"Hai ganteng, malam ini, mau bermalam bersamaku?"
~ Keira ~
"Kau tidak akan menyesalinya kan, little girl?"
~ Reynald ~
**********
Demi bisa menghadiri pesta ulang tahun pacarnya di sebuah klub malam, Keira nekat mencari cara untuk kabur dari pengawasan Raka, sang kakak yang overprotektif, dengan bantuan sahabatnya, Selina. Namun, sesampainya di sana, betapa terkejutnya ia saat mendengar bahwa Dion, kekasih yang selama ini ia sembunyikan dari sang kakak, justru malah menghina Keira di depan teman-temannya.
Hatinya hancur. Di tengah rasa sakit dan kekecewaan, Keira bersumpah akan mencari laki-laki lain yang jauh lebih tampan dan mempesona dari Dion. Saat itulah ia bertemu dengan sosok pria asing yang sangat tampan di klub. Mengira pria itu seorang host club, Keira tanpa ragu mengajaknya berciuman dan menghabiskan malam bersama.
Namun, keesokan harinya, Keira baru menyadari kalau pria yang bersamanya semalam ternyata adalah Reynald, teman dekat kakaknya sendiri!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Kamu Jauh Lebih Cantik
"Reynald! Lo mau bawa gue kemana?!" Keira berseru kesal. "Lepasin gue!"
"Sstttt..." Reynald menempelkan telunjuk pada bibirnya. "Jangan teriak-teriak, gimana kalau Raka denger?"
"Makanya itu, Lo mau bawa gue kemana?!"
"Udah, ikut aja baby, okay?"
Karena tangannya ditarik paksa oleh Reynald, mau tak mau Keira menurut. Ia sedikit terbelalak karena Reynald membawanya masuk ke dalam kamar.
"Lo mau ngapain, heh?" Keira bertanya waspada. Reynald hanya tersenyum tanpa menjelaskan apa-apa.
Tentu saja wajar Keira merasa curiga. Karena saat ini Reynald mengajaknya ke dalam kamar Reynald yang gelap gulita. Mengingat betapa mesumnya cowok itu selama ini, Keira pastinya tidak bisa berprasangka baik.
"Oke, coba lihat baik-baik,"
Entah apa yang dimaksud Reynald, Keira juga tidak tau. Sejauh mata memandang, hanya ada gelap. Hingga kemudian...Klik!
Keira terperangah. Dalam sekejap, kamar itu berubah menjadi langit penuh bintang. Cahaya biru berpendar, titik-titik kecil menyerupai bintang bertaburan, berpadu dengan kabut cahaya yang bergerak pelan. Benar-benar indah.
"Wow..." Keira terkagum-kagum dibuatnya. "Cantik sekali,"
Reynald menatap wajah Keira yang tersorot cahaya biru. Tersenyum lebar. "Kamu jauh lebih cantik, Keira,"
Keira terdiam. Ucapan Reynald barusan entah mengapa membuatnya jantungnya berdebar kencang.
Apa-apaan Lo, Keira? Lo baper cuma karena dipuji cantik sama cowok brengsek ini?
"Sini," Reynald menarik tangan Keira dan menuntun gadis itu untuk duduk di atas ranjangnya. "Aku memprogram ini khusus buat kamu. Kamu suka?"
"Hm," Keira tidak menjawab, hanya berdehem saja.
Reynald mengulum senyum. "Bilang saja apa adanya. Kalau pacarku bilang tidak suka, akan aku matikan sekarang,"
Keira menatap Reynald dengan kesal. "Kenapa Lo terus menyebut gue pacar Lo? Gue nggak pernah setuju buat pacaran sama Lo!"
Reynald menatap gadisnya itu dengan intens, sampai Keira merasa gugup. "Jadi, gimana caranya supaya kamu bisa menerima aku, little girl?"
Keira menelan ludah. Wajah Reynald sekarang tinggal berjarak beberapa senti dari wajahnya. Meski begitu, dia berusaha terlihat tenang.
"Gu-gue pengen pacaran sama cowok yang benar-benar tulus sama Gue!" Katanya kemudian.
Reynald mengernyitkan dahi. "Kenapa kamu pikir aku nggak tulus?"
"Karena..." Keira terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Karena kita pernah tidur bareng, jadi Lo suka sama Gue karena Lo udah menikmati badan Gue kan?"
Mendadak, dada Keira terasa sesak. Ia tiba-tiba jadi teringat dengan ucapan Dion saat di klub waktu itu. Meskipun hubungannya dengan Dion sangat singkat, tapi Dion adalah pacar pertama Keira, dan Keira begitu tulus pada Dion. Makanya ia merasa sangat sakit hati setelah mengetahui fakta kalau Dion ternyata hanya menyukainya karena tubuhnya saja. Jadi, dia beranggapan kalau Reynald juga pasti berpikiran yang sama dengan Dion.
"Aku bukan cowok brengsek seperti mantan pacarmu itu, Keira," Reynald berkata seolah ia bisa membaca pikiran Keira. Pria itu lalu mengelus pipi Keira dengsn lembut.
"Aku sudah menyukai kamu jauh sebelum pertemuan kita di klub tempo hari,"
Keira otomatis menatap Reynald dengan heran. "Apa maksudnya?"
Reynald menangkup kedua pipi Keira dengan tangannya. "Selama beberapa tahun ini, saat aku di luar negeri, cuma kamu satu-satunya wanita yang aku pikirkan,"
Keira bisa merasakan jantungnya berdebar begitu kencang. "A-apa?"
"Dulu, aku memang hanya memandang kamu sebagai adik dari sahabat dekatku saja. Aku selalu memperhatikan kamu dari jauh karena menganggap kamu sama seperti adikku sendiri. Tapi, suatu hari, aku merasakan ada yang beda pada perasaan ku saat melihat foto SMA mu,"
Keira menelan ludah. "Perasaan apa?"
Reynald tersenyum dan menatap Keira lamat-lamat. "Perasaan cinta,"
Tubuh Keira serasa membeku. Ia masih belum percaya dengan informasi yang ia dengar barusan. Apa tadi Reynald bilang? Dia suka Keira sejak lama? Terus, apa yang harus Keira lakukan sekarang?
"Aku nggak akan memaksa, sayang.." hidung Reynald menyentuh hidung Keira. "Tapi aku harap, kamu nggak akan memikirkan pria lain selain aku,"
Keira tidak tau apa yang ia pikirkan saat itu, sampai-sampai tidak sadar saat bibir pria itu sudah menempel dengan bibirnya. Dan gilanya, entah karena efek lampu di kamar itu yang terlalu indah, atau karena dia merasa iba setelah mendengar cerita menyedihkan Reynald dari sang kakak, Keira kali ini tidak menolak. Gadis itu kini malah begitu menikmati saat lidah Reynald memasuki mulutnya. Memberikan sensasi panas seperti malam itu, sensasi yang diam-diam Keira rindukan.
Sampai beberapa lama bibir mereka saling bertaut, barulah Reynald melepaskan ciuman itu. Ia tatap wajah gadis pujaannya itu dengan bahagia.
"Apa aku bisa mengartikan ini sebagai tanda kalau kamu menerimaku?"
Keira tidak menjawab. Tapi ia malah mengalungkan tangannya pada leher Reynald dan mencium bibir pria itu lebih dulu. Bodo amatlah, Keira hanya ingin menikmatinya saja malam ini tanpa memikirkan apapun.