My Man

Mobil yang bagian dalamnya sudah disulap sesuai kebutuhan. Alias sudah dimodifikasi menjadi ruang pertemuan, dan praktis lainnya. Saat ini telah di isi oleh orang berkepentingan di misi itu.

Bima bersama yang lainnya sudah hadir di sana. Termasuk Komandan sudah tampil di layar proyektor. Jadi mereka kali ini rapat di mobil campervan. Atau bisa juga disebut mobil motorhome.

(Gambar hanya ilustrasi)

"Jadi begitu situasinya saat itu."

Komandan merespon setelah Bima bercerita. Tentang tugas baru yang diembannya saat dia sedang menjalani tugas yang sebelumnya. Alias tugas menelusuri bom terus beralih ke tugas bom Monas.

"Tapi kamu cuman disuruh menelpon kantor polisi saja ya," lanjutnya.

"Iya, Dan. Tapi saat itu saya merasa harus turun tangan. Karena selain itu menyangkut hal nyawa. Tapi juga kalau bom itu meledak, dan tidak ada tanggapan dari polisi. Apakah Tugu Tani diserahkan atau tidak. Maka kepala mafia itu jadi akan menangguhkan jabatan itu ke saya. Karena dia pasti akan membuat kerjaan baru dulu, dan pastinya lebih gila dari bom Monas. Dan saya takutnya tidak tahu. Karena dalam kerjaan itu, saya tidak dilibatkan."

"Betul! Malah nanti jadi repot urusannya kalau dia menggila. Terus gimana, apa kamu dapat jabatan itu?"

"Iya. 3 hari lagi saya akan berkantor di kantor kepala geng area Jakarta Pusat, dan akan didampingi pengawal pribadi. Namun sebelumnya akan diadakan acara penobatan kepala area baru dulu," balas Bima.

"Wah... Selamat. Akhirnya ya..." Mereka semua jadi merespon.

"Jadi saya rasa, kepala mafia itu melakukan bom Monas itu. Karena mau menobatkan kepala area baru dengan pelebaran wilayah Jakarta Pusat." Bima masih membahas hal itu.

"Iya. Tapi memang dia sudah lama menginginkan area itu. Tapi apa maksudmu kemarin, hanya boleh buka usaha judi saja di sana?" respon komandan, sekaligus bertanya.

"Karena itu yang agak mendingan dibanding yang lain."

Maksudnya disini yang masih dianggap layak, selain bisnis Mister James dari urusan lendir, jual beli senjata api, dan nark*ba. Ya, itu! Ya, walau pun sebenarnya gak pantas juga. Tapi itu lebih baik dibanding yang lain. Jika berada di sekitaran istana presiden.

Jadi inilah maksud dari intruksi Bima kemarin, berkata begitu ke Komandan.

"Iya, kamu benar. Berarti nanti kalau kamu didampingi pengawal pribadi. Kamu jadi makin repot hadir di rapat kita ya." Komandan mengangkat hal itu, apa yang disampaikan Bima tadi.

"Iya ya. Karena nanti Pak Bima jadi diawasi 3 kubu." Galang menyahuti, karena juga baru sadar.

"Iya. Dari orang-orang yang mengincar Saras, terus mata-mata geng, dan ditambah lagi nanti pengawal pribadi," tambah Bayu.

"Iya. Gimana tuh, Pak?" imbuh juga Dina.

"Saya pikir untuk mata-mata geng. Mereka pasti akan mundur jika saya sudah menjabat kepala area Jakarta Pusat. Jadi saya rasa, selama ini mereka mengikuti saya. Selain karena ingin melihat pergerakan saya apakah ada hal yang mencurigakan, tapi juga mau melihat apakah saya bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepala mafia itu. Sedangkan untuk orang-orang yang mengincar Saras. Kalau menurut saya, sepertinya sama saja! Mereka juga akan mundur. Karena mereka takut apa yang mereka lakukan selama ini jadi kecium." Bima jadi menyampaikan prediksinya.

"Betul! Karena mereka dari orang-orang organisasi itu juga," balas komandan, jadi kembali tersadar.

"Iya ya," balas yang lainnya.

"Dan saya pikir, dalang dari orang-orang yang mengincar Saras. Pasti adalah orang yang memiliki jabatan tinggi di geng itu." Bima menyampaikan lagi prediksinya yang lain.

"Maksudnya, salah satu kepala area?" Galang jadi merespon.

"Iya, pasti. Karena siapa lagi yang bisa menggerakan anak geng. Kalau bukan orang yang punya jabatan tinggi di geng itu." Komandan juga menduga hal yang sama.

"Iya ya," respon Bayu dan Dina.

"Tapi saya juga memprediksi, sepertinya Wandi orang penting di geng itu," duga Bima lagi.

"Kenapa kamu bisa berpikir ke arah situ?" Komandan mengerutkan dahi.

"Karena setiap kepala mafia itu mau bicara dengan saya. Pasti selalu lewat sambungan telepon dari Wandi."

"Oo... Bisa jadi kalau begitu."

"Dan saya juga menduga, sepertinya dia kaki tangan kepala mafia itu."

"Ya, kalau sudah begitu berarti benar. Berarti dia aslinya itu orang kepercayaan kapala mafia itu. Tapi tidak ada di struktur organisasi. Nanti dugaan kamu juga akan terlihat setelah kamu dapat jabatan itu."

"Iya, Dan."

"Terus gimana, tentang kasus kakak beradik itu. Apa ada perkembangan?" tanya Komandan ke hal lain.

"Saya rasa kuncinya hanya ada di Saras. Karena saya memang gak punya jaringan di geng itu, dan saya pun sudah membongkar meja kerja Iwan. Tapi tidak ada bahan yang bisa menarik perhatian saya di meja itu."

"Ya, pasti dia menutup rapih kebusukannya. Dan kalau kamu mau tahu tentang kasus itu, memang harus dimulai dari Saras. Ya, karena memang kamu tidak punya channel di geng itu. Yang bisa membantumu mengungkap hal itu."

"Iya, Dan."

"Dan saya rasa, sedikit lagi dalang dari kasus itu akan muncul. Karena dia sudah gak punya pilihan. Mau gak mau untuk mendapatkan Saras, dia akan menemuimu. Kamu lihat saja nanti."

"Benar, Dan. Saya juga menduga begitu."

"Dan sejauh ini, hubunganmu dengan Saras gimana?"

"Sedikit lagi saya akan mengorek hal itu."

Jadi setelah bercinta dengan Saras. Bima merasa dia sudah mendapatkan hati Saras. Ya, karena Saras mau ditidurinya. Jadi langkah selanjutnya tinggal itu saja.

"Baik lah. Tapi kalau dipikir-pikir, Iwan bisa tidak tinggal serumah dengan adiknya. Pasti karena Iwan memalsukan data dirinya di data kependudukan." Komandan tiba-tiba jadi teringat, yang lupa dibahas mereka di rapat sebelumnya.

"Saya juga berpikir begitu, Dan," balas Bima.

Tentu apa lagi alasannya selain itu. Karena gak mungkin mereka bisa tinggal terpisah. Pasti karena Iwan memalsukan data dirinya sebagai sebatang kara. Sejatinya ini sama konsepnya kayak Bima. Karena selaku supervisor di kasino. Alias orang yang memiliki jabatan di geng itu. Dia pun dapat rumah dinas, dan tinggal seorang diri.

"Iya ya," respon yang lain.

"Tapi Iwan cukup berani ya," lanjut Dina.

"Dia pasti begitu semata-mata demi melindungi adiknya. Agar tidak terkena dampak buruk dari dunia anak geng." Galang menanggapi.

"Tapi akhirnya ketahuan juga."

"Sebenarnya selama tidak ketahuan, seharusnya sih gak masalah," respon juga Bayu.

"Iya sih!" balas Dina.

"Ya sudah. Kita akhiri saja rapat ini, dan kita akan bertemu lagi setelah kamu memangku jabatan itu. Dan juga, ada kabar baru dari kasus kakak beradik itu," ucap Komandan ke Bima, sekaligus ke semua.

"Baik, Dan."

\=\=\=\=\=\=\=\=\=@.@\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Yuk, beri dukungan ke Author dengan memberi like, komen & rating bintang 5. Biar Author terus semangat menulis dan menuntaskan novel ini. Dan jangan lupa bantu Author mempromosikan novel ini ya...