"sudahlah mas, jangan marah terus"
bujuk Selina pada suaminya Dante yang selalu mempermasalahkan hal-hal kecil dan sangat possesif..
"kau tau kan apa yang harus kau perbuat agar amarahku surut"
ucap Dante sambil membelakangi tubuh Selina..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menagih janji Selina..
Sesampainya di kantor Dante mengarahkan Selina untuk menunggu di ruanganya..
"kamu tunggu di sini dulu ya Sel..nanti kalau kamu butuh apa-apa panggil OB saja" ucap Dante lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan menutup pelan pintunya...
Diruang itu suasana sunyi, namun pikiran Selina yang berisik membuatnya lekas memegang kepala dengan kedua tanganya dan sedikit menekannya..
"ya Tuhan, mengapa hal ini harus terjadi pada pernikahan ku...." ucap Selina lirih...
Belum sampai 5 menit duduk di sofa cream di ruangan itu, tepatnya depan meja kerja Dante..
Selina telah sesak dengan rasa bosan, ia mengeluarkan handphone yang semula berada dalam totebag.
ia menekan layar ponselnya yang tertera berberapa notifikasi pesan whatsapp dari Rini, dari Bryan dan Dari bu Ratna..
ia membuka semua notifikasi itu dan membalas pesannya satu persatu, mulai dari Rini yang memberi laporan tentang toko kue, Bryan yang mengajak nya makan malam bareng karna akan memperkenalkan kekasihnya pada anggota keluarga, dan bu Ratna yang bertanya tentang Dante..
"gimana Sel.. Apa Dante sudah mau periksa.."
merasa tidak bisa menjelaskanya lewat pesan Selina men telephone bu Ratna dan berjanji akan bercerita lusa.
semua pesan telah ia balas..kini matanya tertuju pada aplikasi novel online di layar handphonenya..
"mungkin dari pada bosan coba baca bentar deh"
Lalu membuka satu judul novel di aplikasi itu..
ia menyimak satu persatu babnya dengan antusias..
menghayati setiap tulisan yang tertoreh, dan setiap adegan yang tergambar dalam kata..
dan bibirnya mulai bergerak ringan..
" benar juga kata mas Dante hari itu, tidak ada pernikahan dan pasangan yang sempurna.." ia menghela nafasnya..
mengambil figura kecil di atas meja Dante yang berisi foto studio nya dan Dante.
"mas...kau tau betapa aku sangat mencintaimu, aku akan menemanimu apapun yang terjadi mas.."
lalu menyandarkan punggunggnya di Sofa dan terlelap perlahan.
hingga ia tidak menyadari kedatangan Dante..
Melihat istrinya yang tertidur Dante lantas memberi tahu asisten pribadinya untuk tidak mengganggu ruanganya sementara waktu..
"man tolong informasikan seluruh karyawan untuk tidak mengganggu ruangan saya untuk sementara waktu"
"siap pak.."
Lalu Dante mengunci pintunya menutup semua jendela di ruanganya ...
Ia melepas jas nya dan mendekati tubuh Selina, lalu mendaratkan ciuman hangat di bibir istrinya.
membuat Selina tersentak bangun.
"mas.... Jangan di sini.." lalu mendorong pelan tubuh suaminya..
"ayolah Sel..bukan kah kau sudah berjanji.." jawab Dante sambil terus mendekatkan wajahnya pada leher istrinya, Dante paham betul istrinya sangat lemah di bagian ini..
Selina berusaha menolak tindakan Dante ..namun rasa hangat itu kembali menjalari tubuhnya, ia membiarkan matanya terpejam beberapa detik merasakan hembusan Nafas Dante yang mulai menggebu..namun fikirannya kembali tersadar bahwa rutinitas pekerjaan masih berlangsung hari itu, dan karyawan Dante bisa saja mengetuk pintu sewaktu-waktu..
Selina membuka matanya kembali mendorong lebih kuat tubuh Dante..
"mas tapi janjiku kan besok hari ini kantor masih ramai mas... " belum sempat melanjutkan rasa keberatanya
Dante telah berhasil menyingkap Dress yang di kenakanya...
"mas..jangan ceroboh.. " cegah Selina pada tindakan Dante, yang sama sekali tidak di gubris oleh suaminya itu..
Selina mencoba bangkit dari tempat duduknya mendorong keras tubuh suaminya hingga rebah di sofa..lalu merapikan kembali dressnya yang sempat tersingkap, tapi Dante menarik kembali tubuh istrinya hingga mereka rebah bersama..
"mas..."
Dante menutup mulut istrinya itu dengan jari telunjuknya..kini ia melepaskan kemeja putihnya dan kembali mendaratkan ciuman pada leher istrinya..
membuat Selina kembali tidak berdaya karena itu adalah titik lemahnya..
tapi ia tak mudah menyerah secepat itu..
"mas..jangan begini..aku kan sudah bilang besok" nadanya meninggi...
"mengapa harus besok Sel..aku maunya sekarang"
tatapan Dante mulai nakal..
"mas sudahlah kau bukan anak kecil..tahanlah sampai besok..janjiku kan besok..." bantahnya namun masih enggan mendorong Dante untuk menjauhi tubuhnya.
"sudahlah Sel menurut lah, apa harus aku memaksa istriku Sendiri"
Selina menggelengkan kepalanya pelan..
"tapi mas nanti kalau karyawanmu mengetuk pintu dan curiga dengan kegiatan kita bagaimana"
Dante semakin gemas dengan ucapan istrinya itu, ia semakin antusias mendekap erat tubuh istrinya sambil memandangi bibir Selina yang selalu membantah seolah menari-nari.
"Sel.." bisiknya pelan nyaris tak terdengar karna terasa lebih pelan dari suara nafasnya yang semakin menggebu..
"ya mas..." kini Selina sudah benar-benar tidak berkutik dan sengaja membiarkan Dante melakukan apapun yang ia suka..
"tenang saja ..sudah ku informasikan pada semua karyawan agar tidak mengganggu kita dulu"
sambil tersenyum tipis...
"apa mas..." Selina mencoba bangkit namun kini telah sulit karna himpitan tubuh Dante..
"bagaimana jika mereka berfikir yang tidak-tidak tentang kita mas"
"Sel, mengapa kau begitu khawatir tentang hal itu..mereka tidak akan berani berfikir begitu..."
"tapi mas.."
"jangan banyak tapi Sel..sebentar lagi aku akan membuatmu merasakan Cintaku"
Nafas Dante mulai berat ketika wajahnya hanya berjarak sejengkal dari Selina. Jemarinya berani menelusuri lekuk tubuh istrinya membuat Selina terkejut namun tak mampu menolak. Degup jantungnya berdentum seirama, kian cepat seiring setiap sentuhan.
Selina memejamkan mata, menyerah pada arus hangat yang menyalakan bara di dadanya. Bibir Dante mendarat, awalnya lembut lalu makin dalam, seakan ingin merebut seluruh kesadarannya. Ruangan sunyi itu perlahan dipenuhi bisikan napas mereka, hingga tak ada lagi batas yang bisa menjaga keduanya.
cinta itu perlahan mereda, hanya tersisa suara napas yang masih tersengal di antara keduanya. Selina terbaring lelah di sofa, sementara Dante menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, antara puas dan lega.
Tak ada kata yang keluar, hanya keheningan yang terasa berat. Dengan perlahan, Selina meraih pakaiannya yang sempat terlepas, menutup tubuhnya kembali dengan tangan bergetar. Dante ikut merapikan kemejanya, membetulkan kancing yang terlepas satu per satu.
Saat pakaian mereka kembali melekat, suasana justru terasa asing. Keduanya duduk bersebelahan, namun jarak itu seakan lebih jauh dari sebelumnya. Hanya tatapan sekilas yang terlempar, tanpa keberanian untuk berbicara.
"mau pulang sekarang Sel, sekalian kita makan siang.." Dante mulai membuka pembicaraan untuk mencairkan suasana..
Selina hanya mengangguk pelan
"ya mas.."
Namun respon itu justru membuat Dante merasa bersalah..
"maafkan aku Sel..seharusnya kita melakukannya besok" tangannya mulai menggenggam jemari Selina..
Selina hanya mengangguk bukan karena marah..tapi karna lelah kini menjalar di tubuhnya..
membuat Dante semakin merasa bersalah karena sempat memaksa istrinya..
"Sel ..aku Berjanji kita tidak akan melakukanya di sini lagi..maaf membuatmu tidak nyaman dan puas, nanti malam akan kutebus kesalahan ku Sel...aku akan memuaskanmu .."lalu mengecup kening istrinya.
ucapan itu justru terasa seperti ancaman bagi Selina..
" bagaimana bisa mas Dante masih mau melakukannya lagi nanti malam..apa dia fikir, aku robot yang tidak punya rasa lelah" gumamnya dalam hati.
"eh..enggak mas aku puas kok tadi..hanya sedikit tidak nyaman.." Selina tersenyum kecut..
"tidak Sel aku berjanji akan lebih lembut nanti malam.." lalu bangkit berdiri dan melangkah menuju pintu keluar.
"ayo..ku antar pulang Sel"
Selina pun bangkit berdiri mengikuti Dante dari belakang..
pipinya mendadak merah saat kunci pintu itu dibuka oleh Dante..dan mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu..
Demi menutupi rasa gugup dan malunya karena khawatir karyawan Dante akan curiga, Selina terus menundukan kepala saat melewati beberapa meja karyawan yang spontan menunduk dan mengucapkan selamat siang pada langkah Selina dan Dante saat lewat..
"mas aku malu banget..."
bisiknya pelan..
"tenang saja Sel..mereka tidak akan berani berfikir macam-macam"..
lalu menggenggam tangan istrinya dan terus melangkah meninggalkan kantor itu..menuju parkiran mobil.