Aluna seorang gadis bercadar terpaksa harus menikah dengan ketua geng motor atas wasiat dari mendiang ayahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
" lepasin tangan Anisa? gak akan. lo aja yang bukan mahram nya aja bisa menyentuh Anisa, itu berarti gue juga berhak nyentuh Anisa sesuka gue. Anisa juga gak terganggu dengan sentuhan tangan lo yang notabennya bukan saudara ataupun ikatan halal, bukan begitu dek? " tutur Rio dengan senyum lebarnya.
Anisa mengeleng.
" lepas, bang! "
Jayden pun segera menepis tangan Rio.
" udah gue bilang gue suaminya! " tekan jayden dan Rio pun seketika tertawa mendengar ucapan jayden.
" Berengsek! " umpat jayden.
Buag!!
jayden langsung melayangkan tinjunya hingga Rio terhubung dan jatuh ke lantai, tak cukup sampai di sana, jayden kemudian menarik kerah seragam Rio dan jayden kembali melayangkan beberapa tinjunya, hingga membuat darah segar mengucur bebas dari sudut bibir kedua geng motor serigala hitam.
sedangkan Anisa saat ini kebingungan, ia mencoba menarik lengan jayden untuk menyudahi aksinya, namun jayden sama sekali tak mau menggubris Anisa.
"hentikan, jayden" pinta Anisa.
Jayden masih memberikan bogeman mentah membabi buta di wajah Rio.
" sialan! gue paling nggak suka ada yang ingin ngerebut sesuatu yang sudah gue genggam seutuhnya" jayden berkata dengan tangan yang tak berhenti melayangkan tinjunya.
" gue bikin mampus lu detik ini juga, anjing!"
"JAYDEN!! " teriak Annisa Seraya memeluk tubuh jayden dari belakang.
Reflek kepalan tangan jayden yang masih di udara terhenti begitu saja, jayden kemudian melirik Annisa dari sudut matanya, ia bisa melihat jika Anisa Tengah memeluknya dengan erat.
" jayden, Jangan lakukan itu, Aku nggak mau kamu sampai berbuat hal sekecil itu terhadap sesama manusia. sadar jayden " lirih Anisa.
tangan lelaki itu kemudian terayun ke bawah, Deru nafasnya yang memburu kini berangsur kembali normal.
" hufff.. Althaf! " panggil jayden.
mendengar namanya disebut, Althaf pun keluar dari tempat persembunyiannya. Althaf menegang saat melihat wajah real yang terlihat mengenaskan dengan noda merah yang ikut menghiasi wajahnya.
" telepon anak-anak buat ngurus cucunguk sialan ini" perintah jayden.
" bawa ke markas? " tanya Althaf.
" ya! gue masih belum puas! " tekan jayden.
" baik"
Althaf pun segera menelfon anak-anak untuk segera datang.
" Sampai Kapan lo mau meluk gue?" tanya jayden.
" eh? " Anisa suntik melepas pelukannya.
wajah wanita itu mendadak tersipu malu, apalagi Altaf yang kini memandangnya dengan tatapan aneh, walaupun wajahnya tertutup dengan cadar, namun dari gregetnya sangat ketara sekali Jika Anisa Tengah gugup.
" lu suka meluk gue dari belakang ya, ternyata. kalau meluk dari depan lo nggak mau?" tanya jayden dengan senyuman miringnya.
" m-maksud kamu apa sih? aku gak ngerti" sahut Anisa sembari memalingkan wajahnya ke sembarang arah.
Melihat itu reflek jayden tergelak kecil, dengan senyum yang menawan. sontak Anisa dan Altaf terperangah. Bagaimana tidak? jayden terkenal dengan keangkuhannya, dirinya tak pernah tersenyum ataupun tertawa seperti itu.
Jayden pun tersadar atas apa yang baru saja ia lakukan,lantas dirinya berdehem pelan untuk menghindari rasa canggungnya .
" ayo balik! " ajak jayden.
" tunggu dulu jayden " pinta Anisa.
" apa lagi? "
" tolong lepasin Bang Rio " pinta Anisa.
" lepasin cecunguk sialan itu? emangnya gue sebaik itu? hah! " ujar jayden.
Anisa kemudian menyentuh tangan jayden, lalu ia memasang wajah memelas di hadapan jayden.
" Bang Rio nggak salah, karena dia nggak tahu yang sebenarnya. Harusnya kamu nggak boleh bersikap seperti itu, nggak boleh menghakimi sesama manusia, jayden" ungkap Anisa.
Jayden terdiam untuk beberapa detik, dirinya tak langsung menyahut ucapan Annisa. melainkan dirinya Tengah menatap wanita yang ada di hadapannya dengan lekat, bahkan mata elangnya pun seperti seseorang yang sedang menginterogasi lawannya.
" lo suka sama cucunguk siaran itu?" tanya jayden tiba-tiba.
" hah? "
" bisa nggak lo jangan hah heh hah heh! gue paling males bicara sama orang congek kayak lo! "
" Ya udah jangan bicara sama aku, gitu aja repot banget sih kamu. aku balik sendiri aja" ucap Anisa kemudian berlalu dari hadapan jayden dan Althaf.
jayden melongok, Baru kali ini ada seseorang wanita merajuk di hadapannya, biasanya dirinya yang akan merajuk kepada kekasihnya, sekarang dirinya yang menerima karmanya.
" ck! nyusahin banget sih jadi cewek" cerutu jayden kemudian ikut menyusul Anisa.
" jay! " teriak Althaf.
Jayden menghentikan langkahnya.
" APA" sabunnya tanpa menoleh.
" jadi bawa ke markas nih anak? " tanya Altaf.
" batal! Biarin aja di sana!" sahut jayden, kemudian bergegas berlari menyusul Anisa.
sementara saat ini Anisa sudah lebih dulu keluar dari toko buku, dirinya kini sudah menaiki taksi yang kebetulan terparkir di hadapannya.
" pucuk dicinta ulam pun tiba" batin Anisa. ini sangat kebetulan yang sangat membawa keberuntungan, Anisa pun segera melesat meninggalkan jayden yang sedang menggerutu meneriaki Nama Anisa.
"ANISA! AWAS LO! " teriak jayden dengan nafas yang sedikit memburuk karena berlari mengejar Anisa.
***
saat ini Anisa Tengah berada di sebuah taman yang terdapat Danau sangat indah di sana, wanita itu tak langsung pulang ke rumah melainkan ia pergi ke suatu tempat. tempat yang tak pernah lagi ia hampiri kurang lebih 5 Tahun Lamanya.
Ceplas!
Anisa melempar beberapa kerikil ke arah danau, wajahnya terlihat sendu dari balik cadarnya, pikirannya bertualang mengingat kenangan masa lalu bersama kedua orang tuanya.
" ayah, ibu... Gimana kabar kalian di sana? Nisa yakin, Kalian pasti menjadi pasangan paling bahagia kan di sana?" racau Anisa.
" di sini Anisa sudah menjalankan wasiat terakhir ayah, Semoga apa yang ayah inginkan menjadi sebuah keberkahan untuk jalan hidup Annisa" ucapnya lagi.
" ayah... Ibu... Nisa Rindu" liriknya bersamaan dengan tetesan cairan bening yang mengalir dengan lancarnya di pelupuk matanya.
Anisa sangat merindukan keluarga kecilnya, Iya sangat merindukan Betapa ia sangat bahagia memiliki orang tua yang begitu sayang dengannya, walaupun sekarang Ia memiliki mertua yang menggantikan orang tuanya, namun tetap saja tak sama.
" kabur dari gue! Sekarang lo nangis-nangisan di danau sendirian? pikiran lu ke mana? hah! "
Anisa membeku sepersekian detik, tak menyahut ataupun menoleh sedikitpun.
" heh! congek! "
Anisa kemudian membelikan tubuhnya lalu memasang wajah kesal dengan mata yang sedikit mendelik.
" kalau kamu ke sini cuman buat ngata-ngatain aku, mendingan kamu pergi! " titah Anisa.
" elu ngusir gue?"
" ya! aku memintamu pergi! kamu suamiku, tapi kamu selalu menyakiti hatiku dengan ucapanmu" sahut Anisa.
" cih! lebay, cepet pulang! " ucap jayden.
" gak"
" pulang! " tekan jayden kesal, kemudian menarik lengan Anisa dan membawanya pergi dari taman.
" aku nggak mau pulang bareng kamu, kamu galak, Aku nggak suka" Anisa berucap sembari mencoba melepaskan tangannya dari genggaman jayden.
langkah kaki jayden berhenti tanpa menoleh.
" gue nggak berharap disukai sama lo, dan ingat! gue bersikap seperti ini karena menjalankan amanat bokap gue, kalau elo kenapa-napa, tim yang sudah gue bangun dari sejak kecil pasti akan di obrak-abrik sama bokap gue, ngerti nggak lo?!"
.
.
.
BERUNTUNG BUKAN ADHEK Q😡😡😡😡