kisah ini bercerita tentang seorang gadis cantik nan ceria, yang hidup bergelimang kasih sayang dari orang tuanya, sampai di titik di mana ayahnya membawa seorang wanita ke dalam rumahnya dan menghancurkan segalanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ynt ika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menemukanmu
" Apa kalian sanggup membayar administrasinya untuk membeli pakaian saja kalian tidak bisa hahahah " tawa dokter itu. Mereka yang merasa di rendahkan marah.
Galaksi mengeluarkan uangnya membayar administrasi tepat di hadapan dokter itu.
" Sudah. Jadi mari ke ruangan sekarang " Ucap George menatap Dokter itu yang masih dengan wajah angkuhnya.
" Cikk sombong sekali "
" Sessss " terdengar ringisan kecil dari Aksa. Nindi yang mendengar itu sudah tak dapat membendung lagi amarahnya. Ia maju berjalan cepat ke hadapan dokter itu. Aksa dan temannya bingung melihat Nindi. Dan tak lama
PLAK
PLAK
BUGH
Mereka yang melihat itu tercengang begitupun dengan Aksa dan yang lainnya. mereka melihat Nindi menampar kedua pipi dan memukul Dokter itu dengan kuat hingga membuat sudut bibirnya berdarah.
" Berani sekali kau Lax. Siapa yang memberimu keberanian sebesar ini sampai membuatnya menunggu di sini " lantang Nindi menarik kerah baju Dokter yang bernama Lax itu dan memukulnya.
BUGH
Lax jatuh tersungkur di lantai rumah sakit. Tidak ada yang berani menghentikan Nindi, karena mereka tau betul siapa perempuan itu. Lax yang melihat keberadaan Nindi di sana menjadi takut badannya gemetar hebat, merutuki kebodohannya sendiri yang sudah membuat gadis itu marah.
" Sialan kenapa kau membuatnya menunggu, apa kau tidak tau dia sedang kesakitan sekarang brengsek " Marah Nindi dengan nafas yang memburu menatap Lax bak predator yang kelaparan.
Aksa yang melihat itu terkejut belum selesai dengan keterkejutannya di kagetkan lagi dengan suara lantang Nindi yang memarahi dan memakai dokter itu. Ada apa dengannya. Pikir Aksa heran begitupun dengan temannya.
" Maafkan saya nona, saya tidak tau kalau mereka teman anda " jawab Lax dengan suara bergetar.
" Kau tidak seharusnya bersikap seperti itu Lax kau adalah dokter di sini. Apakah seperti itu sikap seorang Dokter pada pasiennya? " Desis Nindi menatap Lax yang hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Nindi.
" Bagaimana jika terjadi sesuatu kepadanya apa kau akan bertanggung jawab. Hah Jawab Brengsek " teriak Nindi.
BUGH
BUGH
Galaksi yang melihat Nindi sudah tak terkendali segera menghubungi Keneisha karena Nindi yang sekarang berada di hadapannya seperti bukan Nindi yang ia kenal. Mereka sempat bertukar nomor telepon tanpa di ketahui oleh yang lain.
Aksa terpaku di tempatnya mengetahui kekhawatiran Nindi pada dirinya yang teramat besar. Ia sedikit tersentuh karenanya.
Tak lama Keneisha datang bersama dengan Anjani mereka buru buru memasuki rumah sakit karena mendengar suara lantang dari Nindi.
Ternyata area itu sudah di kerumuni banyak orang. Mereka menerobos dan berjalan ke arah galaksi dan teman temannya.
" Ada apa kenapa kau menyuruhku kemari? " datar Keneisha menatap Galaksi.
" Lihatlah ke sana Nindi sedang memukul dokter itu " Jawab Galaksi. Sontak jawaban itu membuat Keneisha dan Anjani menatap ke arahnya mereka terkejut melihat kemarahan Nindi.
" Ada apa sebenernya? Apa yang terjadi? " tanya Nindi. Galaksi yang mendengar itu menceritakan semua dari awal mendengar itu Keneisha jadi mengerti dan mencoba menghentikan Nindi bersama Anjani.
" Dasar tidak berguna " Teriak Nindi kembali menyerang Lax melihat itu Keneisha mencoba menenangkan Nindi.
" Hey tenanglah Nindi dia bisa mati jika kau terus memukuli nya " Ucap Keneisha perlahan . Nindi seakan tuli tidak mengindahkan perkataan yang Keneisha lontarkan.
" Nindi stop. Dia bisa mati kita bisa membicarakan ini baik baik kan, tidak harus dengan kekerasan "
" Bagaimana bisa dia membuat pasiennya menunggu terlebih dia melakukan itu pada Aksa bagaimana jika terjadi sesuatu padanya. "
" Seshhhh " Desis Aksa. Keneisha menatap kearahnya lalu menatap lagi ke arah Nindi yang akan melayangkan Bogeman pada wajah Lax. Keneisha segera bersuara dan seketika membuat Nindi berhenti.
" Hentikan Nindi sekarang sebaiknya kita periksa keadaan Aksa. Dia lebih penting sekarang " Walaupun tak yakin tetapi Keneisha mencoba menggunakan nama Aksa karena Nindi tidak terlalu perduli pada orang asing tetapi melihat sebetapa marahnya Nindi saat melihat Aksa seperti itu tidak ada salahnya di coba, dan ternyata mampu menyadarkan Nindi.
Nindi yang akan memukul Lax segera menghentikan tangannya mendengar ucapan Keneisha. Ia beralih melihat ke arah Aksa yang memang kesakitan sekarang.
" Bawa bajingan ini ke ruang bawah tanah aku akan menyusul nanti " dan di angguki oleh mereka berdua. Mereka meninggalkan mereka semua di sana, Nindi berjalan menghampiri Aksa.
" Kau tidak apa apa " Khawatir Nindi melihat wajah Aksa seperti menahan sakit. " Apa lagi yang kalian lihat bawa dia ke ruang VIP " Bentak Nindi pada mereka berdua. Aksa menatap heran ke arah Nindi. Melihat Nindi yang berlebihan menurutnya.
Mereka mengantar Aksa ke ruangan VIP dan sekarang dokter sedang memeriksa kondisinya. Nindi tak pernah melepaskan pandangannya ke arah Aksa membuat George dan Galaksi menjadi heran.
" Bagaimana Dokter dia baik baik saja kan? atau ada sesuatu yang menghawatirkan? " Tanya Nindi bertanya pada dokter itu.
Mendengar pertanyaan beruntun dari Nindi membuat dokter itu tersenyum " Tidak ada yang perlu di khawatirkan hanya luka lebam dan pergelangan kakinya terkilir selebihnya baik baik saja " Mendengar itu Nindi bernafas lega karena Aksa baik baik saja.
" Terimakasih dokter " Jawab Nindi. Dokter itu berlalu meninggalkan mereka. Kini tersisa Aksa, Galaksi, George dan Nindi.
" Apakah ada yang sakit? " tanya Nindi dengan suara pelan tetap dengan wajah datarnya. Aksa menjawab dengan gelengan kepala.
" Kalian tolong belikan Aksa sup ikan. Makanan rumah sakit hambar dan sup juga bagus untuk kesehatan " Ucap Nindi.
" Baiklah " Berlalu meninggalkanku mereka di sana. Kini tersisa mereka berdua Nindi menatap Aksa dengan tatapan yang sulit Aksa ungkapkan terdapat kecemasan di sana kerinduan dan juga Amarah yang menjadi satu.
Nindi duduk di samping ranjang Aksa menatap lekat wajah itu lalu tersenyum manis.
" Akhirnya aku menemukanmu " Batin Nindi.
" Kenapa kau menatapku seperti itu? " Dingin Aksa menatap datar Nindi.
" Huftt tidak ada. Apa ada yang sakit? " Tanya Nindi lembut mengusap surai Aksa dengan lembut. Aksa yang mendapat perlakuan seperti itu secara mendadak menjadi terpaku dadanya bergemuruh, matanya memanas, hatinya menghangat merasakan perlakuan lembut dan belaian penuh kasih sayang yang sudah lama tidak pernah ia rasakan semenjak kejadian itu.
Aksa berhati posisi menjadi bersandar. Menatap Nindi dengan pandangan yang entahlah ia merasa familiar dengan tatapan itu.
" Perasaan apa ini, kenapa tatapan itu terasa begitu familiar " Batin Aksa.
Nindi beralih duduk di tepi ranjang masih dengan tangan yang mengusap lembut rambut Aksa. Merasakan itu membuat jantung Aksa berdebar kencang perasaan yang lama hilang seakan akan kembali lagi padanya.
" Ada apa hemm apa ada yang sakit? " Tanya Nindi lembut sukses membuat Aksa menitikkan air mata nya ia juga tidak mengerti dengan perasaan yang ia rasakan.
" Apa ada yang sakit katakan padaku " khawatir Nindi mengusap lembut air mata Aksa terlihat jelas kekhawatiran di wajahnya melihat itu membuat Aksa tersenyum tipis.
" Tidak ada " Jawab Aksa datar.
Terdengar suara pintu yang di buka terlihat dua orang dengan menenteng paperbag menuju ke arah mereka.
" Habiskan makananmu aku pergi dulu ada urusan yang harus aku selesaikan " Ucap Nindi datar dengan menatap Aksa penuh kelembutan
Aksa menganggukkan kepalanya sebelum pergi Nindi menyuruh mereka untuk menemani Aksa di sini.
" Kalian temani Aksa di sini, lagi pula besok hari libur bukan? jadi tolong temani dia hanya untuk malam ini saja " Ucap Nindi datar. Mereka mengangguk Nindi meninggalkan mereka.
Aksa melihat punggung Nindi yang berjalan menuju pintu saat sudah memegang gagang pintu ia berbalik menatap Aksa dengan senyuman manisnya hingga memperlihatkan lesung pipinya lalu pergi meninggalkan mereka.
" Apa itu tadi kenapa dia berubah drastis dan tatapan tadi seperti familiar tetapi di mana. " Batin Aksa menatap pintu ruangan itu.