Nayura, gadis SMA yang belum pernah mengenal cinta, tiba-tiba terikat janji pernikahan di usia yang penuh gejolak. Gavin juga remaja, sosok laki-laki dingin dan cuek di depan semua orang, namun menyimpan rasa yang tumbuh sejak pandangan pertama. Di balik senja yang merona, ada cinta yang tersembunyi sekaligus posesif—janji yang mengikat hati dan rasa yang sulit diungkapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadin Alina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 : Petaka Di Balik Kamar Mandi
Usai kejadian di balkon yang bikin deg-degan. Nayura melangkah masuk ke kamar dengan wajah memerah. Ia sedikit berlari saat melintasi Gavian yang tengah rebahan di kasur.
"Tu, cewek kenapa?" batin Gavian.
Tanpa banyak bicara Nayura segera membuka pintu, berjalan turun menuju dapur. Ya, dapur pilihan yang tepat untuknya saat ini.
Berdekatan terlalu lama dengan Gavian, bisa membuatnya mati muda. Kalau bukan karena deg-degan, yaa...karena emosi.😬😂
Sesampainya di dapur, ia melihat Mpok Iyem yang tengah sibuk mengaduk-aduk sesuatu di wajan.
"Bi, biar aku yang masak." kata Nayura, mengambil ahli spatula yang di pegang oleh Mpok Iyem.
"Ehh...non!" kaget Mpok Iyem. Ia menggeser tubuhnya ke samping.
"Bibi aja, non. Mending non, istirahat." kata Mpok Iyem, akan tetapi Nayura menggeleng keras.
"Aku bosan Bi. Udah, mending bibi ngerjain yang lain. Ini biar aku beresin."
Sejujurnya, bukan bosan tapi pelampiasan. Masak lebih baik dari pada harus cakar-cakar muka sok gantengnya Gavian. Ups!
Akhirnya, dengan terpaksa Mpok Iyem meninggalkan dapur. Membiarkan anak majikannya yang menyiapkan makan malam.
Tangan Nayura tampak lihai mengolah bahan masakan yang ada. Meskipun dibenaknya masih terputar suara Gavian "Kiss me..."
Tak tanggung-tanggung, ia memasak tiga menu sekaligus. Cumi saus pedas, Ayam Goreng Bawang putih, dan Bakwan jagung. Aroma harum memenuhi dapur.
"Akhirnya, selesai juga." ucap Nayura sembari menyeka keringat di pelipisnya.
Ia menatap tangannya yang kotor terkena saus dan bumbu masakan lainnya. Gerah dan lengket.
Setelah membereskan dapur, Nayura beranjak menuju kamar. Ia akan membersihkan diri sebelum makan malam.
Ceklek!
Lagi, Nayura langsung menatap sosok penghuni baru itu. Tampak Gavian yang tidur tengkurep di atas kasur.
"Untung, tidur." gumam Nayura, bernafas lega. Tanpa pikir panjang ia segera melangkah menuju kamar mandi.
Beberapa menit setelahnya, Gavian terbangun karena ingin ke kamar mandi. Ia menggaruk kepalanya, lalu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.
Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara percikan air dari dalam. Ia yakin, jika itu adalah Nayura.
Tok!
“Lo ngapain, sih?” tanyanya, menempelkan telinga ke pintu untuk mendengar suara Nayura.
Tidak ada sahutan, hanya suara gemercik air yang terdengar jelas. Gavian berdecak, kemudian menyandarkan punggungnya di tembok sembari menunggu.
Sementara, di dalam kamar mandi Nayura menghela nafas berat. Ia baru sadar kalau...lupa membawa handuk.
“Aelah! Baju ganti di luar, lagi!” gumamnya panik.
Niat hati mandi untuk mereda rasa kesal dan panas yang tercipta oleh keberadaan Gavian. Namun, bukan rileks dan tenang yang di dapatkannya, melainkan sebuah petaka baru.
Beruntung sih, walk in closet nya ada di luar pintu kamar mandi ini. Setidaknya, Nayura bisa ngacir untuk ambil handuk dengan kilat. Namun, suara ketukan tadi membuatnya tidak bisa keluar begitu saja.
Sial!
Tubuhnya yang basah mulai mengering, meninggalkan sensasi dingin. Ia mulai tak nyaman, karena polos begini. Dengan tangan gemetar ia memutar handle pintu, lalu mengintip.
“Kayaknya dia udah pergi, deh!”
Deg!
Bola matanya melebar dengan mulut sedikit terbuka. Gavian berdiri di samping pintu dan...
“Akhirnya muncul juga!” ucap Gavian melangkah cepat.
Panik. Nayura segera menarik diri dan menutup pintu dengan cepat. Namun sial, Gavian lebih dulu menahannya. Sekuat tenaga ia mendorong pintu itu, agar tertutup.
“Lo ngapain, sih!” kesal Nayura, Gavian tidak membiarkan dirinya untuk menutup pintu.
“Nungguin lo lah, bego!” Gavian dengan satu tangan menahan pintu tersebut. Ia mencoba mengintip ke dalam sana. penasaran, kenapa Nayura menutup pintunya.
“Argh!” pekik Nayura dengan tubuh sedikit terdorong ke belakang.
Sementara itu, Gavian mematung di tempatnya. Matanya tak kedip melihat... tubuh Nayura yang polos, tanpa sehelai benang pun. Ia menelan salivanya dengan susah payah.
"Astaga...bagus banget..."
“Apa yang lo lihat, ha!” bentak Nayura. Menutupi aset berharganya dengan tangan, meskipun sia-sia.
Seolah tersadar, Gavian cepat membalikkan tubuh memunggui Nayura.
Tanpa ada kata yang terucap, ia melangkah menuju lemari.
“Nih!” ucap Gavian datar, menyodorkan sebuah handuk tanpa menatap Nayura.
“Nih!” Gavian menyodorkan handuk dengan membuang muka tanpa menatap Nayura seperti tadi.
Nayura mengambil handuk itu dengan kasar, membalutkan nya ke tubuh. Santai, Gavian ngeloyor keluar dari walk in closet. Ia duduk di sofa sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
"Astaga, apa yang gue pikirin." gumamnya, mencoba menghapus bayangan Nayura. Yang ternyata, semenarik itu untuk di lihat.
Aish!
Sementara itu, Nayura mengenakan baju santainya. Ia berlari menuju ranjang dan menjatuhkan diri di sana. Ia tengkurep, menutupi wajahnya dengan bantal untuk menyembunyikan tangisannya.
Bahunya bergetar pelan, dadanya terasa sesak. Ia malu, marah, dan...tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata.
Dari sofa sini, Gavian berkerut tipis melihat Nayura. Ia bangkit dan berjalan mendekati ranjang.
Kaki Gavian berdiri tepat di sisi ranjang, menatap tubuh mungil Nayura. Pundak gadis itu nampak bergetar, seolah menahan isakan tangis. Khawatir, itulah yang Gavian rasakan. Ia mendudukkan diri di tepi ranjang dengan tubuh yang menghadap ke Nayura.
Tangannya terangkat untuk menyentuh pundak Nayura. “Lo kenapa?” tanyanya dengan nada lembut.
Nayura langsung menggeser tubuhnya. Menolak keras sentuhan dari cowok tersebut. Kini Nayura mengubah posisi menjadi menyamping, memunggui Gavian.
Dadanya terasa sesak tidur tengkurap apalagi, kini hidungnya jadi mampet karena menangis. Nayura mengusap wajahnya dengan kasar, menghapus sisa air mata yang membasahi wajahnya.
Gavian bingung melihat Nayura yang menolaknya barusan. Ada apa dengan gadis tersebut? Lahi-lagi, pertanyaan demikian muncul di benak Gavian.
Pelan Gavian membaringkan tubuhnya di belakang Nayura. Tangannya terangkat ragu. Namun, tetap melingkarkan tangannya di pinggang Nayura.
Deg!
Jantung Nayura berdebar cepat. Bahkan, ia bisa merasakan detak jantung Gavian di belakangnya.
Tangan Gavian tak tinggal diam, ia meraih tangan Nayura dan mengusap lembut punggung tangannya.
Entahlah, namun Gavian tergerak sendiri untuk melakukannya. Bahkan, ia sendiri juga bingung dengan kespontanannya.
...----------------...
Aku hanya ingin membersihkan diri... tapi malah kehilangan harga diri.”
— Petaka di Balik Kamar Mandi
always always bagus!!
hebat!!! Udah cocok itu open comision
kondangan kita! Semur daging ada gak?
Setiap komentar dan dukungan kalian, sangat berharga bagiku. Membakar semangat untuk terus menulis🔥
Happy reading 🤗