NovelToon NovelToon
Dia Pelacur, Tapi Suamiku Murahan

Dia Pelacur, Tapi Suamiku Murahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Pelakor jahat / Suami Tak Berguna / Penyesalan Suami / Selingkuh / PSK
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ame_Rain

(Based on True Story)

Lima belas tahun pernikahan yang tampak sempurna berubah menjadi neraka bagi Inara.

Suaminya, Hendra, pria yang dulu bersumpah takkan pernah menyakiti, justru berselingkuh dengan wanita yang berprofesi sebagai pelacur demi cinta murahan mereka.

Dunia Inara runtuh, tapi air matanya kering terlalu cepat. Ia sadar, pernikahan bukan sekadar tentang siapa yang paling cinta, tapi siapa yang paling kuat menanggung luka.

Bertahan atau pergi?
Dua-duanya sama-sama menyakitkan.

Namun di balik semua penderitaan itu, Inara perlahan menemukan satu hal yang bahkan pengkhianatan tak bisa hancurkan: harga dirinya.

Kisah ini bukan tentang siapa yang salah. Tapi siapa yang masih mampu bertahan setelah dihancurkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tenang yang Tidak Wajar

Beberapa hari kemudian, Lagi-lagi terdengar suara ledakan dari dalam rumah. Suara-suara aneh kembali muncul di malam pertama, meski besoknya semua kembali seperti biasa.

Oke, ini sudah serangan keempat. Dan lagi, mau tak mau aku datang meminta bantuan dari Ustadz kenalanku itu.

Sebenarnya aku malu berkali-kali datang padanya. Apalagi dia sama sekali tidak mau menerima bayaran. Aku jadi merasa merepotkannya saja. Tapi, bagaimana lagi? di desa kami, memang hanya dia lah yang paling paham hal-hal semacam ini. Sedang aku belum begitu percaya untuk pergi ke orang pintar atau semacamnya, takut salah jalan.

"Pak, terimakasih, ya. Selama ini Pak Ustadz yang selalu bantu saya dan keluarga. Saya minta maaf karena terlalu banyak merepotkan Bapak." kataku.

Aku mengucapkan hal itu secara tulus karena aku benar-benar merasa bersalah, tapi anehnya laki-laki dengan janggut yang mulai memutih itu malah menatapku dalam diam untuk beberapa detik. Aku mengangkat sebelah alis dengan bingung. Apa ada yang salah dari ucapanku?

"Kenapa, Pak?" tanyaku.

Dia hanya menggeleng. Senyum tipis terpasang di wajahnya yang mulai mengeriput.

"Enggak, enggak ada apa-apa. Nanti kamu juga akan mengerti." katanya.

Aku pun semakin bingung. Apa maksudnya? apakah ada sesuatu yang tidak aku pahami?

Aku mencoba bertanya lebih lanjut pada laki-laki itu, tapi dia menolak untuk menjawab. Haaahh, apa yang sebenarnya dia ketahui? Kenapa harus ada yang dia tutup-tutupi?

"Kamu akan dapat tandanya nanti." katanya.

Akupun tidak bisa memaksanya lagi jika dia tidak mau memberitahu.

Akhirnya untuk kesekian kalinya, aku terpaksa pulang dengan rasa penasaran yang membuncah di dalam dada.

Seperti sebelumnya, aku meminta semua orang meminum air dalam botol air mineral yang Ustadz itu berikan, lalu menyiramkan sisanya ke sekitaran rumah.

Tapi, lagi dan lagi kata-kata Pak Ustadz siang tadi membuatku penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi dibelakangku?

Malam itu semuanya terasa damai. Tidak ada lagi suara aneh atau ledakan, semuanya kembali tenang seperti biasanya. Meski, justru hatiku yang tidak tenang.

***

Waktu berlalu begitu cepat tanpa disadari. Tahu-tahu saja, sudah seminggu sejak aku datang menemui Pak Ustadz. Dan malam ini sudah malam jum'at lagi, malam dimana biasanya ledakan atau hal aneh akan muncul sebagai pertanda bahwa pertahanan yang kupasang telah dijebol.

Aku duduk dengan waspada diatas ranjang, menunggu untuk melihat apa lagi yang akan terjadi malam ini. Jantungku berdegup agak lebih cepat, tegang.

Namun, meski sudah kutunggu cukup lama, anehnya tidak ada yang terjadi.

Ini bukan berarti aku berharap keluarga kami benar-benar diganggu, ya. Hanya saja... bukankah aneh jika Dewi yang begitu kesetanan untuk mengejar suamiku tiba-tiba berhenti?

Apa dia menyerah?

Tapi mengingat status FB nya waktu itu, masa iya dia menyerah begitu saja?

"Malam ini tenang, ya, Mas." ucapku pelan.

Mas Hendra menatap sekeliling, seolah ikut menyadari ketenangan yang hampir tak bisa kami rasakan lagi ditiap malam jumat selama sebulan kemarin. Karena sejak kami datang menemui Dewi waktu itu, malam jum'at menjadi malam dimana gangguan-gangguan aneh mulai bermunculan.

"Oh, iya, benar. Mungkin serangan itu akhirnya berakhir, ya, Dik?" katanya sambil tersenyum lega.

Entahlah. Mungkin aku terlalu curiga pada Dewi. Tapi sulit rasanya percaya kalau dia benar-benar berhenti dan puas hanya dengan mengganggu kami selama satu bulan saja.

Tapi, kalau memang benar dia berhenti… Alhamdulillah.

***

[Mbak, aku dapat kerjaan!]

Reni mengirimiku pesan melalui FB pada hari sabtu. Dia memotret tempat kerjanya, sebuah Ram (tempat penjualan sawit) yang cukup besar. Aku memang tidak melihatnya beberapa hari ini, dan ternyata dia sedang mencari pekerjaan. Syukurlah jika dia berhasil mendapatkannya.

[Bagus itu, Ren. Itu dimana?]

[Desa sebelah, Mbak. Lumayan, satu shift gajinya 1,5 jt. Tapi kayaknya aku ambil 2 shift sekalian, deh. Soalnya kalau cuma satu shift masih kurang untuk biaya rumah.]

Aku menaikkan sebelah alis setelah membaca pesan itu.

[Anak sama suami kamu gimana kalau begitu, Ren?]

Aku tahu hubungan Reno dan Reni kurang baik. Tapi jika Reni ambil kerja dua shift, dari pagi hingga malam, bukankah waktunya semakin sedikit di rumah? Apa Reno tidak akan marah?

[Anak aku biar dijaga neneknya dulu, Mbak. Mas Reno kayaknya enggak mempermasalahkan aku kerja, sih. Malah kayaknya dia lebih senang kalau aku enggak di rumah.]

Aku menghela napas membaca pesan darinya. Kasihan. Beginilah susahnya menjadi istri yang tak punya penghasilan. Jika mendapat suami yang baik, sih, alhamdulillah. Kalau seperti suamiku atau Reno? Pastinya kelabakan karena uang belanja tidak ada.

Beruntungnya aku masih punya kebun sawit, jadi tidak perlu sampai banting tulang dari pagi hingga ke malam seperti Reni. Sedang Reni? Kasihan. Dia pun tidak bisa pulang ke rumah orang tua karena ibunya tidak peduli lagi padanya semenjak dia memaksa untuk menikah dengan Reno.

Yah, begitulah. Makanya lebih baik jangan memaksa menikah jika tidak mendapat restu dari orang tua.

Memikirkan itu, aku jadi teringat seseorang.

Masa muda, ya.

Aku terkekeh getir dalam hati. Aku paham kenapa Reni memaksa menikah meski tak direstui. Dulu aku juga begitu, bersama ayahnya Meira.

Dan itu juga alasan kenapa kami akhirnya berpisah.

***

Aku terbangun dengan agak terkejut. Astaga, aku sepertinya ketiduran. Semalam, setelah sebulan tidak pergi jalan-jalan, Gita mengajak ayahnya untuk pergi malam mingguan lagi. Dan Mas Hendra setuju. Kami bertiga pun pergi ke taman bermain seperti dulu.

Mungkin karena kelelahan, sepulang dari sana aku langsung tertidur.

Aku segera turun dari ranjang. Adzan shubuh sebentar lagi akan berkumandang, lebih baik aku mandi dulu.

Saat hendak mengambil handuk, sayup-sayup aku mendengar suara motor yang didorong. Rasa penasaran pun menyelimuti hati. Maksudku, ini bahkan belum jam 5 pagi. Siapa yang mendorong motor sepagi ini? Bahkan jika motor mereka rusak dan perlu ke bengkel pun, tidak mungkin ada bengkel yang buka di jam segini.

Aku mendekat ke arah jendela, membuka gorden sedikit untuk mengintip. Dijalan, aku melihat Reno sedang menuntun motornya. Dia seperti bicara pada seseorang di balik pintu rumahnya yang masih terbuka, lalu setelahnya...

Seorang perempuan muncul, dia memakai masker.

Aku refleks menahan napas.

Mataku melebar, sisa-sisa kantuk yang sebelumnya masih terasa pun seketika lenyap.

Aku tidak bisa melihat siapa perempuan itu. Tapi dari postur tubuhnya sepertinya agak berbeda dari Reni. Mereka memang sama-sama bertubuh agak gempal, tapi perempuan ini sepertinya lebih pendek daripada Reni.

Keduanya berjalan bersama menuntun motor untuk menjauh dari rumah, barulah kemudian mesin dinyalakan dan mereka pun pergi dari sana.

"Berarti motornya enggak rusak, dong?"

Aku menutup gorden kamarku lagi. Laki-laki dan perempuan berada dalam satu rumah, lalu si laki-laki membawa perempuan itu pergi di waktu se shubuh ini hingga tak berani menyalakan mesin motor...

Jujur saja—itu terdengar tidak wajar.

***

Ternyata bukan cuma Dewi Durjana yang bikin drama, ya. Tetangga depan rumah malah keluar dari rumah sama cewek lain subuh-subuh? Ini cuma salah paham atau bakal jadi masalah besar kayak Mas Hendra dulu?

Menurut kalian, Inara harus diam dulu atau kasih tahu Reni secepatnya?

Dan satu lagi… kira-kira apa maksud Ustadz waktu bilang “kamu nanti akan dapat tandanya”? Merinding nggak sih?!

Tulis pendapat kalian di kolom komentar, ya. Cerita makin panas, jangan kemana-mana! 🔥

See you tomorrow!

1
Nuri_cha
Ceritanya sangat menarik, dekat dengan kehidupan sehari-hari... gaya bertuturnya juga mudah dibaca dan dipahami. Bikin greget n emosi, bagaimana lika-liku seorang wanita yang terkhianati. Sangat layak baca.

Semangat berkarya ya Thor
Drezzlle
betul kalau salah imam yang ada dirumah cuma jadi pembokat doang /Sob/
Drezzlle
kalau bisa jangan terpancing dan ikut salah jalan juga kaya Dewi
TokoFebri
astagaa.. gimana ya si Dewi ini.. dibilang pinter ya pinter tapi ya ga gitu juga bisnisnya 🤣
TokoFebri
ya pasti Reno berubah. harga dirinya terluka. apalagi kalau marahinnya di depan umum.😢
TokoFebri
gila.. wkwkw. konyol banget dah mereka 🤣
Nuri_cha
suaminya ngizinin? gila siiih
Nuri_cha
tapi ttp harus diingat kalo Dena nih anak buahnya Dewi. Jd ttp harus hati2
Anggrek Handayani
Bermanfaat juga ya berteman dengan orang seperti Dena? Bisa tahu sedikit banyak tentang dunia malam.
Anggrek Handayani
Nikah muda ini Si Rena.
Irfan Sofyan
dimana rumah kamu Ra, aku akan ke sana, terus akan ku bom tuh si Hendra 😤
Irfan Sofyan
kamu tidak usah bingung, sudah cerai saja
Irfan Sofyan
inara, tong di denge si eta mah, nya oge bageur
Irfan Sofyan
apa? sebulan?
Irfan Sofyan
oh sudah pasti dong
Rezqhi Amalia
otaknya udh GK berfungsi kali😭
Rezqhi Amalia
ya msih takut , coba nnti klo udh berbulan bulan kemudian psti kmbli begtu
Dedeh Dian
ditunggu up nya author.. makasih
Ameee: Aaakkkhhh, makasih udah baca sampai sini 😆 maap author jadi kegirangan sendiri 🙈😭 author up tiap hari kok insyaa allah, tungguin yaaa 🤭
total 1 replies
Nuri_cha
dari awal yang salah emang Hendra siiih... perempuan gak bakal jadi pelakor kalo lakinya gak ngasih kesempatan
Nuri_cha
wkwkwkwk... beneran jatuh cinta dong. Tiba2 jadi mual /Puke/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!