Selina, seorang agen narkotika, yang menjadi buronan polisi, akhirnya mati dibunuh kekasihnya sendiri.
Jiwanya bertransmigrasi ke tubuh Sofie, seorang istri CEO yang bertepatan saat itu juga meninggal karena kecelakaan.
Kehidupan kembali yang didapatkan Selina lewat tubuh Sofie, membuat dirinya bertekad untuk balas dendam pada kekasihnya Marco sekaligus mencari tahu penyebab kecelakaan Sofie yang dianggap janggal.
Ditengah dendam yang membara pada Marco, Selina justru jatuh cinta pada Febrian, sang CEO tampan yang merupakan suami Sofie.
Hingga suatu ketika, Febrian menyadari jika jiwa istrinya sofie sudah berganti dengan jiwa wanita lain.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Apa Selina berhasil membalas dendam pada Marco? Bisakah Selina mendapatkan cinta Brian yang curiga dengan perubahan Sofie istrinya setelah dirasuki jiwa Selina?
CUSS.. BACA NOVELNYA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjebak dalam semak belukar
Setelah Febrian berangkat kerja, Selina bergegas masuk kamarnya dan menyalakan sebuah ponsel yang ia sembunyikan tanpa sepengetahuan Febrian.
Sebuah chat yang di kirim Robin, membuat darah Selina berdesir. Tak disangka, Marco bisa menemukan identitas dirinya dengan cepat melalui Brenda yang tak pernah ia duga akan bersekongkol dengan Marco.
Kegundahan menerpa hati Selina. Lambat Laun, Marco pasti akan bertemu dengannya. Hanya satu hal yang Selina takutkan. Febrian akan mencurigainya dan masalah besar akan timbul antara mereka berdua.
"Aku harus menemui Robin secepatnya."
Selina bergegas mengganti pakaiannya dengan pakaian yang ringkas agar dia bisa leluasa bergerak bebas. Kemudian, terburu-buru pergi meninggalkan rumah tanpa bicara apapun pada Betty yang menatap kepergiannya penuh curiga.
"Aneh, kenapa Nyonya pergi buru-buru seperti itu?" Betty segera menghubungi Febrian yang masih dalam perjalanan menuju kantor.
"Tuan, barusan Nyonya buru-buru keluar rumah seperti ada urusan yang mendesak. Dandanannya sedikit aneh, Nyonya Sofie berpenampilan seperti pria." Jelas Betty yang sempat mematut penampilan Selina saat keluar rumah.
"Hhh..., terimakasih Betty." Ucap Febrian singkat menutup panggilan telpon dari Betty dengan hati gundah.
"Jim! Alat pelacak yang kemarin kamu pasang di mobil Sofie, aktif bukan?! Kita ikuti kemana istriku pergi! Kali ini kita harus mengetahui apa yang ia lakukan di belakangku!" perintah Febrian pada Jimmy yang tengah fokus mengendarai mobil milik bosnya.
"Bagaimana dengan kantor Tuan?" tanya Jimmy bingung.
"Sofie lebih penting dari kantor!" Ujar Febrian dingin, namun cukup membuat Jimmy mengerti maksud Tuannya yang jarang marah-marah itu.
Febrian marah tidak pakai mulut. Lelaki tampan itu sekali marah besar, hanya tangannya yang bicara. Jimmy sudah pernah melihat kemarahan lelaki itu ketika mengalami kecelakaan yang mengakibatkan istrinya terluka dan dinyatakan nyaris meninggal.
Malam itu juga Febrian menggila, menghabiskan seluruh tenaganya menghancurkan mobil yang membuat dia dan istrinya kecelakaan. Itu sebabnya, tubuhnya penuh dengan luka dan pingsan dirumah sakit karena kehabisan tenaga.
Sedangkan Jimmy, malam itu tak bisa mengantar Febrian dan istrinya Sofie karena terpaksa menemani Brenda yang memohon minta di temani ke rumah saudaranya yang mengadakan pesta pernikahan.
Ada rasa penyesalan di hati Jimmy malam itu, sebab acara pesta saudara yang di akui Brenda ternyata hanyalah saudara jauh. Menurut Jimmy, itu tidak begitu penting untuk dihadiri. Namun, semua sudah terlanjur.
Jimmy masih bersyukur Febrian dan Sofie selamat dari kecelakaan itu. Jika tidak, Jimmy bisa kehilangan nyawanya juga jika Febrian tewas saat itu juga. William, ayah kandung Febrian pasti akan membunuhnya karena tak bisa melindungi putra kesayangannya dengan baik.
*****
Setelah setengah jam lebih mengikuti rute perjalanan mobil yang di kendarai Selina lewat alat pelacak yang sengaja di pasang Jimmy kemarin tanpa sepengetahuan Selina, mereka pun sampai di dekat sebuah gudang kosong dimana mobil Selina di parkir disana.
Jimmy dan Febrian tampak kebingungan melihat mobil Sofie yang terlihat kosong tanpa seorangpun yang ada disana. Mata mereka berpendar memperhatikan sekeliling tempat itu yang begitu sunyi dan sepi.
"Tuan, apa kita akan menunggu Nyonya datang atau...,?"
"Kita harus mencarinya! Aku yakin disini ada suatu tempat tersembunyi." Potong Febrian melangkah pelan menelusuri semak belukar yang tinggi menjulang memenuhi sekitar area gudang kosong itu.
Jimmy mengikuti Bosnya menyibak semak-semak dan saling bertatapan dengan bosnya ketika menemukan sebuah jalan setapak yang terlihat pernah di injak oleh kaki manusia.
Dengan hati-hati, mereka berdua melangkah masuk menyusuri jalan setapak itu dan cukup di buat pusing karena rutenya yang cuma berputar-putar seolah labirin yang sulit ditemukan titik pusatnya.
"Apa ini jebakan Tuan?" tanya Jimmy bingung.
Febrian mendesah pelan. Dia juga kebingungan. Mereka seolah terperangkap di suatu tempat yang penuh semak belukar yang tinggi.
"Aku yakin, ada satu jalan menuju tempat persembunyian itu. Si pemilik tempat ini begitu pintar, dia membuat orang lain susah untuk mencarinya. Lebih baik kita fokus, beri tanda setiap jalan yang kita lalui. Agar kita tidak kesasar." Ujar Febrian mencoba fokus mengamati jalan setapak yang sempit dan kecil penuh dengan semak sekelilingnya.
Jimmy mengangguk patuh, ia pun mengikuti ucapan Febrian memberi tanda setiap jalan yang mereka tempuh dengan ranting-ranting kering yang mereka dapatkan sepanjang jalan. Tapi percuma saja, mereka tetap kembali ke tempat semula tanpa menemukan tempat yang mereka cari.
Rasa lelah dan putus asa, membuat Febrian duduk bersila di atas rerumputan. Begitu juga dengan Jimmy. Panas mentari pagi menjelang siang, membuat tubuh mereka berkeringat karena berjalan berputar di lokasi yang sama secara berulang kali.
"Lebih baik kita tunggu saja Nyonya keluar dari tempat itu." Ucap Jimmy pasrah.
"Kalau Nyonyamu tidak keluar?Apa kau mau menjamin keselamatannya untukku?" gertak Febrian kesal.
Jujur, dia sangat khawatir dengan keadaan Sofie yang entah punya kepentingan apa sehingga berada di tempat yang mencurigakan seperti itu.
"Lain kali, mungkin kita harus bawa alat pemantau yang seperti pesawat kecil itu untuk melacak Nyonya Tuan." Celetuk Jimmy membuat Febrian membesarkan bola matanya.
"Drone! Yang kau maksud itu kamera Drone." Sahut Febrian kesal.
"Ya, Don, Drone terserahlah namanya. Kalau pakai alat itu kita pasti bisa tahu dimana tempat persembunyian yang sedang kita cari saat ini." Ujar Jimmy memberi saran.
"Ya, kamu benar. Tapi kita tak mungkin pergi ke kantor untuk mengambil drone dan kembali lagi kesini. Saat ini kita sudah terlanjur disini." Sahut Febrian gemas.
Terkadang ucapan Jimmy membuat dirinya gregetan. Dia suka bicara benar, tapi selalu terlambat.
Keasyikan mereka yang mengobrol di atas rerumputan diantara semak belukar, ternyata tak luput dari pantauan Robin dan Selina yang memperhatikan kelakuan mereka berdua lewat layar monitor di tempat persembunyian Robin.
Kehadiran Febrian dan Jimmy di gudang itu, sudah di ketahui Robin yang telah memasang CCTV di beberapa tempat tersembunyi hingga tak kelihatan oleh siapapun yang datang mengunjungi tempat persembunyiannya itu.
"Apa kau mengenal kedua pria itu?" tanya Robin menatap Selina penuh selidik.
"Dia suamiku. Febrian Sander dan asistennya, Jimmy." Jawab Selina menghela nafas berat menyadari Febrian telah memata-matai gerakannya.
"Kau harus pergi tanpa sepengetahuan suamimu. Jangan sampai ia tahu, kau berada disini bersamaku. Aku tak mau di tuduh orang sebagai lelaki penggoda istri orang." Ujar Robin tersenyum sinis melirik Selina sekilas.
Selina hanya tersenyum kecut menanggapi perkataan Robin.
"Bagaimana dengan ponsel Marco? Apa kau sudah menyalin semua data-data yang ada diponsel itu?" tanya Selina mengabaikan kalimat Robin.
"Sudah, aku sudah menyimpan semua datanya dalam flash disk. Kalau kamu butuh ponsel itu, kamu bisa membawanya lagi atau membuangnya jika tidak perlu." Tutur Robin santai mengulurkan ponsel milik Marco ke tangan Selina.
"Apa kamu menemukan sesuatu yang penting?" tanya Selina penasaran sekali.
"Banyak, semua hal penting banyak tersimpan disana." Jawab Robin dengan nada bergetar menahan amarah.
Selina jadi penasaran. Kenapa wajah Robin tiba-tiba jadi berubah? Ada kemarahan yang terpancar di wajahnya.
.
.
.
Kenapa Robin jadi marah? Apakah Febrian dan Jimmy bisa menemukan tempat persembunyian milik Robin itu?
BERSAMBUNG