Walaupun Danver menjadi pengganti kembarannya menjadi suami Faye, tapi dia sangat menikmati pernikahannya dengan Faye.
Lalu bagaimana dengan Faye kalau dia tau laki-laki yang menjadi suaminya saat ini adalah kembaran dari laki-laki yang dia inginkan menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 : La Ver Discotheque
La Ver Discotheque.
Kini mobil yang dikendarai Danzel sudah berada di La Ver Discotheque milik saudara kembarnya.
Kening Shenina langsung mengkerut sambil memandang gedung diskotik itu.
Diskotik? Kenapa Danzel membawa ku kesini? Apa maksudnya ini?
Itulah pertanyaan yang berputar-putar dikepala Shenina sambil memandang gedung diskotik itu. Shenina tidak mengetahui kalau pemilik gedung diskotik itu adalah Danver.
"Ayo turun." ajak Danzel.
"Untuk apa kamu membawa ku kesini? Apa maksud mu?" tanya Shenina.
"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan mu. Dan menurutku ini adalah tempat yang sangat aman untuk bicara dengan mu." jawab Danzel.
"Di disini? Diskotik ini? Apa kamu gila, hah! Masih banyak tempat untuk kita bicara kenapa malah ke diskotik ini? Tidak masuk akal!" kesal Shenina.
"Menurut ku masuk akal karena diskotik ini adalah milik Danver. Dan didalam sana ada tempat yang tidak bisa dimasuki sembarang orang." ucap Danzel.
Mata Shenina langsung melongo.
"Danver yang pemilik diskotik ini?" tanya Shenina masih tak percaya.
La Ver Discotheque adalah diskotik terbesar di negara itu.
"Um." jawab Danzel sambil menganggukkan kepalanya.
"Ayo turun." ajak Danzel sekali lagi.
"Tidak mau! Memangnya apa yang mau kamu bicarakan dengan ku sampai-sampai harus ke tempat yang menurut mu paling aman." tanya Shenina.
"Aku ingin membicarakan tentang masa depan kita. Kita tidak bisa lagi mengobrol berdua di tempat umum ataupun di kafe mu, keselamatan mu terancam kalau kita terlihat berdua ditempat umum." jawab Danzel dengan raut wajah serius.
Raut wajah Shenina langsung berubah melihat raut wajah serius Danzel.
"Apa maksud mu?" tanya Shenina.
"Turun dulu. Dan kita bicarakan di dalam." jawab Danzel lalu keluar dari mobil kemudian berjalan menuju pintu mobil sebelahnya dimana Shenina duduk lalu membuka pintu mobil untuk Shenina.
Shenina pun menuruti permintaan Danzel walaupun dia belum mengerti maksud Danzel.
Mereka pun berjalan memasuki gedung diskotik dari pintu belakang karena pintu depan masih terkunci. Maklum saja sekarang masih sore, diskotik belum buka, diskotik baru buka jam tujuh malam nanti.
Meski diskotik masih tutup, tapi pintu belakang tetap terbuka karena itu akses keluar masuk untuk pelanggan yang menginap di mini hotel di lantai tiga.
Danzel membawa Shenina kelantai dua dan masuk ke dalam lift menuju lantai tiga.
Sejak memasuki gedung diskotik, mata Shenina tak henti-hentinya melihat sekeliling diskotik. Ini pertama kalinya Shenina masuk kedalam diskotik terbesar di negara itu. Shenina tak menyangka kalau diskotik terbesar di negara itu adalah milik saudara kembar kekasihnya. Yang Shenina tahu kalau Danver berprofesi sama dengan Danzel.
Meski terpukau dan kaget tapi tak satu patah kata pun keluar dari mulut Shenina. Sampai akhirnya mereka berada di lantai tiga, barulah Shenina mengeluarkan suaranya.
"Ini tempat apa?" tanya Shenina.
"Mini hotel bintang lima." jawab Danzel.
"Mini hotel? Di diskotik ini juga ada hotel?" tanya Shenina antara kaget dan kagum.
"Um." jawab Danzel sambil menganggukkan kepalanya.
"Tidak sembarangan orang bisa sampai dilantai tiga ini. Orang yang mau menginap di lantai tiga ini harus siap membayar tiga kali lipat dari harga hotel bintang lima per malamnya. Selain itu orang itu harus punya kartu member terlebih dulu dan untuk mendapatkan kartu member itu harus membayar lima ribu dollar dan hanya berlaku tiga bulan saja." ucap Danzel menjelaskan.
"Lalu darimana kamu mendapatkan kartu itu? Jangan-jangan kamu juga sering kesini membawa wanita-wanita mu yang lain?" curiga Shenina sambil memicingkan matanya.
"Danver yang memberikan kartu ini. Ini kartu unlimited, hanya aku dan Danver saja yang punya kartu ini. Satu lagi, aku tidak pernah membawa wanita ketempat ini. Kamu lah wanita pertama yang aku bawa kesini." jawab Danzel.
Shenina memanyunkan bibirnya merespon ucapan Danzel.
Sampailah mereka di salah satu kamar di lantai tiga itu.
Mata Shenina kembali membelalak lebar melihat isi dalam kamar yang sangat mewah persis seperti kamar hotel bertipe president suite di hotel bintang lima.
Shenina berjalan menuju jendela balkon dan diikuti Danzel dari belakang.
"Lebih indah pemandangan di malam hari." ucap Danzel sambil memeluk Shenina dari belakang dan dagunya dia letakkan di bahu Shenina.
Shenina tidak menjawab. Matanya terus memandangi lalu lintas yang ada di bawah.
"Shen." ucap Danzel.
"Hemh." balas Shenina.
"Ayo kita menikah." ajak Danzel.
Sontak Shenina kaget mendengar ajakan Danzel. Karena tadi yang dia dengar Danzel akan menikah dengan perempuan lain.
Tadi sewaktu Shenina hendak mengantarkan minuman dan cemilan untuk Danzel diruang kerjanya, tak sengaja Shenina mendengar percakapan Danzel dan Danver. Dari yang Shenina dengar, Tuan Hillario ingin menikahkan Danzel dengan putri Tuan Cyrus.
Sayangnya yang Shenina dengar hanya sampai disitu. Karena terlanjur cemburu, Shenina pun pergi dan memberikan minuman dan cemilan kepada Desy.
Shenina pun membalikkan badannya menghadap Danzel.
°°°
Bersambung...