Gadis 147 cm

"Sombong sekali kamu,ya.Kita lihat saja nanti siapa yang akan lebih dulu kalah dan bertekuk lutut."

"Maksudnya–?"

"Maksudnya adalah ini—."

Grepp

'Kyaaa–"

BRAKKK

"Aduh–"

Abiseka sangat geregetan dengan tingkah Faiha yang berani menantangnya secara terbuka. Ia ingin memberi pelajaran sedikit pada gadis jutek itu.Dengan gerak cepat ia meraih pinggang ramping Faiha dan merengkuh kedalam dekapannya.

Sontak saja Faiha begitu terkejut akan perlakuan yang di terimanya. Dengan mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya ia memberontak, mendorong dada bidang Abiseka dan alhasil tubuh Faiha malah ikut terjungkal jatuh mengikuti tubuh Abiseka yang mendarat di atas lantai yang keras, ditambah Faiha yang menindih tepat di atasnya dengan kedua bibir mereka yang telah menempel sempurna.

Kedua mata mereka membulat sempurna dengan wajah tegang saling menatap dengan jarak begitu dekat.Detak jantung mereka pun seakan berdisko ria saling bersahutan. Je dag je dug seperti itulah suaranya.

"Boss, ini berkas yang—ups, maaf."

Mengira bahqa sang boss hanya seorang diri, Heru dengan santainya menyelonong masuk dan betapa shock nya melihat pemandangan indah yang tertangkap di penglihatannya.

Wajah Heru seketika memerah karena malu dan juga ada rasa takut secara bersamaan. Ia takut kena amukkan sang boss karena telah lancang masuk kedalam ruangan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Heru langsung melesat keluar dan menutup pintu itu kembali.sebelum terkena semprot boss galaknya.

"Sial, mati gue." Mengelus-elus dadanya .

"Siapa yang mati,Pak? Kenapa bapak malah keluar lagi dan itu kok, tidak jadi di serahkan pada boss."

Indri Sektetaris Abiseka bertanya ketika Asisten boss nya itu begitu cepat leluar lagi dari dalam ruangan dengan sebuah map yang masih.di tangannya.

"Sudah, kamu tidak perlu tahu.Lanjutkan saja pekerjaanmu!" Indri mengangguk menuruti perintah Heru, wanita muda itu kembali berkutat pada pekerjaannya.

"HERU...sedang apa kamu di luar?masuk!"

"Itu Pak, di panggil boss."

Suara menggelegar Abiseka membuat Heru bertambah ketar ketir.Sudah di pastikan ia bakal kena semprot karena kesalahan yang ia buat.

"Iya, saya sudah dengar.Bismillahirahmanirahim."

"Kenapa pakai berdo'a masuk ke ruangan boss? Pak Heru ini ada-ada saja,deh." Indri menggeleng-gel3ngkan kepalanya.

Heru membuka pintu perlahan dengan kepala menunduk. Ia tidak berani menatap sang boss dan calon istri boss nya yang tadi tanpa di sengaja melihat keintiman pasangan tersebut.

"Apa uangmu jatuh?"

"Ti-tidak boss."

"Lalu kenapa kamu selalu melihat ke bawah? Yang mengajak bicara itu manusia bukan lantai itu.Kalau di ajak bicara lihat orangnya."

Kesal pada sang asisten yang malah terus menunduk tak menatapnya.

"Maaf boss, yang tadi saya tidak sengaja.Saya sudah mengetuk pintu beberapa kali tapi, tidak ada sahutan dari dalam. Ternyata boss sedang test drive. Sudah tidak sabar ya boss." menyengir tanpa dosa.

"Apa kau bilang barusan?" Melotot tajam.

"Eh–maaf boss, bukan itu maksudnya. Saya salah ucap."

"Aduh ini bibir cati masalah saja." Menepuk-nepuk mulutnya keceplosan bicara.

Faiha juga terbelalak kaget mendengar perkataan absurd tersebut, sungguh ia sangat malu sekali.Wajahnya memerah bak tomat masak.Bisa-bisanya aisten boss nya itu berpikiran ke arah sana yang takkan pernah terjadi.Impossible aka tidak mungkin. Faiha bisa menjaminnya. Hanya Faiha tapi, Abiseka...belum tentu. Namanya juga laki-laki.

"Mana–sini kerkas yang harus di tandatangani." Tak ingin memperpanjang kesalah pahaman yang barusan terjadi, Abiseka menghentikan obrolan tak jelas tersebut.

"Ini, boss." Heru menyerahkan map yang sejak tadi di genggamnya. Selama boss nya memeriksa dan menandatanganinya, Heru sesekali melirik kearah Faiha yang tengah duduk manis sambil berpura-pura sibuk dengan ponselnya guna mengalihkan rasa canggungnya.

"Ehemm–ini, sudah."

"Oh, iya boss.Kalau begitu saya permisi."

"Mari nona Faiha." Melangkah sambil mengangguk menyapa calon istri boss nya. Faiha pun membalasnya dengan tersenyum tipis.

"Sudah selesai kan,Tuan.Kalau begitu saya juga undur diri." Bangkit dari duduknya

"Hmm–ingat, di acara lamaran nanti aku harap kamu bisa berperan sebaik mungkin." Abiseka menjawab tanpa melihat Faiha yang sudah melangkah keluar.

Brakk

"Heh–tambah ngelunjak saja dia, omonganku sama sekali tak di gubrisnya. Lihat saja nanti, tunggu pembalasanku." Abiseka kesal bukan main karena ternyata Faiha sama sekali tak mengindahkannya.Gadis mungil itu menyelonong pergi tanpa mendengarkannya.

Sjngkat cerita

Hari ini adalah hari yang begitu di tunggu-tunggu oleh kedua keluarga. Yaitu keluarga Jayendra yang kini telah hadir di kediaman keluarga Faiha dalam acara lamaran.

Faiha tampil cantik dengan kebaya modern berwarna cream sangat pas di tubuh ramping dan mungil-nya.

Semua mata terpana memandangnya, tubuh Faiha yang mungil namun berisi (montok red) itu sungguh mempesona. Sedangkan Abiseka memakai setelan Jas dengan warna coklat tua juga tampak begitu tampan.

Seluruh acara berjalan dengan lancar perkenalan dan ramah tamah kemudian dilanjutkan dengan kedua pasangan saling bertukar cincin lalu di lanjutkan dengan makan bersama.setelahnya dua keluarga bercengkerama santai.

Nyonya Malika sudah tampak akrab dengan bulek Lastri. Padahal mereka baru pertama kali bertemu kesuanya tengah asik saling bercurhat ria mengenai putra dan putri mereka masing-masing. Nyonya Malika sangat kagum dengan bulek Lastri yang telah membesarkan 3 orang anak setelah sang suami meninggal dunia. Di tambah lagi wanita itu di titipkan seorang keponakan yaitu Faiha yang merupakan anak dari kakak laki-lakinya.

"Jadi, Faiha itu sejak remaja memang sudah mandiri ya jeng?pantas saja saat dia di rumah kami sangat pintar memasak dan melakukan segala hal terutama pekerjaan rumah tangga.Ternyata saya tidak salah pilih menantu." Nyonya Malika bergitu bangga dengan Faiha yang segera akan menjadi menantunya.

"Iya Nyonya, Faiha itu anak yang sangat baik dan begitu berbakti pada orang tuanya. Semenjak saya menggantikan kedua orang tuanya, gadis itu sama sekali tak bisa diam.Padahal setelah dia tamat sma saya sudah menyuruhnya untuk melanjutkan kuliah.Tapi, dia tidak mau. Katanya ingin bekerja saja membantu biaya sekolah adik-adiknya. Kadang saya merasa kasihan pada anak itu. "

"Jeng Lastri, tolong jangan panggil Nyonya. Panggil saya mbak atau apalah asal jangan nyonya. Saya kurang nyaman mendengarnya, kita ini kan sebentar lagi akan berbesanan."

"Oh, baiklah.M-mbak Malika." Bulek Lastri masih canggung.

Mari kita beralih pada pasangan yang baru saja resmi bertunangan. Siapa lagi kalau bukan couple tom and jerry Abiseka Jayendra dan Faiha Arsyana.

Kedua sejoli tersebut kini tengah duduk manis di salah satu sofa yang telah di sediakan untuk keduanya. Mereka duduk terpaku dan diam-diaman, hanya sesekali saling menoleh bertatap muka kemudian membuang muka dan mengalihkan pandangan ke arah lain.

Mereka tidak menyadari kalau sejak tadi Anwar dan Hana memperhatikan gerak gerik keduanya yang tampak aneh dan mencurigakan.

"Mas Anwar,itu mbak Faiha sama mas Abiseka kok, kayak ada yang aneh ya sama mereka?"

"Emm–iya juga sih.Mbak Faiha seperti tidak suka dengan laki-laki itu. Dia terlihat begitu dingin pada mbak Faiha."

"Ternyata mas berpikir hal yang sama seperti aku juga.Bagaimana kalau ternyata hubungan mereka tidak sebaik yang kita kira. Apa keluarga mas Abiseka juga benar-benar telah menerima mbak Faiha ya,mas? Aku kasihan sama mbak Fai kalau ternyata–" Hana begitu khawatir dengan kakaknya.

"Huss–pelan-pelan bicaranya, nanti ada yang dengar!Sudahlah, kita jangan berpikir yang jelek dahulu.Siapa.tahu itu tidak benar, hanya perasaan kita saja. Kita do'akan saja semoga mbak Faiha berbahagia dengan pernikahannya nanti."

"Aamiin yra.Iya ya, mas."

Obrolan mereka pun terhenti dan tak lama terdengar suara Tuan Aryan Jayendra yang memberikan kata penutup dalam acara lamaran tersebut. Dan telah di sepakati serta di putuskan bahwa acara ijab qobul akan di laksanakan seminggu kemudian di sebuah hotel dan malam harinya akan di laksanakan resepsinya.

"M-minggu depan ya?" Sontak Faiha terkejut tak menyangka akan secepat itu. Abiseka yang tepat duduk di sebelahnya refleks menoleh dan membisikkan sesuatu ketelinga Faiha.

"Kenapa? Apa kamu ingin lebih di percepat? Boleh saja, aku tidak akan menolaknya kok, sayangku."

"PLAKK–"

Bersambung

Hai-hai, saya kembali lagi dengan cerita terbaru semoga kalian suka ya. Jangan lupa like dan komennya . Terima kasih.