Serena Valerie Adiwijaya merupakan gadis dewasa yang sederhana. Serena bekerja ditengah kota untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dia juga harus membiayai kuliah adiknya.
Suatu hari takdir mempertemukan dia dengan seorang pria tampan yang terkenal sebagai CEO muda yang bernama Arkana Raditya Permana.
Status sosial yang sangat jauh berbeda, serta latar belakang keluarganya yang rumit membuat Serena harus memendam perasaannya. Namun apa jadinya jika Arkan juga mencintai Serena? Apakah mereka akan bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indahahaha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Menemui Serena
Setelah hampir 1 jam membuat kue, akhirnya kue itupun sudah jadi. Serena membawanya ke ruang keluarga, dia memotong menjadi beberapa bagian dan membagikannya ke Gerry, Gina dan Arkan.
"ini sangat enak aunty" ucap Gerry sambil memakan kue cokelat itu.
"Iya sayang, makannya pelan-pelan" ucap Serena pada Gerry.
"Serena kamu memang pandai sekali membuat kue, ini sangat enak. Iya kan Arkan?" ucap Gina.
"Iya" jawab Arkan.
Serena tersenyum mendengarnya, dia senang karena mereka suka dengan kue buatannya.
Hari sudah sore, Serena memutuskan untuk pulang dan istirahat karena besok sudah masuk kerja lagi. Seperti biasa, Arkan mengantarkan Serena sampai ke rumahnya.
________________
Lima hari kemudian, selama itu mereka tidak pernah bertemu lagi. Gerry juga sudah pulang ke rumahnya karena Rania sudah sembuh, jadi orang tua Gerry menjemputnya.
Selama itu pula Arkan dan Serena, dua orang yang sebenarnya saling suka itu selalu memikirkan satu sama lain. Tapi tidak ada yang berani untuk memulai terlebih dahulu, baik Serena maupun Arkan.
Dan hari ini, Arkan memutuskan untuk membeli kue ke toko kue dimana Serena bekerja. Dia menjadikan itu alsan agar bisa bertemu dengan Serena.
"Maaf tuan, anda akan pergi kemana?" Dikha bertanya pada Arkan yang bersiap akan pergi keluar, padahal ini masih jam 9 pagi, dan baru satu jam yang lalu Arkan datang tapi sekarang sudah harus pergi lagi. Dikha juga mengingat bahwa hari ini tidak ada jadwal meeting di luar, tapi mengapa bosnya ini tiba-tiba akan pergi keluar di jam yang masih pagi ini.
"Saya ada urusan penting, kamu handle semuanya hari ini" jawab Arkan berlalu pergi.
"Tapi tuan-" belum selesai dikha berbicara, Arkan sudah pergi begitu saja. Bosnya itu sangat aneh akhir-akhir ini.
Sesampainya di toko itu, Arkan langsung masuk dan memesan kue yang dia inginkan, dia juga memesan banyak karena niatnya ingin membagikannya pada pegawainya di kantor.
Sedari tadi matanya mencari sosok gadis yang selalu berputar di pikirannya, tetapi sepertinya gadis itu tidak ada disana.
"Anda mencari seseorang tuan?" Tanya citra pada Arkan. Sebenarnya citra sudah tau, pasti Arkan mencari Serena.
"Ah iya, saya mencari teman saya yang bekerja disini" jawab Arkan.
"Maksud anda Serena?" Arkan kaget, mengapa pelayan wanita di depannya ini bisa tau apa yang dia sedang cari sekarang.
"Serena kan tuan?" Tanya citra sekali lagi sambil tersenyum menggoda.
"Ah i-iya, dimana dia?" Tanya Arkan.
"Hari ini Serena tidak masuk karena dia mengambil cuti selama satu minggu kedepan" ucap citra.
"Cuti, mengapa dia mengambil cuti?" Tanya Arkan lagi.
Citra menatap Arkan, 'sepertinya sedikit mengerjainya akan lebih seru' ucap citra dalam hati sembari terkikik geli.
"Oh, dia pulang ke kotanya karena akan menikah"
"Menikah?" Tanya Arkan kaget.
"Iya, anda mengenal Serena tuan?" Tanya citra berpura-pura tidak tahu.
"Iya saya mengenalnya"jawab Arkan, "katakan mengapa dia akan menikah? Bukankah dia belum memiliki ke kasih?" Tanya Arkan dengan gusar.
Citra tertawa dalam hati melihatnya, sepetinya dia telah berhasil mengerjai seorang CEO di depannya ini. Dia juga melihat dengan jelas bahwa Arkan ini sebenarnya mencintai Serena.
"Dia di jodohkan oleh orang tuanya tuan, Serena adalah anak yang baik, jadi dia akan menuruti keinginan orang tuanya" jawab citra.
Arkan marah dan takut mendengar ucapan citra, dia memutuskan untuk mencari Serena di rumahnya dulu, semoga saja Serena belum berangkat keluar kota, pikirnya.
"Kau punya kontak Serena?" Tanya Arkan pada citra.
"Tentu saja, dia teman baikku, pasti aku menyimpannya" jawab citra
"Berikan nomornya padaku" ucap Arkan, dan citrapun memberikan kontak Serena pada Arkan.
"Berikan alamat rumahnya yang ada di kota B" pinta Arkan lagi, dan citrapun memberikannya. Lalu setelahnya Arkan langsung pergi, citra akhirnya tertawa melihatnya. Dia yakin Arkan akan menyusul Serena, walaupun setelah ini dia pasti akan kena marah oleh Serena.
_____________
Didalam perjalanannya menuju rumah Serena, Arkan sesekali menggeram kesal karena hal tadi. Baru saja akan memulainya, dia sudah merasa sakit terlebih dahulu. Apakah dia yang salah karena terlambat untuk menyatakan perasaannya pada Serena?
Sesampainya di rumah Serena, Arkan langsung turun dari mobilnya dan berlari ke arah pintu untuk mengetuknya.
Tok!!tokk!!tokk!!
"Serena..." Panggil Arkan dari luar, namun tidak ada jawaban dari dalam. Arkan semakin gusar akan hal itu, dia mengetuk pintu itu kembali.
"Serena buka pintunya" ucap Arkan lagi, tapi kali ini pintu itu terbuka menampilkan Serena yang sudah rapi dengan koper kecil di tangannya. Melihat Serena yang masih ada di rumahnya, Arkan bernapas lega.
"Kakak ada apa kesini?" Tanya Serena bingung, apalagi sekarang Arkan seperti orang yang panik dan tergesa-gesa.
"Kau belum pergi?" Tanya Arkan.
"Kakak tau dari mana aku akan pergi ke luar kota?" Tanya Serena.
"Temanmu yang memberi tahu" jawab Arkan. Serena paham, pasti teman yang dimaksud adalah citra.
"Kau benar-benar akan menikah?" Tanya Arkan lagi.
"Apa? Menikah? Aku menikah?" Tanya Serena kaget serta kesal dengan pertanyaan itu. Bagaimana bisa Arkan berpikir begitu.
"Iya, temanmu yang mengatakannya. Kau akan pulang karena akan menikah, kau di jodohkan oleh orang tuamu" jawab Arkan.
Kali ini Serena lebih kaget dan lebih marah dengan perkataan temannya itu, bisa-bisa dia mengerjai seorang Arkan.
"Tidak kak, jangan dengarkan ucapannya. Dia memang sering bercanda dan berbohong, aku tidak menikah kak, bukan aku yang menikah tapi kakak sepupuku" jelas Serena, Arkan bernapas lega mendengar penjelasan dari Serena.
Melihat reaksi Arkan yang seperti itu membuat Serena salah tingkah, berarti secara tidak langsung Arkan menunjukan bahwa dia tidak ingin kehilangan Serena. Tapi Serena langsung menepis pikirannya itu, mana mungkin hal itu terjadi, pasti itu hanya pikirannya saja.
"Jadi kau akan berangkat sekarang?" Tanya Arkan melihat koper yang sudah ada di tangan Serena.
"Iya, aku akan berangkat sekarang karena busnya akan segera tiba" jawab Serena.
"Biar saya yang akan mengantarmu"
"tidak perlu kak" tolak Serena
"Sudah tidak apa-apa ayok" Akhirnya Serenapun pasrah menuruti permintaan Arkan.
Saat sampai di jalan yang akan menuju halte bus, Arkan tidak memberhentikan mobilnya dan malah berjalan terus, hal itu membuat Serena kaget.
"Kak sudah terlewat" ucap Serena sambil menatap Arkan yang masih menyetir dengan santai.
"Saya akan mengantarmu sampai rumah" jelas saja perkataan Arkan itu membuat Serena kaget sekali. Rumahnya ini jauh tapi bagaimana bisa Arkan mau mengantarkannya. Tadi dia menyetujui Arkan mengantarnya karena dia berpikir bahwa Arkan akan mengantarnya hanya sampai halte bus saja, tapi ternyata tidak.
"Kak tapi ini sangat jauh" ucap Serena lagi masih dengan tidak percaya dengan ini.
"Tidak apa-apa, sekalian saya ingin berlibur dan menginap di rumahmu saja" jawaban Arkan kali ini lebih membuatnya kaget.
"Bolehkan?" Tanya Arkan sambil menengok ke arah Serena karena tidak mendapatkan jawaban dari Serena.
"I-iya boleh kak" jawab Serena dengan pasrah, dia sekarang hanya bisa diam menikmati perjalanannya selama beberapa jam kedepan.