Kania indira putri dipaksa menikah dengan anak Majikan yang sedang patah hati.
Padahal ia tahu sejak Awal bertemu Aran sangat membenci dirinya.
Dia kerap menjadi ajang pelampiasan kekasalan Aran.
Tapi apa hendak di kata karena hutang dan balas Budi Kania harus menerima takdir menjadi istri Seorang Aran Maheswara yang dingin dan angkuhnya tidak ketulungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lara hati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua puluh, Telepon dari Silvia
"Jadi dia masih tidur?" Tanya Sanjaya saat Kania turun.
" Iya, Pa..."
" Biar Papa yang mengurusnya."
Sanjaya gegas bangun menuju kamar Aran dengan muka menahan marah.
Sanjaya menarik kasar selimut yang membungkus tubuh Aran dan mencampaknya secara sembarangan.
"Papa...!?"
" Kamu ngapain? jam segini masih mau tidur!?"
Aran duduk tegak dengan muka dan rambut yang masih kusut.
"Cepat mandi, siapkan dirimu untuk ngantor." kata Sanjaya tanpa basa basi.
" Tapi pa..."
" Tak ada tapi- tapian. Jangan bertingkah seperti Pecundang Aran. Kau sudah dewasa.
Mau sampai kapan seperti ini terus?"
"Papa tunggu kamu, di bawah dalam waktu sepuluh menit. kita pergi bersama ke perusahaan. Jika kamu tidak turun maka Papa akan bekukan semua saham- saham dan memblokir semua akses keuanganmu."
Setelah menggertak, Sanjaya gegas keluar kamar.
Dengan hati Jengkel, Aran bergegas mandi dan bersiap- siap.
Sanjaya selalu serius dengan ucapannya.
Saat menuruni tangga dia masih memasang wajah masam.
Semua itu tak luput dari perhatian Sanjaya, Kinasih dan Kania.
" Ma, Papa berangkat kerja"
Sanjaya mencium kening istrinya sebelum pergi
Aran ikut mencium pipi ibunya.
tapi mengabaikan Kania.
Lalu mengekori Sanjaya keluar.
Kania bergegas menghampiri Aran, hendak mencium punggung tangannya.
Tapi tangan Kania segera di tepis Aran.
"jangan sentuh aku!" bentaknya
Sikap Aran membuat Kania sedih dan malu.
Karena di lihat oleh para pelayan dan Mertuanya.
Dia menunduk.
" Aran, kamu keterlaluan!" bentak Kinasih
memeluk bahu Kania.
" Sabar, ya Sayang.."
Kania tersenyum kecil mengangguk.
" Kenapa kamu bersikap seperti itu pada istrimu?" tanya Sanjaya saat di dalam mobil.
" Istri...!? Aran tidak pernah menganggap wanita itu sebagai istri. Aku Menikahinya karena tidak ingin melihat Papa dan Mama kecewa. Lagipula dia hanya seorang pelayan. Aku bisa menceraikannya kapan pun yang aku mau jika tidak berminat melanjutkan main rumah- rumahan. Pelayan miskin sepertinya bisa apa, sih!"
" Aran! jaga mulutmu. Papa tak habis pikir kenapa kamu jadi seperti ini."
Aran tidak perduli dengan bentakan Sanjaya. Dia membuang pandanganya keluar jendela, duduk dalam diam hingga tiba di perusahaan.
"Kamu akan di dampingi asisten yang baru. Dia putra sahabat papa, Adam sentosa."
Aran berpaling.
kenapa Nama Adam sentosa terasa tidak asing. .
" Gibran kemana?"
" Gibran Papa kirim ke London. Menggantikanmu memimpin perusahaan di sana."
"Kenapa harus Gibran, pa.."
Aran merasa kecewa.
Gibran adalah anak laki- laki yang sudah di kenal Aran sejak kecil..Aran merasa lebih nyaman Bekerja dengannya
Tapi siapa putra Adam sentosa yang akan menggantikan Gibran?.
" Namanya Charles Sentosa, seorang pengusaha di bidang kuliner. mereka memiliki beberapa restorant besar.. yang sukses. Lee, sangat pintar dan cekatan."
"Jika keluarganya sesukses itu kenapa dia melamar menjadi Asisten di perusahaan kita.?"
" Dia ingin sukses dengan usahanya sendiri. Jadi dia ingin memulai semua dari diri sendiri. tidak memakai nama besar keluarganya. Seharusnya kamu bisa mencontoh dia."
" Sombong sekali. tapi Faktanya dia menjadi Asisten di perusahaan karena keluarganya punya koneksi dengan Papa."
" Dia mengikuti tes dan memakai nama palsu...kenyataanya dia lulus dengan nilai tertinggi."
Mobil yang membawa Sanjaya dan Aran memasuki lobby perusahaan.
Seorang pemuda tampan berkulit putih, tinggi,memakai jas lengkap sudah menunggu didepan pintu lobby.
melihat Kedatangan mobil Milik Sanjaya dia gegas mendekat dan membukakan pintu dengan sopan.
"Terima kasih, Lee..."
" Sama- sama Tuan besar." Sahut Lee dengan senyum manisnya.
Aran merasa pria itu sama sekali tak cocok menjadi seorang Asisten.
Dia lebih terlihat seperti seorang pengusaha sukses.
Tampang dan penampilan tak jauh berbeda dengan Aran.
"Kenalkan ini anak om.., namanya Aran. Kau akan bekerja di bawah pimpinannya.."
Lee membungkuk hormat.
" Saya tahu, Tuan besar..semoga kita bisa bekerja sama dengan baik, Tuan muda." kata Lee hangat.
"Panggil saja Om seperti biasa. rasanya janggal, jika kamu memanggil kami dengan panggilan aneh begitu. Tuan besar, tuan muda"
Lee terkekeh.
" Baik, Om"
Hari ini Aran dan Lee, di biarkan sibuk oleh Sanjaya.
bahkan Sanjaya membuat Aran bekerja lembur agar tidak sempat lagi nongkrong di Klub malam.
Sanjaya sudah mengatur semuanya.
Aran akan lembur setiap hari sehingga perilaku buruknya untuk minum- minum berkurang. Lagipula Lee sudah setuju mendampingi Aran bekerja meski sampai pagi.
Di tengah malam buta di saat semua orang lelap dalam tidurnya
Aran kembali ke rumah dalam kondisi lelah dan mengantuk.
Kania tersenyum mendengar suara mobil memasuki garasi.
Itu mobil Asisten Aran.
Sanjaya sudah memberitahukan Kania jika Aran akan lembur setiap malam untuk mencegah Aran ke klub. Dia juga tidak mengijinkan Aran memakai mobil pribadi untuk bekerja. Lee akan setia datang mengantar dan menjemput dengan mobil perusahaan.
Sebagai seorang istri yang baik, Kania merasa perlu menunggu suaminya pulang.
Dia gegas membuka pintu sebelum Aran sempat mengetuk
" Tuan, Anda sudah pulang? "
"kamu belum tidur?" tanya Aran dengan wajah dingin.
Kania tersenyum, tanpa menyahut dia mengambil alih tas Aran dan membawanya.
Suaminya itu tampak kusut dan acak- acakan.
Namun tidak bisa menutupi ketampanan wajahnya.
Karena lelah dan malas berdebat,. Aran membiarkan Kania membawa tasnya.
Ini adalah malam kedua mereka sebagai pasangan suami istri.
Seharusnya Aran masih cuti. layaknya pasangan yang baru menikah.
Dia malah di minta lembur oleh Papa.
jadi apa gunanya Aran menikah?
Salah mu sendiri, Aran !! kenapa suka bawa pulang perempuan ke rumah..
Aran dan Kania menaiki undakan tangga dengan posisi Kania mengekor di belakang
Setibanya di kamar, Aran langsung rebahan tanpa membuka sepatu dan jasnya. Dia langsung terlelap.
Kania hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Aran.
Meski enggan dan risih akhirnya Kania memberanikan diri membuka Sepatu dan kaos kaki Aran tanpa mengusiknya.
Drrttt..
Phonsel Aran berbunyi
Pria itu terbangun melirik pada tangan Kania yang masih memegang sepatunya.
Pandangan nya dan Kania saling mengunci sesaat.
Tapi dering phonsel itu mengalihkan Aran.
"Silvia.." desahnya. begitu melihat layar.
Aran merasa berdebar- debar.
"Silvia.?"
" Aran tolong aku...perutku sakit sekali.. suamiku sedang perjalanan dinas, kurasa aku akan keguguran''
Terdengar suara Silvia yang sedang menangis kesakitan di selingi rasa cemas dan takut.
Rasa kantuk dan lelah menghilang dalam sekejap.
Dia melompat turun dari ranjang.
"Aku harus pergi...! " Kata Aran tergesa- gesa dengan wajah ketakutan.
Kania bisa menatap punggung Aran tanpa bisa bertanya apalagi mencegah.
" Apakah tadi Nona Silvia yang menelpon? Kenapa Tuan muda panik begitu "
# Di sini Kania dan Aran sama- sama belum memiliki perasaan cinta satu sama lain.
Jadi belum ada percikan api cemburu....
Readers sabar ya.
Lanjut thor
Lanjut thor
Semangat thor