Kehidupan Jansen, seorang pemuda biasa, berubah secara drastis ketika ia secara tak terduga mendapatkan sesuatu yang misterius bernama "System". Sistem ini memberinya kekuatan untuk mengubah takdir hidupnya dan membawanya ke jalan kesuksesan dan kebahagiaan.
Dengan bantuan sistem ini, Jansen berusaha untuk meraih impian dan cinta sejatinya, sambil menghadapi berbagai rintangan yang menguji keteguhan hatinya.
Akankah Jansen mampu mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai kehidupan yang ia inginkan, ataukah ia akan terjebak dalam keputusasaan karena kekuatan baru yang ia miliki?
Jansen mendapatkan beberapa kemampuan dari sistem tersebut, seperti kemampuan bertarung, peningkatan kecepatan dan kekuatan, serta kemampuan untuk mempelajari teknik baru lebih cepat. Sistem tersebut juga memberikan Hansen akses ke pengetahuan yang luas tentang dunia, sejarah, dan berbagai aspek kehidupan, yang membantu Jansen dalam menghadapi berbagai tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Sementara itu, rekannya yang sebelumnya tak mau bicara hanya bisa menggeram kesal. Namun, apa daya? Jika berada dalam posisi serupa, kemungkinan besar dia pun akan melakukan hal yang sama -menyerah pada rasa takut yang menyelimuti seluruh jiwanya.
Jansen tak perlu menanyakan lebih jauh, orang yang diinjaknya itu sudah segera menjelaskan. "Oh, jadi dia orangnya. Berapa kalian dibayar?"
"Lima ratus ribu!" Seru orang tersebut.
Seulas senyum muncul di sudut bibir Jansen, "Aku beri kalian satu juta, patahkan kakinya!" Tawarnya penuh intrik.
Dengan ragu dan ketakutan, orang tersebut menjawab, "Ba-baik, Setuju."
Tanpa menunggu lama, Jansen langsung meminta nomor rekening dan mentransfer uang ke akun mereka. "Aku percaya kalian tidak akan membohongiku!" Ucapnya penuh keyakinan.
Usai menegaskan perintahnya, Jansen meninggalkan mereka dan melihat papan misi yang tiba-tiba muncul di depan matanya. Dia segera mengaktifkan misi yang muncul.
[Misi terpicu: Patahkan kaki orang yang mengancam nyawa Tuan. Hadiah: Kotak Perak.]
Setelah membaca pesan itu, Jansen tersenyum lebar dan puas. Baginya, menghabiskan satu juta rupiah tak masalah jika itu demi memastikan hadiah berharga yang ada di Kotak Perak nantinya. Kini, tak ada yang bisa menghentikannya dari langkah pasti menuju kemenangan dan kekayaan.
Karena Jansen memilih melalui jalanan kecil dan sempit,
Lorenza tidak dapat mengikuti langkahnya. Hal ini terasa tak adil, mengingat Lorenza menggunakan mobil, sementara Jansen hanya berjalan kaki. Teramat disayangkan, karena semua langkah yang Jansen ambil menjadi lebih sulit ditebak.
Memasuki gang, lalu berkeliling pasar, Jansen menghela nafas lega dan mengalihkan perhatiannya. untuk berbelanja ikan serta sayur yang segar sebagai menu makan siang. Dia juga mengambil beberapa helai pakaian baru untuk menghadiri pesta ulang tahun Larissa yang segera tiba. Pastinya, dia ingin tampil gagah dan memikat di momen penting itu.
Di tengah riuh ramainya pasar, langkah Jansen begitu ringan; di tangan kanannya, ia menggenggam kantong kresek berisi pakaian sederhana, sementara tangan kiri membawa tas sayuran segar dan ikan yang masih segar dari laut. Dia mencuri-curi kesempatan untuk memeriksa misinya, namun
sayangnya, tak ada perkembangan signifikan. Dengan perasaan sedikit kecewa, dia mengalihkan pandangannya untuk memeriksa status diri sendiri.
Tampilkan status:
Nama: Jansen Gillard Poin Utama: 130
Kekuatan: 70
Kelincahan: 70
Semangat: 70
Keterampilan: Teknik
Jansen akhirnya pulang
juga, namun ketika dia hampir
sampai di rumah, ia menyadari
ada kerumunan orang di depan
kontrakan miliknya. Dengan
langkah cepat, Jansen bergegas
menuju lokasi tersebut untuk
mencari tahu apa yang sedang
terjadi. Terlihat seorang wanita
tua yang sedang mengeluarkan
barang-barang dari dalam
kontrakan itu.
"Apa yang terjadi, Bu?" tanya Jansen dengan nada khawatir, segera meraih tangan ibu kontrakan yang hendak
melemparkan bantal miliknya
ke tanah.
"Anak muda, aku mencoba menghubungimu beberapa kali, tapi kamu tak kunjung menjawab. Aku dalam keadaan yang sangat mendesak membutuhkan uang. Akhirnya, ako menjual kontrakan ini pada
pemilik baru. Dia ingin
kontrakan ini segera
dikosongkan, jadi aku tidak
punya pilihan selain
mengeluarkan isinya dengan
paksa, jawab wanita tua
tersebut dengan suara lirih
namun tegas.
Jansen merasa dunia
runtuh di depan matanya, tak
menyisakan tempat untuk
berlindung. Namun, ja sadar
bahwa penyesalan tak akan
membantu mengubah keadaan
ini.
"Aku merasa tidak pernah
menerima telpon dari orang
lain." ujar Jansen dengan wajah
bingung. Tapi Ibu, bukankah
aku sudah membayar untuk tiga
bulan kedepan? Lantas
bagaimana dengan uang yang
sudah aku kirimkan?
Seharusnya Ibu
mengembalikannya."
"Tidak bisa," ucap wanita itu
tegas, menunjukkan ekspresi tak peduli. "Tugasku sudah selesai di sini, aku pergi dulu." Dan begitu saja, ia meninggalkan Jansen yang terpaku di tempat,
hatinya hancur.
Jansen terduduk, jiwanya
pilu. Tempat itu adalah satu-
saturnya kenangan yang
menghangatkan hati; namun
kini, segalanya telah sirna. Ia
menghela napas, menggendong
buntelan pakaian di
punggungnya, lalu perlahan
melangkah pergi.
Sambil duduk termenung di
pinggir jalan, menangisi nasib
yang tak menentu, tiba-tiba
suara misterius menggema di
kepalanya.
DING... Suara itu sontak
menyadarkan Jansen dari
keterpurukannya.
[Misi membalas orang yang
mengancam nyawa telah selesai.
Selamat, Anda mendapatkan
hadiah: satu Kotak Perak.
Dengan segera, Jansen
membuka kotak itu, dan sebuah
roda tampak mengambang di
depan matanya, la terkejut,
keningnya berkerut. "Apa ini,
Sistem?
[Silahkan klik panduan
untuk mengetahui fungsi dari
benda yang ada di depan Anda!]
Jawab Sistem dengan suara datar
namun tegas. Tulisan itu
terpampang cukup besar di
layar.
Jansen mencari panduan
dan akhirnya ia menemukannya,
"Roda Emas... Sesuatu yang
akan membawa keberuntungan.
Satu kali putaran," gumam
Jansen seraya membacanya. Ia
menemukan tombol Spin dan
segera menekannya.
Roda itu berputar dengan
kecepatan tinggi dan secara
perlahan mulai melambat.
Saat jarum roda akhirnya
berhenti, ada dua kotak yang
ditunjuk.
DING...
[Kotak Ganda, silahkan pilih
salah satu untuk dibuka dan
diterima).
Tidak ada corak khusus
pada kedua kotak, Kini, masing
masing kotak muncul di kedua
telapak tangan Hanysen, dan ia
harus memilih salah satunya.
Dalam hati yang berdebar,
Jansen berkata, "Karena kanan
adalah lambang kebaikan, aku
akan memilih yang kanant
Mengambil keputusan itu
dengan mantap, ia mengangkat
tangan kanannya.
Swoosh!
Kotak di tangan kiri
menguap tak bersisa, sementara
kotak di tangan kanan terbuka
dengan sendirinya.
Jansen menahan napas
sejenak sebelum melihat isinya.
"Kunci?" ia bertanya-tanya,
heran akan benda yang
dihadapkannya.
"Selamat, Anda berhasil
mendapatkan sebuah huniant
Terletak di Jalan A..." Jansen
langsung bangkit dari duduknya,
seolah-olah hidupnya baru saja
diubah seketika, la melompat
kegirangan seperti seseorang
yang memenangkan lotere yang
tak terduga.
Mungkin orang lain akan
menyangka Jansen sebagai
seorang gila jika melihat
reaksinya, namun ia tak peduli.
la tak sabar untuk mengecek
hunian barunya, entah hidupnya
akan lebih baik atau sebaliknya.
Setelah berjalan cukup jauh,
la akhirnya menemukan
pangkalan ojek dan mencari
seorang tukang ojek untuk
mengantarnya.
"Bang, antarkan aku ke
Perumahan Residen," kata
Jansen dengan semangat.
Abang ojek itu seakan
terkejut dengan permintaan
mendadak tersebut, namun
cepat-cepat menyalakan mesin
sepeda motornya dan berkata,
"Tiga puluh ribu ya."
"Nanti kalau sampai akan
aku bayar lebih. Aku harap
sedikit lebih cepat. Jansen
mengajak Abang Ojek tersebut.
Saat ini penampilarinya
memang kurang meyakinkan.
dengan pakaian yang tampak
lusuh dan kantong kresek berisi
sayuran serta ikan.
Abang ojek mungkin
berpikir bahwa Jansen
hanyalah seorang tukang kebun
yang tersesat mencari tempat
tujuannya.
Setelah melalui perjalanan
yang melelahkan selama tiga
puluh menit, akhirnya Jansen
dan Abang Ojek tiba di tujuan
mereka. Namun, tepat di depan
pintu masuk, mereka
dihadapkan dengan sebuah
palang penghalang yang
menutup akses masuk. Tak
lama, seorang security keluar
dari posnya dan mendekati
mereka.
"Maaf, untuk masuk harus
menunjukkan KTP dan juga
lapor kedatangan untuk apa!"
tegas security tersebut sambil
menatap keduanya.
Abang Ojek hanya menatap
Jansen dengan diam,
menunggu reaksi pemuda itu.