengangkan.

Dia adalah Saloka yang asli.

Yah... Saloka yang sama,

Yang terpaksa hidup selama ratusan tahun, hanya untuk menanggung kutukan masa lalu, juga penderitaan rasa bersalah.

***

1
Nana Colen
lanjut thooooor aku suka 😍😍😍😍😍
Yuni_Hasibuan: Sabar kakak...
OTW... Bruuummmmm...
total 1 replies
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤🥰🥰
Yuni_Hasibuan: Terimakasih udah mau mampir kakak 🥰🥰🥰
total 1 replies
Maulana Alfauzi
Belanda memang licik
Yuni_Hasibuan: Liciknya kebangetan Bang.
total 1 replies
Maulana Alfauzi
hmm...
seru dan menyeramkan.
tapi suka
Maulana Alfauzi
Aku suka aja sama novel fantasi begini.
Maulana Alfauzi
Makasih up nya Thor.
semakin seru ceritanya
Yuni_Hasibuan: Makasih udah Mampir Bag.../Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!