Salma dan Rafa terjebak dalam sebuah pernikahan yang bermula dari ide gila Rafa. Keduanya sekarang menikah akan tetapi Salma tidak pernah menginginkan Rafa.
"Kenapa harus gue sih, Fa?" kata Salma penuh kesedihan di pelaminan yang nampak dihiasi bunga-bunga.
Di sisi lain Salma memiliki pacar bernama Narendra yang ia cintai. Satu-satunya yang Salma cintai adalah Rendra. Bahkan saking cintanya dengan Rendra, Salma nekat membawa Rendra ke rumah yang ia dan Rafa tinggali.
"Pernikahan kita cuma pura-pura. Sejak awal kita punya perjanjian kita hidup masing-masing. Jadi, aku bebas bawa siapapun ke sini, ke rumah ini," kata Salma ketika Rafa baru saja pulang bekerja.
"Tapi ini rumah aku, Salma!" jawab Rafa.
Keduanya berencana bercerai setelah pernikahannya satu tahun. Tapi, alasan seperti apa yang akan mereka katakan pada orang tuanya ketika keduanya memilih bercerai nanti.
Ikuti petualangan si keras kepala Salma dan si padang savana Rafa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cataleya Chrisantary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Puas?
19
Salma menunggu dengan camas apa yang kira-kira diobrolkan oleh Rafa dan papanya. Karena selepas mereka sampai, Rafa berkata kepada papa Tio dan mama Rahma jika Salma harus istirahat. Dan sebagai gantinya, Rafa akan mengobrol serius dengan mereka.
Hampir satu jam lamanya Rafa berada di bawah sana mengobrolkan hal yang sama sekali tidak diketahui oleh Salma. Entah obrolan semacam apa yang akan dimulai oleh Rafa apalagi mengenai Salma yang diperban dibagian kepalanya.
Yang pasti Rafa kembali ke kamar dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan rambutnya saja tidak acak-acakan.
“Gimana?” tnaya Salma penasaran.
“Nggak gimana-gimana. Udah beres kok semuanya.”
“Iya maksud aku gimana papa marahin kamu nggak?”
“Oh masalah itu.”
Rafa menjelaskan jika ayahnya memang sempat terlihat kesal dan murka. Tapi papa Tio mengatakan ia bangga pada Rafa karena mau membela Salma di depan keluarganya sendiri.
Salma lalu menyilangkan tangannya. “Beneran?” dengan nada tidak percaya. “Jangan-jangan kamu di marahin Cuma kamu gak mau ngaku aja.”
“Beneran. Papa sama mama senang pas denger kamu mau pindah ke Kanada,” kata Rafa.
Salma tidak berkomentar lagi. Ia memilih duduk menyilangkan lagi tangannya di kasur. Rafa menatap Salma dalam, ia tahu Salma pasti kesal dan sebenarnya tidak mau.
Tapi Salma tidak memiliki pilihan lain lagi. Kehidupan Salma mendadak berantakan selepas menikah secara dadakan dengan Rafa.
“Besok kita urus dulu surat resign kamu. Aku yang dateng juga ke kantor biar cepet. Aku yakin pasti cepet ACC kok.”
“Hmm,” kata Salma kesal.
“Kalau semuanya udah beres, kita langsung terbang aja yah ke Kanada. Biar kita bisa beres-beres di sana gak usah nunggu libur aku habis.”
“Kamu masih tinggal di sana? di tempat yang punya kamar satu,” Salma cemberut.
“Iya, sementara sabar dulu aku udah kontrak di sana setahun.”
Setahun tidaklah lama, tapi Rafa baru memperpanjang kontrak flatnya baru-baru ini. Itu artinya, selama beberapa bulan ini ia harus bersabar menunggu dan harus hidup dengan Rafa di tempat yang hanya memiliki satu kamar saja.
Salma menghela nafas panjang sebelum ia tidur. Sementara itu Rafa masih tidur di bawah sana menggunakan satu bantal tapi kali ini Salma kasih selimut.
Kedua bola matanya menatap ke atas. Berkali-kali Salma mengedipkan matanya. Memikirkan segala keputusannya yang tiba-tiba saja ia ambil. Bahkan Kalani tidak tahu mengenai hal ini.
Tahu-tahu besoknya Salma datang di temani Rafa bertemu dengan HRD tempatnya kerja. Sial sekali karena HRD tempat kerja Salma adalah teman Rafa.
“Jadi,” kata pak Hardi. Menatap Salma dan Rafa. “Alasan resign mendadak itu karena mau ikut suami pindah ke Kanada?”
“Yap,” kata Rafa.
Pak Hardi menatap keduanya lalu tersenyum nakal. “Iya penganten baru mah pasti lagi lengket-lengketnya. Tapi gimana yah, ini kan Salma baru tanda tangan kontrak-“
“Berapa bayar pinaltinya? Kirim aja nomor rekeningnya sekarang juga dibayar. Yang penting segalanya beres hari ini.”
“Pengen cepet-cepet banget sih,” kata pak Hardi lagi tersenyum.
“Yaiyalah, pak. Namanya juga penganten baru,” celetuk Salma. Agar selesai karena ia tisk ingin lama-lama di depan pak Hardi.
Semua urusan dengan HRD akhrinya selesai. Sekarang Kalani sedang berdiri menatap Salma. Campuran antara sedih dan kesal karena ia sama sekali tidak tahu jika Salma akan resign mendadak seperti ini.
“Lo tega banget sama gue, Sal.”
“Sorry, Kal. Mendadak,” kata Salma namun penuh dengan arti. Yang bisa di sadari oleh Kalani.
“Ayo, udah beres,” kata Rafa yang sedari tadi membereskan barang-barang milik Salma.
“Awas lo kalo ke Kanada gak bilang-bilang. Ntar gue ke rumah elo yah.”
Salma mengucapkan salam perpisahan ke teman-temannya. Kehidupan Salma setelah menikah dengan Rafa benar-benar jungkir balik. Tiba-tiba menikah, tibak-tiba punya musuh, tiba-tiba uang tabungan habis dan sekarang tiba-tiba resign lalu memutuskan pindah ke Kanada padahal sebelumnya ia keras kepala tidak ingin pindah.
Salma berjalan bersama dengan Kalani menuju lift namun ia kembali bertemu dengan Rhea. Perempuann itu menyilangkan tangannya dan menatap Salma.
“Gundik emang harus ikut majikannya sih,” kata Rhea membuat Kalani dan beberapa orang di sana cukup kaget dengan ucapan Rhea si anak baru.
Salma berhenti melangkah. Kali ini kesabarannya sudah habis. Dan lagi, Salma kesal karena dengan beraninya Rhea mengatakan Salma gundik. Suatu penghinaan yang tidak pernah ia terima sebelumnya.
Pun dengan Rafa yang juga kesal dengan penghinaan tersebut. Entah apa yang membuat Rhea sebenci itu pada Salma. Padahal dulu mereka begitu akrab bahkan Salma sering kali membantu tugas kuliah Rhea ketika masih bersama dengan Rendra.
“Apa kamu bilang?” katanya kesal.
Tanpa menunggu aba-aba, Salma mejambak keras rambut Rhea. Ia memukul Rhea beberapa kali dan kali ini Rafa hanya diam berdiri menonton tidak mencoba untuk memisahkan. Sambil memegang barang-barang milik Salma.
Karena Rafa sendiri kesal istrinya di panggil gundik oleh orang lain. Keduanya baku hantam di lantai, ada beberapa orang yang mencoba untuk menenangkan keduanya.
“Rafa, lo kok diem ajasih, pisahin!” kata Kalani.
“Biarin, biar Salma menuntaskan demdamnya sama perempuan itu.”
Salma baru berhenti ketika ia berhasil mengigit lengan Rhe hingga berdarah dan Rhea menjerit kesal.
“Gundik kepala kamu!” kata Salma lalu berhenti dan sendiri.
Sementara itu, Sekarang tidak ada yang membantu Rhea. Karena semua orang juga tahu Salma adalah orang baik, friendly, humble, dan karyawan lama pula. Sementara itu Rhea hanyalah karyawan baru yang bisa-bisanya selalu memancing keributan dengan Salma.
“Puas?” tanya Rafa ketika mereka di dalam lift. Salma sedang merapikan rambutnya yang berantakan.
“Sangat!” kata Salma.
Rafa tahu karakteristik Salma seperti apa. Ia akan berhenti setelah merasa puas sendiri setelah melampiaskan amarahnya. Apalagi ini, Rafa yakin jika selama ini Salma pasti menahan diri untuk tidak marah dan bertingkah diluar batasnya.
Hawanya terasa aneh. Apalagi, ketika mobil meninggalkan gedung perkantoran tempat Salma selama ini bekerja. Pergi pagi pulang sore, setiap hari. Salma menatap gedung itu dari kaca spion.
Hatinya sedih tapi jika ia dipaksakan bekerja disanapun Salma pasti tidak akan nyaman setelah kedatangan Rhea. Di tambah hidupnya benar-benar terasa berantakan. Atau memang sengaja dibuat berantakan oleh semesta.
“Sekarang aku harus apa?” tanya Salma.
“Siap-siap.”
“Untuk?”
“Menghadapi kenyataan di depan sana,” jawab Rafa penuh dengan makna.
Entah kenyataan semacam apa yang harus Salma terima di depan sana. Penikahannya dengan Rafa pun ia tidak tahu akan kapan berakhir malah sekarang ia tiba-tiba pindah ke Kanada bersama Rafa.
Ia sudah tidak mungkin mencintai Rafa. Karena sejahat apapun Rendra akhir-akhir ini, Rendra tetap pemenang di hati Salma. Cintanya pada Rendra tidak dapat ia ukur. Bagi Salma Rafa hanyalah sahabatnya.
“Tapi, kalau gue anggep dia sahabat kenapa gue harus musuhan yah?” kata Salma membatin sendiri.
Mendadak hatinya bertanya jika ia sudah pindah ke Kanada apakah ia bisa kembali memeperbaiki persahabatannya dengan Rafa? Sejenak Salma berpikir mungkin bisa. Namun, keyakinan itu dipatahkan oleh cincin yang dipakai oleh Rafa.
Cincin pernikahan mereka yang nampaknya tidak pernah dilepaskan dari jemari Rafa. Padahal, Salma selalu melepaskan cincin tersebut termasuk sekarang. Ia hanya memakai cincin itu ketika sampai di rumah dan itupun kembali ia lepas ketika di kamar.
“Jangan pernah berharap lo gue sama dia bisa kembali sahabatan kayak dulu lagi,” kata Salma alam hatinya. “Lo harus ingat Salma, lo ditarik nikah sama laki-laki ini. Terus kehidupan elo sekarang hancur ya gara-gara siapa kalua bukan gara-gara dia!” Salma mengingat dirinya jika segala kekacauan selama tiga bulan ini terjadi karena Rafa.
Salma hanya berharap segalanya segera berakhir. Namun, ia sendiri tidak tahu kapan berakhir karena ia dan Rafa tidak sempat membuat perjanjian cerai. Mereka berdua hanya berkomitmen akan bercerai itu saja.
Bersambung
Guysssss buat cerai apa jangan nih?
Apa buat mereka berdua punya pacar masing-masing padahal keduanya masih terikat ikatan janji pernikahan?