Terlahir dari penjaja cinta satu malam membuat Eleanora Davidson menjadi sosok yang tidak mempercayai cinta.
Hidup karena pengasihan kakek Robert Birdie sesudah kematian misterius ibunya membuat Eleanora bertekad harus sukses demi misi menghukum ppembunuh ibunya dengan tangannya sendiri tapi dunianya seakan jungkir balik karena ONS yang menghasilkan benih-benih kehidupan dalam rahimnya sedangkan pria penanam benih ternyata anak penjahat yang selama ini dicarinya
Don't judge by the cover..
Jangan tertipu dengan sinopsis..
Let's check it out 😎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LOST IN MISSION #19
William berjalan tidak tentu arah. Malam yang larut membuat jalan yang di lewatinya kini nampak sunyi dan kosong. Tentu, ia masih berharap ada seseorang yang menolongnya.
Bertahanlah Will... gumamnya di sela rintihan kesakitan karena luka sayatan yang terdapat di lengannya. Darah masih merembes dari sana membuat pertahanan pada kedua kakinya semakin melemah, serta rasa pusing pun menyerang.
Brugh... William akhirnya terjatuh, dengan tubuhnya meringkuk di atas hamparan hijau dengan napasnya terengah. Ya Tuhan... ia menatap lurus kedepan, lamban laun sepasang mata hazelnya terpejam.
🍂🍂🍂
Seperti bisanya sebelum pagi menjelang, Eleanora menyempatkan diri untuk berlari di sepanjang jalan blok rumahnya. Setelah berlari beberapa kilometer, ia beristirahat sejenak di taman kecil dekat dengan tempat tinggalnya, dan duduk di sebuah kursi panjang.
Eleanora menghembuskan napasnya, kemudian ia membuka botol minumnya, dan menegaknya. Manik hazel menatap sunrise. Ia pun merentangkan kakinya, seraya mengusap peluh yang muncul di area wajahnya.
Samar-samar, terdengar suara rintihan seorang pria di sekitarnya, membuat Eleanora terbangun dari duduknya, dan memutuskan mencari sumber suara itu.
Dan benar saja, tidak jauh dari posisinya tadi, di dapatinya seorang pria tengah meringkuk dengan luka di bagian lengannya. Ya Tuhan. Segera ia mendekat, kemudian ia berlutut disampingnya, memastikan keadaan pria itu.
Eleanora mengangkat tangan pria itu yang terkulai, dan memeriksa denyut nadinya.
"Sir... Bisakah kau mendengarkan ku? " tanya Eleanora, menelisik wajah pria itu yang tertutup sebagian, terdapat banyak luka memar, dan noda darah yang mengering di sudut bibir, dan hidung pria itu.
Eleanora menyentuh tubuh kokoh yang tidak berdaya itu, lalu menggerakkan dengan pelan. "Sir.. " Eleanora meninggikan suaranya "bisakah, kau mendengarkan ku! " ulangnya lagi sukses membuat William sadar. Kemudian ia menggeser tangannya yang menutupi sebagian wajahnya.
Bersamaan itu, Eleanora tersentak dengan manik hazel yang di bingkai bulu mata lentik itu membulat sempurna. William... Mendadak jantungnya memompa sangat cepat, dan aliran darahnya berdesir.
Apa yang telah terjadi dengannya? gumam Eleanora mengkhawatirkan William.
“Emm…,” lenguhnya sembari mengerjap, beberapa kali berusaha untuk membuka matanya "Help me... Please." lirih William, menyadarkan Eleanora.
Eleanora mengedarkan pandanganya, tidak ada seorang pun disekitar sana, dan ia tidak membawa ponsel untuk menghubungi ambulan. Ia harus segera bertindak cepat
Eleanora kembali menatap William dengan nanar. "Sir, apakah kau bisa bangun?" Pria itu mengangguk.
Eleanora mengulurkan tangannya. Kemudian dengan cekatan ia menyampirkan tangan William ke pundaknya. William begitu saja menyadarkan tubuhnya pada tubuh Eleanora. Gadis itu merasakan kesulitan, namun ia berusaha membantu William untuk berdiri.
Dengan hati-hati , ia memapah tubuh William, membawa pria itu untuk keluar dari taman, dan menuju rumahnya.
Setibanya di rumah, Eleanora kembali membantu William untuk duduk bersandar di sebuah sofa. "Tunggulah sebentar."
Tidak lama kemudian, Eleanora sudah kembali membawa wadah berisi air, dan sebuah kotak medical yang berada di tangannya.
Eleanora memulai, dengan merobek lengan pada bagian kemeja William.
Sreekk!!
Bagian lengan pun terbuka, memamerkan lengan kokoh pria itu, dengan goresan pada bagian bisepnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung memeriksa luka tersebut. Syukurlah lukanya tidak terlalu dalam. Bisiknya dengan perasaan yang sedikit tenang.
Eleanora memfokuskan pada luka yang sedikit terbuka itu. Penuh perhatian, Eleanora memulainya lagi dengan membersihkan luka itu terlebih dahulu.
Arghh...
Erangan pelan kesakitan, dan tertahan pun tertangkap di indra pendengaran Eleanora ketika ia memberikan obat antiseptik pada luka William. Eleanora menatap wajah William dari samping sebentar, kemudian ia melanjut pekerjaan untuk mengobati luka pria itu sampai selesai.
"Nona, " gumam William, membuat Eleanora beralih untuk menatap pria itu. Kini, dari balik kaca mata yang ia pakai, Eleanora bisa melihat lagi manik Hazel menawan milik William. Percayalah, jantungnya kembali berdetak lebih cepat dari sebelumnya. "Bisakah aku meminta air?" pinta William, karena merasa kehausan.
Deg, tiba-tiba jantung Eleanora berhenti sejenak, dan datang lagi bertubi-tubi.
Dia tidak mengenaliku??
Batin Eleanora merasakan kekecewaan. Ada sebuah perasaan yang sulit diartikan olehnya. Sakit, ya seperti itu perasaan Eleanora saat ini, seperti tersayat dan meninggalkan luka yang mendalam.
Apakah dia benar-benar melupakanku? dan malam itu tidak ada arti apa-apa untuknya? Pertanyaan seperti itu begitu saja terlintas di pikirannya.
Eleanora tersentak, lalu menggelengkan kepalanya.. Tidak.... Tidak... Apa yang aku pikirkan... Aku tidak boleh seperti ini...
Bukankan pada saat itu, kau tidak menginginkan bertemu dengannya lagi? dan menjadikan malam itu moment terakhir kalian. Lantas, mengapa kau merasa sakit hati, jika dia tidak mengingatmu?? bukankah itu yang terbaik....
"Te- tentu, aku akan mengambilkan minum untukmu." Eleanora segera bangun, untuk mengambilkan air untuk William.
"Ini minumlah, sir." Eleanora memberikan gelas berisi air kepada William yang langsung diambil alih oleh pria itu.
"Terimakasih, nona." Ucap William tersenyum hangat.
Eleanora mengangguk. "Biarkan aku mengobatimu sampai selesai, Sir." Ucap Eleanora kemudian, lalu ia duduk di samping pria itu.
Kembali hening menyapa. Eleanora memaksakan dirinya untuk berkonsentrasi pada luka di wajah William. Bagaimana kau bisa mendapatkan luka sebanyak ini Will? tanya Eleanora dalam hatinya, tangannya mulai bergerak membersihkan darah yang mengering di wajah pria itu, dan mengobatinya kemudian.
"Sudah selesai, aku harus segera bersiap, sir!" Eleanora bangun dari duduknya. Dengan cepat William meraih tangan Eleanora membuatnya terperanjat, dan Eleanora menoleh.
"Terimakasih atas bantuannya, nona-- "
"Elea.. " jawab Eleanora tersenyum samar.
"Oke nona Elea," balas William tersenyum, lalu pria itu melepaskan genggaman tangannya. "Terimakasih sekali lagi. "
Eleanora mengangguk pelan. Lantas ia berbalik, kemudian menuju kamarnya meninggalkan William. Kini Eleanora sudah berada di dalam kamar mandinya, dan memantulkan dirinya didepan cermin seraya melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya.
Dengan tatapan nanar, ia menyentuh tubuhnya yang masih terdapat jejak pria itu. Jejak pria yang kini berada di rumahnya. Heh takdir apakah ini....
Eleanora melepaskan yang tertinggal di tubuhnya. Segera ia menyalakan pancuran air, lalu ia berdiri di tengah-tengah, membiarkan air dingin mengucur daras menerpa seluruh tubuhnya.
Eleanora memejamkan kedua matanya seraya membawa tangannya menyentuh wajahnya. Ia menghembuskan napas nyaman. Merakan air dingin membelai setiap inci tubuhnya.
Tangannya bergerak ke atas, membelai rambutnya lalu turun ke belakang kepalanya.
Diusapnya bagian terpenting di tubuhnya bersamaan air yang masih terus menerpanya. Ingatan bersama William kembali hadir.
Percintaaan itu...
Ciuman... Cumbuuan...
Bahkan ia masih merasakan ketika bulu halus yang tumbuh di rahang tegas pria itu menggerus garis rahangnya, dan sentuhan memabukkan dari jemari pria itu ketika menjamah tubuhnya pun masih juga dapat di rasakan, seolah tertinggal.
Sampai bayangan William diatasnya dan menggagahinya hadir membuatnya tersentak, kemudian ia membelalakan kedua matanya..
Ini tidak benar!!
.
.
.
.
Bagaimana part kali ini? 😌 apakah, sudah mengusik jiwa batin kalian hingga meronta-ronta. 🤣 Cm satu harapan ku, semoga feelnya dapat.
Sile like n tinggalkan komentar kalian... Dah mau intip babang William bobo... Eh 🤭 kode 🏃♀️🏃♀️🏃♀️
gw nunggu bomnya nih...
hebat tp Angela mau berbesar hati memaafkan dan menemui ibunya walau ibunya udh jahat
kmna pikiranmu saat lg asyik2 sama calon mertuamu sendiri
kok Fabio mau aja sama emak2..apa lebh pengalaman lbh aduhai kahh
Milih kok sama yg emak2..apa krn yg pengalaman lebih aduhai kah..wkwkw
pacar anaknya main embat kayak ga ada laki2 lain😱🤦♀️
Fabio mauu aja lagi..
anak angkatnya Robert yg sdh sangat dipercaya ternyata anak dr pmbunuh kekasihnya...
tp bukan salah William kann..semoga saja mereka mengerti walau Will pasti merasa bersalah