 
                            Vania dan Basir terpaksa harus meninggalkan kampung tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Kampung itu sudah tidak beres, bahkan hal-hal aneh sudah mulai terlihat. 
Basir pun mengajak adiknya untuk pindah ke kota dan menjalankan kehidupan baru di kota. Tapi, siapa sangka justru itu awal dari perjalanan mereka. Terlahir dengan keistimewaan masing-masing, Vania dan Basir harus menghadapi berbagai macam arwah gentayangan yang meminta tolong kepada mereka. 
Akankah Vania dan Basir bisa menolong para arwah penasaran itu? Lantas, ada keistimewaan apa, sehingga membuat para makhluk astral sangat menyukai Vania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Santet Part III
Waktu libur pun tiba, Basir dan Vania di jemput oleh Andri menuju rumahnya. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya mereka pun sampai di rumah Andri. Basir dan Vania sampai melongo melihat rumah Andri yang bagaikan istana itu.
"Ayo, masuk!" ajak Andri.
Basir dan Vania pun mengikuti langkah Andri. Basir mulai memperhatikan rumah Andri itu dan terlihat sangat gelap auranya. Rumah megah dan mewah itu tidak terlihat bercahaya bagi Basir.
"Pa, kenalkan ini Kang Basir sama Vania," ucap Andri memperkenalkan keduanya.
"Selamat siang Pak," seru Vania.
"Pa, Vania ini kerja di perusahaan kita juga loh malahan dibagian perencanaan bersama Andri," seru Andri.
"Hah, serius?" sahut Papa Wiguna kaget.
Vania hanya bisa tersenyum canggung, dia pikir kalau Wiguna itu galak karena setiap datang ke perusahaan wajah Wiguna sangat menyeramkan. Tapi, saat ini sangkaan dia ternyata salah dan Wiguna begitu sangat ramah sama seperti Andri. "Silakan duduk," ucap Papa Wiguna.
"Terima kasih, Pak," sahut Kang Basir.
Pada saat mereka duduk, seorang ART datang membawakan minuman untuk Basir dan Vania. Basir menatap menyelidik ke arah ART itu, entah apa yang ada dipikiran Basir yang jelas ART itu merasa sangat risih dan langsung pamit untuk ke belakang. "Maaf, Pak, ART barusan sudah lama bekerja di sini?" tanya Kang Basir.
"Bi Rina sudah hampir 5 tahun bekerja di sini, kenapa gitu Kang?" tanya Papa Wiguna.
"Apa kalian pernah mempunyai masalah dengan ART itu?" tanya Kang Basir kembali sembari menatap Wiguna dan Andri secara bergantian.
Wiguna, dan Andri saling pandang satu sama lain, lalu mereka mengingat apa yang sudah terjadi. "Perasaan kita tidak punya masalah dengan dia, tapi 1 tahun yang lalu dia pernah ketahuan mencuri uang dan saya sempat marahi dia juga tapi saya tidak memecat dia karena dia mencuri uang karena butuh untuk biaya pengobatan anaknya katanya. Dia minta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, dan kita pun memaafkan dia dan memberi dia kesempatan dengan catatan dia tidak boleh mengulanginya lagi," jelas Papa Wiguna.
"Ada apa Kang? apa dia yang sudah nyantet aku?" tanya Andri penasaran.
Basir menggelengkan kepala. "Bukan, tapi dia perantara orang yang menyantet kamu," sahut Kang Basir.
"Hah? serius Kang?" Andri dan kedua orang tuanya sangat kaget.
"Coba kamu ingat-ingat, apa di masa lalu kamu pernah menyakiti orang? soalnya yang saya lihat, ini ada unsur balas dendam dan amarah yang sangat besar," ucap Kang Basir.
Andri tampak terdiam, dia berusaha mengingat kejadian demi kejadian yang dia alami di masa lalu. "Aku gak pernah nyakiti orang Kang, tapi 2 tahun lalu aku sempat memutuskan seorang wanita. Aku pacaran sama dia tapi----"
Andri tidak bisa melanjutkan ucapannya, lalu Wiguna pun memotong ucapan Andri. "Dulu Andri sempat pacaran sama wanita, namanya Amanda. Saya dan istri saya memang tidak merestui hubungan mereka, entah kenapa saya merasa tidak suka dan tidak cocok dengan Amanda," seru Papa Wiguna.
"Amanda orang miskin, makanya Papa tidak merestui hubungan aku dan dia," ketus Andri sembari menunduk.
"Tidak, bukan masalah itu tapi karena ada satu alasan yang membuat Papa dan Nama tidak merestui kalian," sahut Papa Wiguna.
"Apa alasannya?" tanya Andri dengan tatapan sedikit kesal.
"Kata tetangga Amanda, keluarga Amanda itu suka main dukun dan mereka juga penganut ilmu hitam. Bahkan mereka tidak segan-segan mengorbankan keluarga sendiri dijadikan tumbal demi kemauan mereka terlaksana," sahut Papa Wiguna.
Andri tersenyum sinis. "Pa, ini sudah tahun 2025 mana ada yang masih percaya kepada hal begituan. Papa jangan percaya dengan omongannya mereka," ucap Andri tidak terima.
Andri sampai saat ini memang belum bisa melupakan Amanda, setiap di rumah pasti bayangan Amanda selalu ada tapi anehnya, jika dia keluar rumah dan pergi ke kantor, bayangan itu tidak ada dan seolah-olah dia hidup normal dan bahkan bisa menyukai Vania.
"Kang, kata tetangganya mereka itu melakukan pesugihan bahkan mereka tidak segan-segan menumbalkan keluarga sendiri demi ambisi mereka. Jelas saya tidak mau lah anak saya satu-satunya menikah dengan keluarga seperti itu. Dan kayanya istri saya dan Andri juga sakit gara-gara kiriman dia," ucap Papa Wiguna dengan meluap-luap.
"Papa jangan nuduh," kesal Andri.
"Papa tidak nuduh, tapi firasat Papa si Amanda yang melakukannya," geram Papa Wiguna.
"Sudah Pak, saya ngerti sekarang," ucap Kang Basir berusaha menenangkan Wiguna.
Sementara itu di dapur, Rina tampak mengintip dari balik dinding. Memang benar apa yang dikatakan Basir jika Rina sepertinya terlibat dalam kegiatan itu. Rina pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang, entah siapa yang dia hubungi.
"Pak, boleh saya memeriksa rumah Bapak?" seru Kang Basir meminta persetujuan.
"Boleh, silakan Kang," sahut Papa Wiguna.
"Pak, saya butuh air," pinta Kang Basir.
Wiguna pun berteriak memanggil Rina menyuruhnya untuk mengambilkan air. Rina kaget, dia mematikan sambungan teleponnya dan membawa air ke dalam ember. Setelah itu menyerahkan kepada Basir.
Tatapan Rina sedikit was-was, dia melihat ke arah Basir. Basir memasukan garam dan daur bidara ke dalam air itu, lalu dia memejamkan mata dan mulai berdo'a. Tiba-tiba, Andri langsung bereaksi dengan memegang dadanya.
"Sakiiiiiittttt...... sakiiiiiiiitttttt...... " teriak Andri.
"Ya, Allah Andri!" seru Papa Wiguna panik.
Wiguna menghampiri putranya. Andri ambruk di lantai dan berguling-guling di lantai, bahkan kali ini dia sampai muntah darah membuat Vania kaget. Di kantor, rasa sakitnya tidak separah itu tapi kali ini sangat parah.
"Pak, apa sebelumnya seperti ini?" tanya Vania.
"Iya, sudah 1 tahunan ini dia kaya gini. Bahkan pernah, dia sampai pingsan saking gak kuatnya menahan sakit," sahut Papa Wiguna.
"Astaghfirullah."
Basir menghampiri Andri, lalu memegang dadanya. Sedangkan Wiguna dan Vania berusaha memegang tangan dan kaki Andri. Basir mulai membacakan suara ruqyah, Andri semakin berteriak bahkan Vania merasa sangat kasihan kepada Andri.
"Sudah, sakiiiiiiiiitttttt!" teriak Andri.
"JANGAN IKUT CAMPUR!" sosok wanita yang selalu mengikuti Andri berkata dengan mata merah menyala.
Basir semakin khusyuk, dia tidak mendengarkan ucapan sosok itu. Cukup lama Basir mengobati Andri hingga akhirnya Basir mengepalkan tangannya seakan mencabut sesuatu dari dada Andri. "Allahuakbar!" teriak Kang Basir.
Seketika Andri jatuh pingsan. Wiguna menyuruh satpam yang menjaga rumahnya membawa Andri ke kamarnya. Sosok wanita itu pun menghilang, sedangkan Rina yang berada di dapur ikut terpental kala sebuah kekuatan seakan menghantam tubuh Rina.
Rina sebenarnya punya dendam kepada keluarga Wiguna karena sudah memarahinya dan mengancamnya akan dimasukan ke dalam penjara. Dia pun bertemu dengan wanita yang tidak lain adalah Amanda mantan dari Andri. Keduanya punya dendam yang sama tapi dengan alasan yang berbeda, sehingga keduanya pun sepakat bekerja sama untuk menghancurkan keluarga Wiguna.
jangan2 pake penglaris tuh baso bisa rame banget