Takdir hidup memang pilihan, lalu bagaimana kalau takdir itu yang memilihmu?
"Disaat takdir sudah memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!"
Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.
Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria berusia 25 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA BAB 20 Budak Cinta
Mia menopang dagu lelah, pandangannya tertuju pada halaman rumah Rajendra yang begitu sangat luas. Selepas mengantar Januar terapi dan berobat, Mia menyempatkan dirinya beristirahat dan makan siang. Sementara Januar tengah diambil alih oleh Eyang Putri. Wanita sepuh itu memahami kondisi Almia saat ini, Eyang Putri tahu kalau Mia tengah kelelahan.
Maka dari itu dia membiarkan Mia beristirahat, mengambil alih Januar dan membawa pria itu keruang kerja Almarhum Ginanjar- putra semata wayangnya.
Sementara Mia masih sibuk dengan pikirannya. Memikirkan ucapan Januar tadi pagi, Mia menggelengkan kepalanya berusaha mengabaikan semua kata kata Januar yang terus saja berdengung di telinga dan otaknya.
"Wah, kemana si manja? kenapa babu nya malah duduk santai disini? mau makan gajih buta!"
Mia tersentak dari lamunannya, gadis berkemeja coklat itu menatap pria yang tengah bersidekap dada didepannya. Wajah pria berdimple di dagu itu terlihat angkuh dan songong. Entah kenapa Mia sama sekali tidak menyukainya, walaupun wajahnya tidak kalah tampan dengan Januar.
"Saya sedang istirahat Tuan. Janu juga sedang bersama Nyonya Eyang, jadi maaf saya tidak pernah makan gajih buta. Saya melakukan tugas saya dengan baik!" tegasnya.
Mia tidak terima! dia tidak menerima perkataan pria itu, yang menyimpulkan kalau dirinya abai pada Januar dan tugasnya.
"Situ kali yang makan gajih buta! masih siang udah pulang ke rumah!"
Entah kenapa kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya, Mia yang menyadari ucapannya segera membekap mulutnya sendiri. Sudut matanya melirik pada pria beralis tebal, yang tengah mengepulkan asap dari kedua telinganya.
"Maaf, mulut saya sulit di kontrol kalau sudah julid."
Mia segera bangkit dan berlari meninggalkan pria itu sendiri. Mia tidak peduli kalau dirinya akan terkena masalah nanti- yang terpenting saat ini adalah kabur.
Sementara pria berdimple di dagu itu semakin mengepulkan asap di kepalanya. Ingin rasanya dia memaki dan mengatai pengasuh adik tirinya, ternyata bukan hanya Januar yang menyebalkan- babu nya pun ikut menyebalkan sama seperti tuannya.
"Babu sialan, babu ku-,"
Ucapannya terhenti, kala merasakan ponsel di sakunya bergetar. Kedua matanya membulat dan berbinar, kala melihat nama kontak di layar ponselnya.
"Ha-,"
"JULIAN SIALAAAAANNNN! APA YANG LU LAKUIN HUH! KENAPA KEPALA RUMAH SAKIT MINDAHIN GUE, JAWAB BANG*KE!"
Julian menjauhkan ponselnya, telinganya berdengung keras. Namun bibirnya tidak berhenti tersenyum kala mendengar umpatan gadis pujaannya. Gadis yang selama ini dia kejar, namun sang gadis selalu berlari menjauh.
"Cuma mindahin kamu ke kota ini, biar kita bisa ketemu terus."
Julian terkekeh kecil, biarkan saja orang lain menganggapnya gila. Dia memang sudah gila, karena tergila gila pada gadis yang tengah memakinya di telepon.
"DASAR GILA! JULIAN JANGAN GUNAIN KEKUASAAN LU BUAT NINDAS ORANG YA! GUE BAKALAN BENCI SAMA LU SELAMANYA!"
Tut!
Panggilan di putuskan secara sepihak oleh sang gadis. Julian membulatkan kedua matanya, kata kata terakhir yang di lontarkan sang gadis membuat Julian kalang kabut.
Tidak! dia tidak mau kalau sampai gadisnya itu membencinya. Disaat gadis itu tidak membencinya saja sudah kesulitan mendapatkannya, apa lagi kalau sampai sang gadis membencinya.
"Maura, awas aja kalau kamu membenciku!" desisnya.
Julian segera pergi, pria itu melangkah keluar rumah. Julian akan kembali ke kota yang di tempati gadis pujaannya saat ini. Kota yang memisahkan mereka selama hampir satu tahun ini. Membuat Julian harus rela bolak balik demi bisa menemui sang gadis.
Sementara di balik pintu, Mia memasang wajah geli kala melihat pria menyebalkan itu kalang kabut.
"Dih, dasar budak cinta. Pasti yang nelepon tadi pacarnya, kasihan banget tuh jadi panik. Aku doain jadi babu pacarnya tuh, si songong!" sumpah serapah Mia akan di jawab oleh Author nanti.
**OTW JADI BABU 😂😂😂😂😂😂
YUHUUU SEE YOU DI BAB TERAKHIR NANTI, HARI INI AKU MASIH SIBUK YA GUYS
JADI PART TERAKHIR AKU USAHAIN UP NANTI SIANG KALO ENGGAK SORE
LORD ERKAN JUGA
SOALNYA MASIH NYIAPIN PERNIKAHAN SEPUPU KU, SORRY 🙏🙏🙏
MUUUAAACCHH😘😘**
perkara pertanyaan dari april (calon istri) yg buat jun salah paham karena mia ga jelasin detail.. masalah ny jadi melebar 😆😂😂
dari kulitnya, wajah, hidung, mata apalagi bibirnya..