My Husband Om-Om SEASON 2..MOHON DUKUNGANNYA KEMBALI 🤗
Enrico dan Enzio, dua anak kembar yang harus ekstra ketat menjaga sang adik.
Gadis manis yang selalu membuat kaum adam panas dingin. Elga Maurer, gadis cantik dan pintar tapi juga ceroboh, Elga yang terlalu baik tidak tahu jika banyak orang-orang disekitarnya yang memanfaatkan dirinya. Karena hal itu dua kakak kembarnya begitu posesif dengan Elga.
"Hidupku seperti burung dalam sangkar."
Itulah yang Elga rasakan, selain kakak keduanya yang posesif, juga ada Daddy nya yang begitu posesif juga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hawa vs Edgar
Shitt
Edgar memukul setir kemudi dengan kesal. Bagaimana dirinya bisa lupa tentang keluarga gadis yang selama ini dirinya inginkan.
"Oh, Edgar kesanmu buruk sekali." Ucapnya dengan rasa gelisah.
Sibuk dengan urusannya, apalagi dirinya sama sekali tidak memikirkan berasal dari keluarga mana Elga, dan bagaimana latar belakang gadis itu. Kini Edgar merasa menjadi pria buruk.
"Apa kau tidak mengingat istrimu, sehingga kau mendekati putriku."
Kata-kata Mario begitu mengenai hatinya, dirinya tidak pernah memikirkan jika sudah menikah.
"Saya harap kau tahu bagaimana posisi mu sekarang, dan saya sebagai seorang ayah tidak akan membiarkan pria sepertimu berkeliaran di dekat Elga."
Edgar tidak bisa lagi berkata mendengar bagaimana kata-kata Mario yang begitu tegas. Edgar tahu jika dirinya sudah menikah dan tidak akan mungkin bisa memiliki Elga jika dirinya masih memiliki ikatan pernikahan.
Tapi baginya itu tidak masalah, jika dirinya menceraikan Chelsea.
Karena sedang kacau, Edgar memilih untuk berhenti di sebuah supermarket, dimana dirinya pertama kali bertemu dengan Elga saat masih bayi.
"Ya Tuhan, hanya memikirkan saja aku sudah tidak bisa tenang." Edgar menggerutu sambil berjalan masuk kedalam supermarket.
Menghadapi seorang ayah dari gadis yang di inginkan, lebih sulit dari pada menghadapi lawan bisnisnya. Edgar tidak pernah takut pada siapapun termasuk pesaing dalam bisnis.
Setelah mengambil minuman yang mungkin bisa membuat dirinya lebih baik, Edgar kembali keluar, tapi saat dirinya baru saja keluar dari pintu langkah kakinya terhenti.
Edgar tertegun melihat di wanita yang baru saja turun dari mobil.
"Elga.." Gumamnya melihat gadis yang dia pikirkan ada di depan mata.
Elga dan Mommy-nya berjalan ingin masuk, dan Elga yang mengenali Edgar akhirnya berhenti.
"Uncle Edgar." Kata Elga melihat Edgar yang berdiri di depan pintu.
"Siapa sayang." Tanya Hawa.
"Em, Mommy dia orang yang memberi boneka bubu." Tutur Elga memberi tahu Ibunya.
Hawa menatap lekat Edgar yang tersenyum tipis padanya. "Malam Tante."
"Jadi kamu yang bertemu saya di minimarket dulu." Hawa tidak percaya melihat pria dewasa yang cukup tampan di depannya.
Kini ketiganya sedang berada di kafe seberang minimarket, Hawa mengajak Edgar untuk mengobrol.
"Hm, sepertinya iya Tante." Edgar tertawa sambil melirik Elga. "Ternyata putri anda sangat mirip dengan anda, cantik."
Kata terakhir Edgar membuat Elga menoleh dan menatap Edgar.
"Sejak kecil kecantikan nya sudah terlihat, dan sekarang semakin cantik." Lanjutnya dengan tatapan yang tidak lepas menatap wajah Elga.
Menyadari tatapan Edgar, Elga pun segera membuang wajah.
"Ya, karena itu kamu mencarinya sampai sekarang."
Eh...
Edgar langsung menatap Hawa yang berkata demikian. "Bukan kah begitu nak Edgar." Tanya Hawa sambil tersenyum.
"Mom, bicara apa?" Elga menatap Mommy-nya dengan perasaan berdebar.
Edgar menunduk sambil terkekeh. "Sepertinya saya sudah tertangkap basah, tapi saya tidak yakin jika bisa -"
"Mommy, aku ke toilet sebentar." Sela Elga ketika dirinya merasa harus menuntaskan hajatnya.
"Jangan lama-lama sayang."
Elga mengaguk, dan pamit kepada Hawa dan juga Edgar.
"Kenapa tidak yakin?" Tanya Hawa melanjutkan topik yang sempat terpotong.
Edgar menarik napas panjang. "Saat usia saya 18 tahun, saya mengalami kecelakaan dan mengakibatkan hilang ingatan. Dan Mommy saya sangat ingin menikahkan saya dengan anak sahabatnya. Karena itu saya menikah saat hilang ingatan dan setelah resepsi selesai ingatan saya kembali." Edgar bercerita dengan rasa penyesalan. "Dan saat itu juga saya tidak menerima pernikahan itu." Jelasnya dengan jujur.
"Jadi kamu sudah menikah?" Hawa pura-pura bertanya, karena dirinya sudah tahu latar belakang Edgar dari suaminya.
"Ya, beberapa bulan yang lalu."
"Lalu kenapa kamu datang kepada putri ku, jika kamu sudah menikah. Dan pernikahan itu bukan untuk main-main."
Edgar membuang wajahnya dengan perasaan tidak tenang, dirinya merasa gusar ketika mengutarakan sesuatu yang membuat dirinya terjebak dalam pernikahan yang tidak di inginkan, sedangkan gadis yang dia inginkan ada di depan matanya.
"Saya menyukai putri anda saat pertama kali bertemu, ketika masih bayi." Edgar menjeda ucapanya dan melihat reaksi ibu dari Elga yang cukup terkejut. "Saya menyukai bola matanya yang terang dan bulat, wajah cantiknya sejak bayi selalu saya ingat, tapi ketika saya bertemu lagi saya tidak mengenali karena saya sedang tidak ingat apapun. Tapi sekarang saya merasa bahagia bisa menemukannya lagi dan perasaan suka saya semakin membuat saya tidak bisa melupakan. Tapi disisi lain status saya sudah berbeda. Hanya saja saya tidak memperdulikan itu. Jika Tante tidak keberatan saya ingin mendapatkan putri anda."
Ditempat yang tidak jauh, tubuh Elga menegang mendengar apa yang Edgar katakan, jantungnya berdetak sangat cepat mengetahui apa yang Edgar inginkan.
"Tapi kamu sudah -"
"Saya akan menceraikan Chelsea Tante, karena pernikahan itu bukan kemauan saya." Tegas Edgar menatap Hawa tanpa rasa takut.
Elga semakin tidak percaya dengan apa yang Edgar katakan. Dirinya seperti mimpi mendengar ucapan pria yang baru dia lihat.
"Tidak mungkin." Elga memilih untuk pergi dari sana.
Diluar Elga duduk di kursi tunggu teras kafe, gadis itu sudah mengirim pesan jika dirinya menunggu diluar. Elga mengingat apa yang Edgar katakan.
"Jadi dia pria beristri? dan kenapa harus bercerai?" Banyak pertanyaan yang Elga tidak tahu jawabnya, otaknya belum bisa memikirkan hal diluar nalarnya yang tidak pernah terlintas di kepalanya.
"Elga.."
Elga menoleh dan melihat Ibunya sudah berdiri dengan Edgar.
"Mom.." Elga langsung berdiri. "Daddy sudah pulang dan mencari Mommy." Kata Elga beralasan. Matanya melirik Edgar yang sejak tadi menatapnya.
"Ah iya, Mommy lupa jika Daddy mu pasti akan marah tidak menemukan Mommy di rumah." Hawa sedikit panik tapi juga terkekeh.
Sedangkan Elga tersenyum tipis. "Kalau begitu ayo kita pulang." Ajak Hawa.
Elga mengaguk. "Nak Edgar, kami pulang dulu ya. Lain kali berkunjunglah kerumah." Hawa tersenyum pada Edgar. Wanita cantik yang sudah memiliki usia yang tak lagi muda itu memiliki hati yang lembut dan penyayang. Siapa saja pasti akan merasa nyaman jika bicara dengannya.
"Baik Tante." Edgar membalas senyum ramah.
"Ayo Mom." Elga langsung menggandeng lengan Ibunya untuk pergi.
"Sayang pelan-pelan." Ucap Hawa saat putrinya menggaet lengannya untuk segera pergi.
"Nanti Daddy marah Mom." Katanya sambil terus berjalan.
Edgar hanya menatap punggung kedua wanita yang berbeda usia itu, dirinya merasakan tatapan Elga yang berubah, tidak seperti sebelumnya.
Elga menatap Edgar sekilas sebelum masuk kedalam mobil, dan Edgar tersenyum tanpa mendapat balasan.
"Sepertinya memang susah menaklukan mu little lady." Ucap Edgar yang melihat mobil Elga meninggalkan parkiran kafe.
"Tapi rasa cintaku tidaklah membuatku menyerah."
.
.
LIke, KOMEN Jagan lupa sayang 😘