NovelToon NovelToon
Kepincut Ustadz Muda: Drama & Chill

Kepincut Ustadz Muda: Drama & Chill

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Ayusekarrahayu

Maya, anak sulung yang doyan dugem, nongkrong, dan bikin drama, nggak pernah nyangka hidupnya bakal “dipaksa” masuk dunia yang lebih tertib—katanya sih biar lebih bermanfaat.

Di tengah semua aturan baru dan rutinitas yang bikin pusing, Maya ketemu Azzam. Kalem, dan selalu bikin Maya kesal… tapi entah kenapa juga bikin penasaran.

Satu anak pembangkang, satu calon ustadz muda. Awalnya kayak clash TikTok hits vs playlist tilawah, tapi justru momen receh dan salah paham kocak bikin hari-hari Maya nggak pernah boring.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayusekarrahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18 Diantara dua Nama

Begitu bayangan mereka menjauh, Maya langsung menghembuskan napas panjang. “Heran gue masih zaman ya taun gini geng-gengan begitu.…lagian tu cewek auranya kayak ratu lebah. senyum, tapi kayak gak ikhlas ngomongnya.”

Ia kembali menatap ke arah danau sambil sesekali memainkan kedua kakinya. Angin siang terasa sejuk, meski jantungnya masih agak berdebar.

Tak lama kemudian, Rara, Sinta, Zahra, dan Dewi datang sambil menenteng plastik penuh cemilan dan beberapa cup minuman dingin.

"Makanan datangg," Dewi berteriak heboh. Sinta mencubit pelan pinggang nya. "Jangan teriak-teriak malu diliatin yang lain," ucap Sinta pelan.

Mereka lalu duduk bersama di bawah pohon dengan tikar seadanya. "Rese lo pada, jajan atau abis demo si lama banget untung gue ga jadi fosil disini", ucap Maya sembari mengambil beberapa snack.

"Maaf ya May, tadi antrian nya panjang jadi ya agak lama," Rara terlihat buka suara.

Zahra membuka cup minumannya,"Lagian suruh siapa kamu ga mau ikut tadi."

Maya mencebik kesal,"Hah?! jajan beginian bukan budaya gue, makanya gue gak mau ikut,"ucapnya sembari melahap snack di tangannya. Teman-temannya menggeleng bersamaan.

Sinta langsung menjatuhkan diri di samping Maya, menaruh segelas es cendol di depannya. “Nih, spesial buat princess yang tadi dikasih telur dadar secara langsung sama idola pesantren.”

Maya mendelik. “Sin, sumpah gue lempar nih gelas ke muka lo kalo masih bahas itu.”

Zahra terpingkal sembari membuka keripik. “Yaelah, May. Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang enak banget? Jangan-jangan masih kebayang rasa gurihnya, yaaa?”

Maya menahan tawa, wajahnya panas lagi. “Berisik lo semua. Gue mah udah lupa.”

Rara melipat tangan di dada dengan ekspresi pura-pura serius. “Oh ya? Kalau udah lupa kenapa pipi kamu merah sekarang?”

“Mana merah! Ini kepanasan, tahu!” Maya buru-buru mengibas-ngibas pipinya.

Dewi mencondongkan badan. "Eh May tapi bener, kamu gak ada hubungan apa-apa kan sama Ustadz Azzam?," kedua alisnya tampak naik turun.

Maya hampir tersedak minumannya. “Hah?! Astagfirullah, Wi! Otak lo jangan kemana-mana deh. Emang gue doyan drama sinetron gitu?”

Dewi menutup mulutnya menahan tawa. “Ya kali aja… siapa tahu kan, awal mula cinta itu dari sepotong telur dadar.”

“Wi, sumpah kalo gue punya batu kerikil sekarang udah melayang ke jidat lo.” Maya meraih sandal jepitnya dan pura-pura akan melempar.

Rara ikut menimpali dengan nada menggoda, “Tapi serius sih, tadi pas ustad Azzam nyodorin piring ke kamu… tatapan matanya agak beda.”

“Beda apaan?! Beda arah kali!” Maya menepis, meski jantungnya langsung mencelos.

Sinta langsung berbicara, “Aku yakin deh, Ustadz Azzam itu palingan kasihan doang. Lagiain kan kita semua tau dari dulu ustadz Azzam memang terkenal baik.”

Zahra tersenyum sambil mengunyah keripik. “Iya, tapi kalo cowok lain mungkin bodo amat, loh. Ini seorang ustadz Azzam… hmm….”

Maya langsung menutup wajahnya dengan tangan. “Plis, kalian jangan bikin gue makin kepedean. Gue udah cukup malu tadi diliatin satu pesantren. Kalo kalian terus nyenggol-nyenggol soal ustadz Azzam, gue bisa beneran guling ke air nih!”

Mereka semua langsung terpingkal. Bahkan beberapa pengunjung lain yang duduk agak dekat sempat melirik karena riuhnya.

Rara menepuk bahu Maya lembut. “Udah, udah. Santai. Anggap aja pengalaman unik di pesantren ini. Belum tentu semua orang dapet telur dadar spesial dari ustadz kece.”

“Raraaa!!” Maya menjerit setengah malu setengah kesal, lalu menutup wajah dengan plastik snack kosong.

Dewi dengan santainya menambahkan, “Eh tapi kalo gue jadi lo, May, gue simpen tuh piringnya. Jadi barang kenangan.”

“Dewiii!!!” Kali ini Maya betul-betul melempar sandal ke arah Dewi, disambut tawa pecah teman-temannya.

.

Sementara itu, dari balik pohon di ujung danau, Nadia dan kedua temannya berdiri dengan wajah masam. Mereka bersandar santai seolah-olah hanya menumpang teduh, padahal mata mereka terus mengawasi Maya dan gengnya yang tengah heboh bercanda.

“Liat tuh, ketawa-ketawa kayak lagi syuting acara komedi,” gumam Rita sembari cemberut.

Nadia menyilangkan tangan di dada, matanya menyipit. “Dasar kampungan. Baru dikasih perhatian sedikit aja udah hebohnya kayak dapat lamaran.”

Putri, ikut membuka suara, “Tapi, Nad… jujur deh, ustadz Azzam emang keliatan agak beda tadi pas nolongin dia. Kayak—”

“Kayak apa?!” Nadia langsung menoleh tajam.

Putri sontak terdiam, menunduk sambil meremas-remas ujung kerudungnya. Rita buru-buru menyambung, “Maksud Putri tuh… beda karena biasanya Ustadz Azzam cuek ke siapa pun. Tapi kali ini, dia bener-bener turun tangan.”

Nadia mengepalkan tangan kecilnya. “Itu cuma kebetulan. Maya aja yang suka bikin sensasi. Lagian…,” ia mengangkat dagunya tinggi, “ustadz Azzam pasti lebih menghargai yang punya adab dan sikap, bukan cewek asal ceplas-ceplos kayak dia.”

Rita mengangguk cepat, “Iya bener, Nad. Tenang aja, kamu jauh lebih pantas.”

Tapi mata Nadia tetap tak lepas dari Maya yang tertawa lepas bersama teman-temannya. Ada secuil rasa tak nyaman, meski bibirnya terus melontarkan senyum tipis penuh percaya diri.

“Biarin aja mereka seneng sekarang,” bisiknya lirih, hampir hanya terdengar oleh dirinya sendiri. “Aku akan pastiin semua orang tau siapa yang lebih layak di sisi ustadz Azzam.”

......................

Di ruangan kantor sederhana yang dipenuhi rak kitab dan beberapa map administrasi, Ustadz Azzam duduk sendirian di kursinya. Sinar matahari menembus tirai tipis, membuat debu-debu kecil di udara tampak berkilauan.

Tangannya masih memegang sebuah bolpoin, tapi sudah lama ia tak menulis apapun. Pandangannya kosong ke arah meja.

Ia menghela napas pelan, teringat kejadian di danau tadi. Bagaimana Maya yang selalu mencoba menjauh darinya, kadang bersikap sok cuek atau bahkan terkesan sensi sekali. Dan yang paling tak bisa ia lupakan, tatapan mata Maya saat ia membantunya di kandang kemarin, wajah hebohnya dan gaya khasnya . Ada sesuatu di sana… sesuatu yang membuatnya sedikit terusik.

Azzam mengusap pelipis. “Astaghfirullah…” bisiknya lirih.

Ia bukan tipe yang mudah terbawa suasana. Selama ini, fokusnya jelas: belajar, mengajar, dan mengabdi di pesantren. Tapi entah kenapa, sejak kedatangan santriwati barunya itu,bayangan Maya seakan muncul lagi dan lagi.

Belum selesai pikirannya, wajah Nadia ikut muncul dalam ingatan. Senyum tipis, nada bicara lembut tapi sarat makna tersirat. Ia sadar betul kalau Nadia punya pengaruh besar di kalangan santriwati, apalagi dengan gaya anggun dan keluarganya yang terpandang.

Azzam menegakkan duduknya, berusaha kembali menulis agenda kegiatan di buku catatan. Namun, beberapa detik kemudian bolpoinnya berhenti lagi.

“Maya… Nadia…” gumamnya dalam hati.

Dua nama yang baru saja menimbulkan riak kecil dalam kehidupannya yang tenang.

Azzam menutup buku, lalu meraih mushaf Al-Qur’an di meja. Ditatapnya sejenak dengan lirih. “Ya Allah, jangan biarkan hati ini goyah. Tuntun aku tetap di jalan-Mu.”

Hening kembali memenuhi ruangan. Di luar, suara anak-anak santri yang sedang bercanda tawa terdengar samar, seperti mengingatkannya bahwa ia punya tanggung jawab jauh lebih besar daripada sekadar memikirkan perasaan yang mulai tumbuh tanpa ia sadari.

.

.

✨️ Bersambung ✨️

1
Ayusekarrahayu
Ayooo bacaa di jaminnn seruuu
Rian Ardiansyah
di tunggu kelanjutannya nyaa kak
Tachibana Daisuke
Bikin syantik baca terus, ga sabar nunggu update selanjutnya!
Ayusekarrahayu: sudah up ya kak
total 1 replies
Rian Ardiansyah
ihh keren bngtttt,di tungguu kelanjutan nyaaaa kak😍
Ayusekarrahayu: makasiii😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!