Aku tidak akan membiarkan, Saudara tiri dan Ibu tiri menginjak-injak harga diriku.
Ikuti kisah Intan, yang berjuang agar harga dirinya tidak injak-injak oleh ibu tirinya dan kakak tirinya. Tidak sampai situ saja, ikuti kisah perjuangan Intan untuk bisa berdiri di kaki nya sendiri hingga dirinya sukses.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pchela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Hingga akhirnya nenek intan mengembus nafas terakhirnya. Namun, sifat Herman bukan berhenti malah menjadi-jadi dia semakin terang- terangan berselingkuh dengan Maya hingga gosipnya pun menyebar di seluruh kampung.
Saat ulang tahun Maya, dia mengelar pesta di rumahnya. Pesta yang mewah juga mengundang beberapa biduan kampung untuk mengisi acara hiburan. Makannya pun sangat beragam hingga warga kampung berbondong-bondong hadir di acara Maya.
Herman lah yang mendanai pesta ulang tahun Maya. Dia juga yang membayar pada biduan dan katering yang ada. Dia juga menghadiahkan Maya 20 gram emas, yang membuat heboh kampungnya.
Para tamu juga di berikan buah tangan sembako beras 5kg, lima butir telur, minyak goreng, tiga mie instan, kecap dan saus sambal. Itu semua di bagikan rata ke ibu-ibu yang datang di acara ulang tahun Maya. Acara itu sudah terlihat seperti pesta rakyat.
Semua uang untuk acara itu berasal dari Herman, yang dengan tega menjual salah satu ladang ayahnya. Kakek Intan punya tiga ladang, dan satu ladangnya Herman jual untuk acara ulang tahun Maya. Dan hal itu juga membuat ayahnya jatuh sakit.
Mama Intan tidak bisa berbuat banyak lagi, dia lelah bertengkar dengan suaminya tapi Herman tidak pernah perduli dengan tangisannya. Malah sekarang Herman semakin terang- terangan menujukan hubungannya dengan janda anak satu itu.
Kondisi kakek semakin lemah. Dia selalu mengigau memanggil nama istrinya, mama Intan selalu setia menjaga ayah mertua itu dia sudah anggap seperti ayahnya sendiri. Hingga pada akhirnya mama di ceraikan oleh papa. Mamah kembali ke kampung halaman dan memutuskan untuk jadi TKW, dan membiarkan Intan tinggal di rumah ini dengan papa.
Pada akhirnya Maya meminta pernikahan yang mewah sama Herman. Dia ingin pesta tiga hari dua malam harus terlaksana. Mau tidak mau Herman menuruti permintaan Maya, demi bisa menikahinya.
Dengan itu, Herman harus menjual mobilnya, tiga roko kosong milik kakek, dan satu ladang kakek papa juga lagi. Saat mengetahui harta kakek di jual demi bisa menikahi janda itu. Kakek mengalami sesak nafas, kakek sempat di rawat di rumah sakit namun akhirnya kakek juga menyusul nenek.
Intan di tinggal sendiri. Maya datang dengan angkuh seperti pemilik rumah. Ayah dijadikan babu oleh nya sekarang. Mila juga bersikap sama seperti ibunya, bahkan saat baru menikah Maya menata ulang semua tempat di rumah papa. Dia juga merasa acuh dengan Intan, Maya menujukan ketidaksukaan dengan Intan karena Intan selalu menentangnya.
Maya juga tidak terlalu tahu tentang keluarga Sari. Dia juga tidak kenal sama Tante Santi, jadi saat tante Santi datang Maya malah mengusirnya. Dia tidak tahu seberapa kayanya tante Santi dan suaminya, jika sampai Maya tahu mungkin sudah memperalat Intan untuk memeras Tantenya itu, jadi syukurlah dia tidak tahu tentang Santi.
................
Herman datang terpogoh ke kamar Intan. Dengan sebungkus sate tujuh tusuk yang di belikan oleh Maya itu. “Nak…Kamu lapar? Papa ada sate dibelikan Ibu Maya! Kamu makan ya nak!” Tanya Herman, dia tahu anaknya belum makan sebab tabung gas sudah di umpatkan oleh Maya.
“Udah pa! Papa makan saja! Intan sudah makan roti sama susu, sama snack juga. Ini ada snack gurih buat teman makan papa! Biar papa kenyang! Intan udah kenyang kok pah!” Jawab Intan, ia kasihan melihat tangan ayahnya gemetar memengang sebungkus sate itu. Nampaknya, Herman sangat kelaparan dari tadi pagi.
Herman kembali berjalan menuju dapur guna mengambil piring untuk dia makan. Intan memperhatikan punggung papanya yang kian menjauh dari pandangannya itu.
“Pah, papa sendiri yang membuat hidup papa seperti ini pah. Intan ikut sedih melihatnya tapi mengingat perbuatan papa dulu, Intan juga masih tidak terima pah. Kakek dan nenek pasti menyayangkan perbuatan papa itu. Pah, semoga papa cepat sadar atas perbuatan Papa yang salah itu” Guman Intan dalam hatinya.
Intan mengambil ponselnya dia akan menggambari Gea malam ini. Pesanan Pak Tono untuk membuat Jajanan tradisional itu tidak bisa Intan sanggupi, tabung gas sudah hilang dia tidak akan bisa membuatnya tanpa tabung gas itu.
Jika Intan membeli kompor listrik juga harganya cukup mahal. Intan belum punya cukup uang buat beli kompor listrik, terutama listrik di rumah ini masih di kuasai oleh Maya, jadi mungkin saat Intan sedang masak nanti listriknya bakal di matikan oleh Maya.
{ Gea, aku ada pesanan dari pak Tono buat bikin jajanan tradisional buat dibagikan besok di balai desa. Tapi, aku tidak bisa buatnya di rumah, kamu paham kan sebabnya Gea… jadi, apa ibu lo bisa membuat jajanan tradisional? Niat aku mau pesan pada ibu lo aja Gea? } tulis Intan pada pesannya.
Tak berselang lama Gea pun membalas pesan Intan {bisa banget Intan, lo mau pesan kue tradisional apa? Biar gue dan Ibu gue yang buatin. Rezeki ini! tidak boleh di tolak hehehe itung-itung nambah pemasukan juga.} Balas Gea pada pesannya.
Intan yang tengah membaca balasan pesan Intan menjadi sedikit lega, karena dia tidak akan mengecewakan Pak Tono sebab pesannya di batalkan begitu saja. { Bebas aja Gea, semaunya Ibu lo, gue ngikut aja. Sama air mineral dan rotinya juga ya, biar Lo dan Vania langsung bawa ke balai desa besok.} Tulis balasan Intan pada pesannya.
Tak lama Gea menjawabnya dengan stiker jempol. “Alhamdulillah… tidak apa-apa mungkin ini bukan rezeki ku buat bikin jajanan tradisional, mungkin ini rezekinya Gea. Semoga Allah mengantikan rezekiku dengan cara lain, Amin.” Gumamnya Intan sendiri.