Saat kamu menemukan seseorang yang sangat amat kamu cintai, lebih dari sahabat, namun dia malah meninggalkanmu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gue Suami Lo Kalo Lo Lupa
Disinilah mereka sekarang. Menikmati dinginnya hotel tanpa keluar kemana mana. Karena Haruto yg sibuk dengan pekerjaan kantornya dan Hana dengan drama koreanya.
"To"
"Hm?
"Hp gue lowbet nih, pinjem hp lo dong"
"Sebelah lo"
Hana menoleh dan segera mencharger ponselnya, mengganti dengan milik Haruto. Sebenarnya dia enggan memakai ponsel milik orang lain. Tapi dia harus menyelesaikan drama yg baru saja dia mulai di pesawat tadi. Kalau tidak dia tidak akan bisa melakukan semua aktivitasnya dengan tenang, termasuk tidur nyenyak.
"Apa pass,"
"Ga ada password"
"Kalo ilang?" Ucapnya sambil menggeser setiap menu.
Haruto adalah tipe pria yg simple, bahkan di menu ponselnya saja hanya tersimpan aplikasi yg memang sudah ada disana. Sisanya mungkin hanya aplikasi tambahan, dan sebuah game yg Hana yakini itu tidak pernah Haruto sentuh.
Coba lihat sekarang? Pria itu bahkan selalu saja sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan saat sudah sampai Jepang untuk berlibur. Pria itu bahkan rela membawa laptopnya terbang sampai negri orang.
"Beli lagi, lagian siapa yg mau ngambil hp gue"
"Dih sok kaya lo"
"Emang kaya"
"Hp ngga ada isinya gini mending buat gue"
"Bawa kalo lo mau"
"Eh? Serius?"
"Iya" Hana membuka galeri, hanya ada banyaknya sektiar 30 foto, terdiri dari 20 foto lama dan 10 foto baru.
"Gue kira ngga ada isinya" Hana menunjukkan pada Haruto. Gadis itu sebenarnya bisa menunjukkan 10 foto dipernikahan mereka, tapi foto ini jauh lebih menonjol dari yg lain pikir Hana.
Haruto menoleh "oh" lantas kembali bekerja lagi.
"Cuma oh?"
"Emang lo peduli? Lo butuh validasi gue atas foto itu? Engga kan?"
"Ya engga juga sih, tapi cantik ya dia? Kapan terakhir ketemu?"
"Kuliah semester 3 kayanya, waktu gue balik ke Indo"
Bukannya melanjutkan menonton, gadis itu malah meliat setiap foto itu dengan teliti. Bahkan Haruto saja sampai fokus dengan pekerjaannya karena Hana tidak menimbulkan suara apapun.
"Ngapain sih?"
Haruto mendegus, menutup laptopnya. Dia memilih merebahkan tubuhnya karena seharian hanya duduk, entah di pesawat ataupun hotel.
"Liatin ini, ini temen lo pada?"
"Mashiho, Yoshi, Asahi"
"Asahi? Gue kaya pernah liat ni anak deh"
Haruto terkekeh "itu kan sekertaris bokap lo"
"Lah, iya" kali ini Hana yg tergelak. Menyaksikan wajah Asahi yg datar, berbeda sekali dengan saat pertama kali mereka bertemu. Pria itu lebih cerita saat menyambutnya di kantor.
"Itu gue sama Yoshi emang sering buat lagu bareng,"
"Huh? Serius?"
Haruto mengangguk "dia emang punya band, sebenarnya ngajakin gue juga, tapi ya gitu lah"
Hana hanya melirik.
"Kalo dia suka banget ilang ilangan, susah di ajak ketemuan karena terlalu sibuk ngurusin bisnis bokapnya di Jepang"
"Disini?"
"Iya, nanti kita ketemu dia"
"Boleh, ey bentar"
Haruto melirik, menatap layar yg juga di tatap Hana dengan jeli.
"Ini cewek yg tadi kan?"
Haruto mengangguk.
"Nara bukan?"
"Lo kenal?"
...***...
"Travis"
Hana dan Haruto menoleh saat seorang wanita baru saja datang menghampirinya. Hana tidak salah lagi, dia kembali melihat Nara di tempat yg sama sekali tidak dia duga.
"Dia?"
"Salam kenal, Nara" Hana melepas maskernya, membuat gadis yg baru saja dia jabat tangannya terkejut bukan main.
Mungkin dia bertanya tanya dengan keberadaan Hana sekarang. Tapi Hana tidak peduli itu, yg dia pedulikan, kenapa gadis itu selalu ada di kehidupannya?
"Gue Watanabe Hana"
Haruto sedikit membuka matanya lebar. Kali pertama dia melihat Hana mengucapkan marganya secara frontal didepan namanya. Memang pantas? Tapi Haruto juga tidak bisa mengelak, karena memang Hana sudah resmi menjadi istrinya.
"Ah, gue turut berduka atas kematian Junkyu" ucapnya gugup sekaligus pelan.
Harusnya dia tidak bersikap apapun sekarang. Karena dari dulu dia memang tidak terlibat apapun di hubungannya bersama Junkyu. Lalu kenapa sekarang terlihat sangat aneh? Padahal Hana hanya memperkenalkan diri sebagai suami Haruto.
"Iya"
"Lo disini juga?"
"Iya, nemenin temen gue buat beli roti"
Haruto mengangguk pelan.
"Ngga mau gabung?" Tawar Hana.
"Ngga usah, gue cuma lihat Haruto aja tadi makannya nyamperin bentar. Gue pamit ya kalo gitu"
Hana menatap punggung Nara yg menjauh.
"Travis?"
Haruto melirik, menyeruput kopi yg masih saja panas padahal dia sudah menunggunya lama untuk dingin.
"My english name and she's like it"
Hana terkekeh "ex?"
"Yeah"
"Kalian cocok, kenapa ngga nikah aja?"
"She's can't move on with her passed and,"
Hana menghela napas "lo juga, terus kenapa malah nikah sama gue? Katanya she's the one only, itu artinya lo ngga bisa move on kan dari dia?"
"Sok tau banget sih lo"
"Tau gue, gue juga bisa jawab jawaban dari pertanyaan gue sendiri kok"
"..."
"Karena kepepet dan lo ngga punya waktu buat move on dari dia, makannya lo manfaatin yg ada. Kalo bisa gue bilang, kita simbiosis mutualisme"
"Apa untungnya di gue?"
"Move on dari dia, lo tau ngga siapa yg lo sebut her passed?"
Haruto hanya diam menatap Hana.
"Kim Junkyu"
...***...
"Gue tau selama ini Nara suka sama Junkyu. Tapi gue cuma bisa diem karena dia ngga coba ngerusak hubungan gue"
Haruto hanya melamun. Pria itu sembari tadi berdiri dibalkon kamar sambil memegang secangkir susu hangat di tangan kanannya. Selepas pergi ke cafe itu, Haruto seperti tidak punya energi lagi untuk sekedar bicara.
"Ternyata dia pacaran sama lo saat Junkyu malah jadian sama gue?"
"Travis"
"Nama gue Haruto" ucapnya malas setelah kejut. Gadis itu membuat jantungnya hampir cipot karena kemunculannya yg tiba tiba.
"Bunda minta foto kita nih, gimana?"
"Kasih aja"
"Mau di kasih foto item putih gitu? Lo gila apa? Kita sama sekali ngga pergi, kecuali ke cafe tadi. Lebihnya kita ngga ada foto apapun!"
Haruto menarik ponsel Hana, lantas menjepret begitu saja.
"Eh sembarangan lo!"
Ting!
Itu dimana kok fotonya cuma setengah?
"Haruto?!"
Haruto tak peduli. Pria itu lantas kembali menghadap balkon, membiarkan Hana uring uriangan dengan ponselnya sendiri. Walaupun dia tau Hana sedang mengumpatinya saat ini.
"Bego lo!"
"Bisa diem ngga sih? Gue lagi pusing!"
"Ngga peduli gue, sekarang jelasin ke Bunda!" Serunya sambil melangkah masuk.
...***...
"Travis"
Hana yg hampir menuju ke arah Haruto terhenti setelah melihat keberadaan Nara. Kenapa harus gadis itu lagi? Yg selalu ada di seseorang yg sudah ada di hidup Hana, Junkyu dan sekarang Haruto?
Gadis itu menghela napas, menatap Nara yg mengusap poni Haruto dengan lembut. Semestinya pria itu menghindar karena statusnya sekarang. Tapi kenapa dia malah diam? Seolah olah tidak ingin mengganggu aktivitas sang mantan kekasih. Bahkan pria itu tidak mengelak saat Nara mengusap pipinya.
Haruskah Hana marah?
Tapi untuk apa? Status pernikahan mereka hanya berdasarkan perjodohan dua orang yg tidak saling mencintai. Mereka hanyalah dua individu yg tidak membutuhkan satu sama lain.
Biarkan pria itu melakukan hal yg dia suka , begitu juga sebaliknya. Berselingkuh? Memang apa dasar sebutan itu tercipta? Bahkan Hana tidak berhak mengatai Haruto jika pria itu berselingkuh. Dia bahkan bisa melakukannya, karena mereka tidak saling menaruh perasaan.
Hana menunduk, menatap es krim yg sudah mencair di tangannya.
Ah, bahkan dia lupa kalau Haruto baru saja memintanya membeli es krim.
"Hana?"
Gadis itu menoleh, bertepatan dengan Nara yg menatap ke arahnya.
"Meleleh, gue beli lagi deh"
"Ngga perlu," Haruto kali ini melangkah ke arah Hana. Bahkan pria itu sama sekali tidak berpamitan dengan Nara. Dia justru meraih tangan Hana untuk di gandeng.
"Ayo"
Nara menghela napasnya panjang. Menatap Haruto dan Hana yg sudah jauh dari jangkauannya. Gadis ini menyesal telah melepaskan seseorang yg sangat berharga seperti Haruto. Pria yg selalu mewarnai hari harinya sekarang sudah melukis cat pada kanvas lain.
"Lepas"
Haruto berbalik, tepat menghadap Hana tanpa sepatah katapun. Namun dia mengalihkan pandangannya pada es krim yg sudah membuat tangan Hana kotor.
"Gue minta maaf" Haruto melepas es krim itu dab membersihkan tangan Hana dengan kausnya.
"Eh?"
"Mulai detik dimana kita ngelakuin sumpah pernikahan itu, gue udah ngelepas semua hal yg membebani gue di masa lalu"
Hana hanya diam, menatap Haruto yg masih sibuk membersihkan tangan Hana.
"Jadi lo ngga perlu berpikir gimanapun kalo ada cewek yg deket sama gue, karena kita cuma temenan"
"..."
"Hana, setelah ciuman pertama kita,"
"..."
"Gue selalu yakinin diri gue sendiri kalo gue seutuhnya milik elo. Siapapun orang yg udah pernah sama gue, itu semua lampau"
Hana masih menatap Haruto, pria itu sama sekali tidak menatapnya balik. Entah malu atau takut, bahkan suaranya kini sudah bergetar.
"Kalo lo berpikir gue bakal selingkuh, buat apa gue nikah? Sekalipun gue mau, lebih baik kita pisah supaya gue bisa main sama semua cewek tanpa terikat"
"Brengsek lo"
Haruto kali ini mendongak.
"Gue sayang sama Nara, tapi gue ngga bisa"
"Kenapa?"
"Elo?"
Mereka saling bertatap.
"Gue harap gue jatuh cinta sama lo sejak pertemuan awal kita"
Hana terkekeh "gue ngga keberatan kalo lo pacaran sama Nara atau siapapun. Gue bisa ngelakuin apapun yg gue mau dan elo juga, karena kita ngga butuh satu sama lain"
"..."
"Lo berhak atas hidup lo dan gue berhak atas hidup gue"
"Lo ngelupain fakta kalo hidup lo itu hak gue juga?"
"Gue ngga suka ada orang yg ikut campur urusan gue"
"Gue suami lo, kalo lo lupa"
Hana menatap tajam. Gadis itu menghela napas, kali ini dia menatap kaus hitam Haruto yg sudah penuh dengan noda krim.