“Menikahlah denganku, Jia.”
“Berhentilah memikirkan masa lalu!! Kita tidak hidup di sana!!”
“Jadi kamu menolakku?”
“Apa yang kamu harapkan?? Aku sudah menikah!!!!”
Liel terdiam, sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan. Sorot matanya yang tajam itu kembali lagi. “Aku tahu kamu sudah bercerai. Pernikahan macam apa yang sehari setelah menikah sudah tidak tinggal satu atap?”
Sebelas tahun lebih, mereka memutuskan untuk menyerah dan melupakan satu sama lain. Namun, secara ajaib, mereka dipertemukan lagi melalui peristiwa tidak terduga.
Akan kah mereka merajut kembali tali cinta yang sudah kusut tak berbentuk, meski harus melawan Ravindra dan anaknya Kay, wanita yang penuh kekuasaan dan obsesi kepada Liel, atau justru memilih untuk menyerah akibat rasa trauma yang tidak pernah sirna.
Notes : Kalau bingung sama alurnya, bisa baca dari Season 1 dulu ya, Judulnya Beauty in the Struggle
Happy Reading ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Avalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manis Berujung Pahit
Matahari terbenam dengan sempurna saat bintang malam menghiasi cakrawala. Jia dengan tekadnya kuat, melakukan pengobatan terapi, bersama psikiater yang sudah menanganinya sejak dia duduk di bangku SMA.
Dr. Riku, pria berdarah Jepang-Indonesia itu menyapa Jia dengan ramah. “Sudah lama sekali, apa yang menjadi pemicunya?”
“Apalagi jika bukan karena anak yang membullyku. Akhir-akhir ini, aku menghadapi beberapa peristiwa yang sangat ingin aku hindari.”
“Kamu bertemu dengannya? Bagaimana perasaanmu sekarang?”
“Cukup baik, meskipun perasaan ingin bunuh dir1 selalu muncul tiap kali mengingatnya.”
Dr. Riku terdiam sejenak. Hatinya merasa iba, ingin memeluk Jia, namun itu tidak mungkin. Pasien dan Psikiater tidak boleh akrab, sebab akan terjadi bias dan melanggar kode etik.
“Aku akan meresepkan mu obat—”
“Apa dokter lupa … sekarang kita berada di profesi yang sama?” Jia memicingkan matanya.
“Ah, tentu. Lebih baik kita lakukan hipnotherapy, membuang segala ketakutan dan kecemasanmu.”
“Itu lebih baik, meskipun besok aku akan bertemu dengan ketakutanku.”
...****************...
Sementara itu, di malam yang sama. Liel sudah berada di rumahnya. Dia mencoba menghubungi Jia selama dua jam, namun tidak kunjung diangkat, sehingga Liel dilanda rasa cemas. Dia mencoba meneleponnya kembali, dan akhirnya Jia mengangkatnya.
“Di mana?”
Jia terdiam. Ada jeda yang cukup untuk membuat Liel habis kesabarannya.
“Jia, kamu di mana?!”
Jia mengigit bibir bawahnya, matanya menjelajah ke setiap tempat, mencoba mencari alasan yang tepat. Dia tidak ingin Liel tahu bahwa dirinya baru saja melakukan terapi dengan psikiater lainnya.
Kebetulan, Jia melihat restoran, tidak jauh dari klinik, tempat dia melakukan terapi. “Ah, aku sedang berada di chinese food restaurant.”
“Baiklah, aku akan datang ke sana.”
“Hah?!”
Dua puluh lima menit berlalu.
Liel membuka pintu restoran dan mendapati Jia memakan makanan kesukaannya, nasi ayam hainan. Liel mendengus kesal, lalu segera duduk di hadapan Jia.
“Mengapa tidak menungguku untuk makan bersama?”
“Aku lapar,” balas Jia sambil memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.
“Mengapa kamu pulang duluan? Tidak menungguku?!”
Liel merengek seperti anak anjing, membuat Jia memutar bola matanya, dengan malas. “Karena ada banyak pekerjaan yang harus aku urus di sini meskipun aku masih cuti, jadi makan lah.” Jia menunjuk semua makanan yang ada di hadapannya.
Liel terdiam sejenak, sebelum memutuskan untuk berbicara lagi.
“Tidak, aku sudah makan.”
Jia memejamkan matanya. Dia mulai kesal dan menghela napas dengan kasar. “Lalu untuk apa datang ke sini?”
“Melihatmu. Terima kasih, sudah merawatku dengan baik.”
Seketika Jia menghentikan kunyahan di mulutnya, dia menatap Liel lekat, tanpa berkedip. Kini kedua mata itu bertemu.
“Aku minta maaf, kamu pasti mengetahui semua apa yang terjadi saat aku sedang sakit.”
Hening. Ya, suasana kembali hening. Hanya terdengar suara sendok yang mengikis piring dengan pelan dan itu membuat telinga Liel sedikit geli.
“Bagaimana rasanya dicium oleh seorang selebgram sekaligus selebriti?”
Liel mendecik kesal sambil mengedipkan maranya kepada Jia. “Ck, aku bahkan tidak sadar. Aku pikir itu dirimu.”
“Apakah punya Jenar besar? Kamu memegangnya bukan?!” (Bab 21, Sekretaris Semakin di Depan.”
“A–apa yang—”
“Dada!” ucap Jia dengan wajah tanpa ekspresi.
Mulut Liel sedikit terbuka. Dia memicingkan matanya. Heran dengan pertanyaan Jia yang di luar pembahasan mereka.
“Mengapa tiba-tiba membahas itu?! Apa kamu akan mengungkitnya sampai akhir hayatku?”
“Liel, asal kamu tahu, bahkan sampai hari kiamat pun, wanita masih akan mengingat dan mengungkit setiap kesalahan laki-laki.”
Liel tersenyum miring. “Jika kamu mengetahuinya, berarti kamu menyaksikanku menarik tangan dari Jenar? Lalu apa masalahnya? Kamu masih cemburu?”
Jia mengelengkan kepalanya, kemudian dia berdiri, membayar tagihan makanan di kasir, kemudian berjalan keluar dari restoran meninggalkan Liel.
Secepat kilat Liel mengejarnya. “Tunggu, mari ikut denganku, aku akan mengantarmu pulang!”
“Tidak bisa, aku membawa mobilku.”
“Kamu pasti sudah mengenal Tony? Biarkan dia yang mengurus mobilmu, bagaimana?” tawar Liel.
Jia menghela napas panjang dan berakhir menganggukkan kepala, pertanda bahwa dia menyetujui Liel untuk mengantarnya pulang.
Dua puluh menit kemudian, Jia sudah tiba di parkiran apartemennya. Segera dia membuka pintu mobil, namun Liel menahannya.
“Ada apa lagi?” ucap Jia datar.
Liel memeluk Jia. “Aku minta maaf. Kamu bertemu dengannya lagi, tetapi aku tidak ada di sisimu, saat itu.”
Jia mendorong Liel dengan kedua tangannya, sehingga pelukannya terlepas. Wajah Jia seketika muram, membuat Liel semakin merasa bersalah.
Kemudian Liel memeluknya, lagi. Kali ini lebih pelan, tanpa paksaan dan Jia mulai menerimanya. Dia tidak lagi ada keinginan untuk menolak pelukan Liel.
“Maaf, karena membuatmu melewati hari yang buruk sendirian.”
Jia mengangguk pelan. Dia tidak lagi menangis, namun jauh di lubuk hatinya, dia merasa jauh lebih tenang. Rasa cemas, takut sekaligus ingin mati itu seketika lenyap, tak berbekas.
“Begitu menenangkan. Apakah pelukannya sehangat ini? Mengapa aku tidak pernah merasa sedamai ini saat bersama Reonald dulu?” gumam Jia sambil membenamkan wajahnya pada dada Liel.
Hingga Jia tidak menyadari bahwa ada pesan anonim masuk ke dalam ponselnya.
081349477xxx : “Aku melihatmu saat ini, jadi berhentilah bahagia.”
Pesan anonim ini kayanya ga bisa ya, liat orang bahagia? Bikin emosi! 🗿🗿
Biar authornya ga puyeng, jangan lupa tinggalin jejak kalian dengan like, komen dan vote, terima kasih. ✨✨
itu hanya tertutup apa terkunci???