NovelToon NovelToon
Dia Bukan Gadis Biasa

Dia Bukan Gadis Biasa

Status: tamat
Genre:Romantis / Petualangan / Cintamanis / Contest / Balas Dendam / Chicklit / Tamat
Popularitas:605.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Tania Wijaya adalah seorang putri kaya raya yang terbuang karena persaingan bisnis sang ayah, harus bangkit belajar beladiri dan melakukan penyamaran menjadi seorang model.


Pertemuan tak sengaja dengan seorang pria keras kepala. Segala cara Tania lakukan demi menghindari pria itu. Namun, takdir berkata lain saat Tania terjebak dalam jeratan cinta yang di rencanakan Milan, kakak dari pria yang dicintainya.


Bagaimana perjalanan hubungan Tania setelah tahu Milan memiliki tunangan? Ikuti terus keseruan kisahnya.



***

Noted: Novel ini mengandung unsur beladiri/ Action yang tidak cocok untuk di bawah umur. Harap bijak memilih bacaan. Novel ini juga hanya tulisan fiksi pengarang. So harap berkomentar sopan ya reader yang budiman.


Novel ini sedang tahap revisi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sisa Rasa

🌟 VOTE, LOVE, RATE, DAN LIKE 🌟

— Perumahan Jasmine Garden —

Kamar Tania, pagi hari.

Wajah Tania sedang terlelap. Lalu ia tiba-tiba ia mengigau.

"Jangan pergi! Jangan tinggalkan Tania!"

Tania perlahan membuka kelopak matanya, keningnya berkeringat deras. Ia bernapas lega karena telah terbangun dari mimpi buruknya.

Tania mengusap wajahnya dengan kasar tanda frustasi. Kemudian ia melirik jam weker yang berada di atas nakas. Jarum jam menunjukkan pukul 05.30 seketika ia bangkit dan menuruni ranjang, bergegas membersihkan diri menuju kamar mandi.

Raffa melihat Tania sedang menuruni anak tangga, lalu berhenti sebentar dan melihat ke arah meja makan dengan ekspresi malas. Raffa memang memiliki kunci ganda rumah tersebut, itu sebabnya ia bisa kapan saja berada di sana yang bahkan membuat Tania merasa kurang nyaman akhir-akhir ini.

Tania melanjutkan langkahnya menghampiri meja makan dan melihat Raffa yang sedang sibuk dengan ponsel pintarnya.

"Dari mana seharian kemarin?" tanya Raffa, dingin.

Tania menghela napas sejenak, "Pulang, dan kecelakaan di jalan. Kebetulan Milan sedang melintas."

Raffa menyipitkan matanya, terlihat curiga. Tapi Tania berusaha menampakkan diri biasa saja.

"Terus, kemana?" tanya Raffa, lagi.

"Aku tidak ingat, setahuku Milan mengajakku ke suatu tempat. Akan tetapi, aku ga ingat di mana lokasinya," jawab Tania.

"Hari ini pemotretan di batalkan, kalau sampai kamu gagal! Terpaksa kita harus menyusun rencana lain nanti, yang jelas aku tidak setuju jika kamu berkecimpung di dunia bisnis," tukas Raffa, menjelaskan.

"Jadi ... Kaka cuma mau kasih kabar kalau aku udah diberhentikan menjadi model, begitu?" Tania mengerutkan keningnya dan menatap tajam.

"Hmmm ... tunggu kabar dariku. Fokus latihan beladiri saja dulu. Nanti aku kabari lagi, sepertinya hanya libur dua mingguan saja. Akan tetapi, jika kamu tidak pandai menjaga komitmen, bisa jadi semua yang sudah ada di genggaman akan hilang," ucap Raffa menjelaskan.

"Terimakasih, aku ijin libur dulu Kak. Aku mau sendiri dulu, istirahat dua mingguan ini. Mumpung gak ada pemotretan," balas Tania ragu-ragu.

Raffa mengangguk dan menyunggingkan senyuman. Perlahan, ia mengeluarkan amplop coklat berisi uang dari balik jas yang ia kenakan dan menyodorkan di depan tangan Tania.

"Gunakan ini untuk membeli kebutuhan kamu," ucap Raffa.

Tania meraih amplop tersebut, ia membukanya dan melirik isi amplop tersebut. Matanya terbelalak, ia terkejut melihat uang yang diberikan oleh Raffa nilainya tidak dalam jumlah yang sedikit.

"Kak, ini jumlahnya banyak sekali," ucap Tani, merasa tak enak hati pada Raffa

"Anggap saja itu uang saku yang diberikan oleh ayahmu," jawabnya.

Tania mengerutkan keningnya, berusaha mencerna ucapan Raffa.

Menit kemudian Raffa berpamitan, "Aku pergi dulu, jika butuh sesuatu hubungi saja aku."

Tania hanya mengangguk pelan. Ia hanya diam menikmati sarapan pagi buatan tangan Raffa sambil terus menatap punggung pria itu hingga menghilang dari pandangan matanya.

***

Pukul 08.30 WIB.

Suara deru mesin mobil membuat Tania membuka pintu rumah untuknya, senyuman indah melengkung sempurna melihat Edo yang terlihat tampan, keluar dari mobilnya dengan menggunakan pakaian santai.

"Pagi, Tania. Gak ada pemotretan?" Edo mengamati Tania yang masih mengenakan pakaian ala rumahan.

"Libur dua mingguan ini, kamu sendiri?" tanya Tania, setelah menjawab pertanyaan Edo.

"Aku hanya pengusaha amatir, gak sesibuk Kak Milan," jawab Edo. Mendengar nama Milan disebut-sebut senyum Tania memudar seketika.

Rasa sakit, yang ia rasakan kini mulai terasa. Ia teringat akan permintaan Milan yang telah ia sanggupi sebelumnya.

"Ummm ... mau jalan-jalan?" tanya Edo dengan sabar, ia menawarkan rencananya.

Tania berpikir sejenak, "Tidak apa, jika harus meninggalkan dia setidaknya aku tidak boleh menyakiti."

"Tania," panggil Edo, hingga Tania tersadar dari lamunannya.

"Ya, baiklah. sekalian ada hal penting yang ingin akt sampaikan," ucap Tania dengan wajah sendu.

Edo menghela napas, lalu menggenggam tangan Tania dan mengajaknya pergi.

Tania memperhatikan wajah Edo berulang kali, ada rasa cinta yang bersemayam di dalam hati gadis itu. Namun, untuk mencari tahu apa hal yang menimpa dirinya dan sang ayah ia harus tegas menentukan sikap.

***

Di sebuah taman, di depan kolam kecil yang banyak dihuni ikan hias berwarna warni, Tania dan Edo duduk di sebuah kursi panjang sambil menikmati sekotak ice cream.

"Tania, sudah seakrab apa kamu sama Kak Milan?" tanya Edo, menyelidik.

"Aku hanya bertemu dia di jalan," balas Tania, tentu saja ini bukan jawaban jujurnya. Demi mencapai tujuan, ia rela menghalalkan segala cara.

"Semoga yang aku pikirkan salah," ujar Edo.

"A-apa?" tanya Tania tergagap. Keningnya tiba-tiba saja basah oleh keringat.

"Dulu, aku memiliki kekasih. Akan tetapi, kekasihku meninggalkan aku setelah mengenal Kak Milan, padahal kami hampir saja menikah," celoteh Edo.

"Aku turut bersedih mendengarnya," sahut Tania.

Edo tersenyum dan menyelipkan anak rambut ke arah belakang telinga Tania.

Tania menghindari tatapan mata elang Edo dengan kegugupan. Tania mematung sejenak, tak bergeming memikirkan kesalahan yang ia aku putuskan setelahnya.

Tiba-tiba Edo menengadahkan wajahnya di bawah Tania.

"Permisi? Kamu dengar 'kan? Apa yang aku katakan sejak tadi?"

Tania mengangkat wajahnya memandang Edo dengan tatapan mata teduhnya.

"Hah?" Tania masih belum tersadar sepenuhnya dari lamunannya.

"Aku sudah menunggu sejak tadi, katanya ada yang mau diomongin. mumpung lagi sepi di sini," ucap Edo.

Tania melihat ke arah sekitar, ia baru tersadar jika tempat tersebut amat sepi.

"Edo, maafkan aku sebelumnya. Aku gak mau menyakiti hati kamu. Mungkin akan lebih baik jika kita hanya menjalin hubungan sebagai seorang sahabat. Aku hanya tidak ingin ada permusuhan nantinya," jelas Tania.

"Jangan tega pergi ninggalin aku Tania, apa yang menyebabkan kamu mengatakan ini? Apakah ini ada sangkut pautnya dengan Kak Milan?" Edo merasa hancur. Hatinya luluh lantah seketika.

Edo berdiri, tanpa menunggu jawaban dari Tania ia pergi begitu saja meninggalkan Tania yang tega menyakiti perasaannya.

"Edo, jangan pergi! Aku masih membutuhkan kamu selalu ada, hanya kamu yang aku percaya. Aku tidak bisa menjalin hubungan dengan kamu karena aku tidak sanggup menyakiti!" teriak Tania, diiringi isakan tangis. Namun, Edo mengabaikan dirinya.

Tania duduk meringkuk di samping kursi yang diduduki oleh dirinya sambil memeluk lututnya.

Suara langkah kaki berjalan mendekat, diiringi tepuk tangan membuat Tania menoleh ke arah pria tersebut. Tania menatapnya dengan tatapan benci. Seketika Tania bangkit lalu memukul dada bidang pria yang ia benci dengan pukulan kecil berulang kali.

Pria ini tersebut hanya dia memeluk Tania, "Aku berjanji tidak akan pernah membiarkan air mata kamu menetes lagi. Aku sudah transfer uang senilai Dua ratus juta rupiah sebagai gaji pertama kamu."

Mata Tania semakin membulat mendengar ucapan Milan. "Kamu pikir, aku wanita apa?"

"Hidup ini pilihan, Tania." Milan menarik tangan Tania agar mengikuti dirinya duduk di kursi taman tersebut.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Edo berdiri mengepalkan tangannya. Mengamati Milan yang sedang duduk bersama Tania.

Bersambung ...

🌟 Terimakasih banyak sudah berkenan mampir membaca karyaku. Semoga kalian juga sudi memberi jempol dan meramaikan kolom komentar ya, biasanya sebelum menulis saya suka baca komentar-komentar lucu dari kalian. Semoga banyak inspirasi. Salam hangat Lintang untuk kalian.

Salam cintaku.

Lintang (Lia Taufik).

1
Nina_Melo
Semangat Kak, jangan berhenti menulis. Tulisanmu bagus
ros
X nk lanjutkan k thor
mahdalena pulungan
ya habis akhirnya/Silent//Silent//Silent/
mahdalena pulungan
terbawa emosi lanjuuuut/Facepalm//Facepalm/
mahdalena pulungan
keren😁😁😁😁🥰🥰🥰🥰
Mhercye DG
thor mana lanjutanx
Mhercye DG
Raffa jangan mati dulu dong thor😢
Rina Yulianti
sayang banget....cerita sebagus ini minim like
Wida Yanti
ceritanya menarik,penuh teka-teki
Lintang Lia Taufik: Terimakasih Kak, silahkan mampir juga di "Bunga Desa Terdampar di Kota & Cinta Tabu" jika berkenan.
total 1 replies
Samantha
Selalu suka karyanya
Teddy
Genre yang beda, tapi tetep seru
Magic Lightning
crazy up
Black Blink
amazing
Eli Supriatna
mau di bawa kemana ini,,,
Yu Fi
rafa ini kyknya kakak kandung edo deh lah tania alat buat ngehancurin milan
Rusie Abdullah Ibu Kidorin
mampir ah ada beladirinya..
Erlinda
Tania kamu kok ceroboh sekali seharus nya dlm kondisi mu yg seperti ini kamu harus bersikap tenang ga perlu sesumbar kamu kan ga tau siapa kawan dan siapa lawan jgn gegabah dong
Ami
up pokoknya up, ga bisa tidur nanti
Ami
up thor
Ami
cemunguth
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!