Kanza Odelia terpaksa meninggalkan kekasihnya Adrian Miguel di altar sebab sehari sebelum pernikahan Kanza kehilangan kesuciannya karena jebakan dari kakak tirinya.
Bukan hanya itu, buah dari jebakan kakak tirinya itu Kanza akhirnya hamil, lalu terusir dari keluarganya sebab telah membuat malu karena hamil di luar nikah.
Kanza kira penderitaannya akan berakhir saat dia keluar dari rumah dan tak berurusan lagi dengan kakak tirinya. Namun sekali lagi Kanza harus berjuang demi bayi yang dia lahirkan yang ternyata tak sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjerumuskan Diri
Kanza mendengarkan penjelasan dokter dengan telinga yang terasa berdengung dan menyakitkan. Rasanya seluruh rongganya tercabut dari tubuhnya. Lemas dan tak berdaya.
Di sebelahnya Mia duduk dengan menggenggam tangannya berusaha memberi kekuatan. Namun nyatanya dia tetap saja merasa dunianya hancur saat mendengar satu persatu kata yang dikeluarkan dari mulut Sang Dokter.
Anaknya memiliki kelainan jantung sebab dia yang lahir sebelum waktunya membuat oragan tubuhnya belum terbentuk sempuran.
"Anda jangan khawatir, Nona. Kita bisa melakukan operasi. teknologi sudah canggih dan kita bisa mengusahakan bayi bertahan bahkan tumbuh sehat." Mata Kanza kembali di penuhi harapan.
"Bisakah Dokter?"
"Tentu. Kau bisa pergi ke administrasi untuk segera melakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum kita melakukan operasi."
Kanza mengangguk. "Aku tahu Dokter, terimakasih."
....
Hati Kanza rasanya ingin menjerit dan menangis saat mendengar berapa biaya yang harus dia keluarkan untuk melakukan operasi pada bayinya. Dari mana dia bisa mendapat uang sebanyak itu sedangkan tabungannya bahkan tidak mencapai setengahnya pun dari jumlah yang pihak administrasi sebutkan, bahkan jika dia menggunakan tabungan Mia uang yang di perlukan masih sangat banyak.
"Sekarang bagaimana?" Kanza menatap bayinya yang di kembalikan ke dalam inkubator. Bayi itu nampak menyedihkan dengan beberapa alat terpasang di tubuhnya.
Mia menatap kasihan. Bukannya memulihkan kondisinya dan menikmati masa setelah persalinannya Kanza justru harus berpikir dari mana dia bisa mendapatkan uang sedangkan kondisinya tengah sakit bahkan masih harus duduk di kursi roda.
Di saat seorang ibu perlu memulihkan mentalnya agar tidak mengalami baby blues, Kanza justru dihantam kenyataan yang melebihi stressnya ibu yang baru melahirkan.
Bagaimana tidak, dia hanya seorang diri.
"Sekarang bagaimana?" gumam Kanza lagi. Kanza menangis dengan tangan yang menyentuh permukaan kaca seolah dia tengah mengusapi bayinya.
Mia memeluk Kanza. "Haruskah aku meminjamnya dari Bos?"
"Bisakah?" Kanza menatap penuh harap pada Mia. Dia akan bayar dengan bekerja seumur hidup pada William.
Mia menggeleng. "Aku tidak yakin apa dia akan meminjamkan uang sebanyak itu, pria itu sedikit perhitungan." Mia ikut menangis.
Kanza mengusap air matanya. "Bisakah kamu antarkan aku ke rumah?" Mia mengurai pelukannya dan menatap Kanza.
"Aku akan meminta pada Ayah." Mia mengangguk.
....
Mia benar-benar membawa Kanza pergi ke rumah Jhon. Dengan mendorong kursi roda Kanza, Mia melihat rumah besar di depannya. Melihat rumah besar milik Ayah Kanza, seharusnya pria tua itu memiliki uang yang Kanza butuhkan, kan?
Mia menunduk menatap Kanza yang melamun. "Kamu yakin dengan ini, kan?" tanya Mia.
Kanza menggeleng. "Aku tidak yakin. Aku hanya berharap pada sebutir harapan." Kanza menunjukan jarinya memperlihatkan betapa kecilnya harapannya kepada Ayahnya.
"Bisa sekaya ini, seharusnya kamu juga tidak perlu menderita, Kanza," ucap Kanza.
"Kamu tidak akan percaya bukan kalau aku tidak pernah menikmati kemewahan sesungguhnya."
Pintu besar itu terbuka hingga Mia mendorong kursi roda Kanza untuk segera masuk.
"Lihat ini siapa yang datang?" Olivia turun dari tangga dengan tangan bersedekap di dada. Wajahnya sangat sombong dan menyebalkan. "Oh, apa yang terjadi padamu?" tanya Olivia saat melihat Kanza dari atas ke bawah juga dirinya yang mengenakan kursi roda.
"Aku ingin bertemu Ayah," ucap Kanza tanpa peduli ucapan Olivia.
"Ayah yang mana? Kamu lupa sudah memutuskan hubungan?"
"Jangan banyak bicara Olivia katakan saja pada paman Jhon kalau Kanza datang." Mia ikut geram.
Olivia mendengus saat Mia ikut campur. "Kau pikir Ayah mau bertemu denganmu setelah semua masalah yang kau buat?"
"Apa yang terjadi padaku karena kamu Olivia. Aku hanya tidak memiliki bukti kalau kamu yang melakukan semuanya termasuk menabrakku, kan?" Olivia nampak tegang sesaat namun dia kembali ke wajah angkuhnya.
"Apa yang kamu bicarakan Kanza, aku sama sekali tidak mengerti?"
"Aku tidak ada waktu untuk meladeni kamu. Cepat katakan pada Ayah kalau aku ingin bertemu."
"Dan aku sudah bilang Ayah tidak akan mau bertemu denganmu."
"Tolonglah aku satu kali saja Olivia, aku benar-benar perlu bertemu dengan ayah." Kanza berucap penuh permohonan. Hanya Ayahnya harapannya satu-satunya.
Olivia mendengus, lalu menoleh pada pelayan. "Katakan pada Ayah ada Kanza." pelayan mengangguk lalu segera pergi.
"Ngomong- ngomong apa yang terjadi denganmu. Kau nampak mengerikan, juga kemana perut buncitmu itu," ucap Olivia dengan mendudukan dirinya di sofa.
"Aku tak mengerti apa salahku padamu Olivia, hingga kamu tega melakukan semua ini padaku. Semua penderitaanku, dan apa yang terjadi semuanya karenamu." Kanza menatap benci pada Olivia.
Olivia terkekeh. "Kamu salah Kanza. Aku menyukaimu sangat menyukaimu. Karena itu aku selalu menginginkan apapun milikmu. Se mu anya." Olivia menekankan kata- katanya di akhir.
"Kamu benar-benar iblis Olivia. Kamu tahu apa yang sudah Kanza alami karena kamu." Mia berkata dengan menggebu bahkan hampir menerjang Olivia, namun Kanza menahannya.
Kanza menunduk dengan tersenyum. "Jangan meladeninya Mia. Apa yang dia lakukan akan mendapat balasannya. Kita hanya perlu bertemu Ayah, lalu pergi."
"Maaf, Nona Tuan bilang dia tak ingin bertemu anda." ucap pelayan yang tadi membawa pesan pada Jhon.
Kanza tertegun sementara Olivia tertawa.
"Kau lihat? Pembalasan apa yang kamu maksud, Kanza? Nyatanya aku tetaplah disini. Menjadi putri satu satunya keluarga Odelia. Aku bahkan akan menjadi satu-satunya pewaris keluarga ini." Tawa Olivia seperti pisau yang mencabik hati Kanza. Betapa kejam Ayahnya hingga tak menyisakan sebutir harapan pun untuk Kanza. Pria itu bahkan tak ingin menemuinya. Apa dia benar-benar putrinya?
"Kanza?" Mia menyentuh bahu Kanza.
"Ayo pulang Mia," ucap Kanza "Rumah ini benar-benar bukan rumahku lagi." Mia mengangguk lalu mendorong kursi roda Kanza untuk segera pergi.
"Ya, pergi sana pastikan untuk tidak datang lagi, ya! Ingat ini Kanza. Bahkan meski kamu mengemis aku tidak akan membiarkan kamu kembali!"
Olivia tersenyum menatap kepergian Kanza, lalu wajahnya menoleh pada pelayan yang menyampaikan pesannya pada Jhon. "Kau yakin Ayah mengatakan itu?"
"Tentu tidak, Nona. Tuan sedang tidur setelah minum obat. Dan Nyonya yang mengatakannya." Olivia terkekeh.
"Kau pintar. Aku akan naikan gajimu."
....
Kanza meneteskan air matanya. Harapannya yang hanya sedikit pada ayahnya kini benar-benar habis tak bersisa.
"Dasar pria tua kejam," gerutu Mia. "Aku harap rumah ini runtuh menelan mereka semua."
Kanza terkekeh. "Demi Tuhan aku suka doamu Mia."
"Biar saja, mereka pantas mendapatkannya!"
"Aku bahkan ingin lebih dari itu."
Mia mengusap bahu Kanza. "Tidak apa Kanza, aku yakin Tuhan akan mendengar doa kita."
Kanza tersenyum. "Sepertinya mulai sekarang tidak, Mia."
"Hah?" Mia menghentikan langkahnya lalu memiringkan wajahnya dengan raut bertanya.
"Tidak. Aku hanya merasa aku sudah menemui jalan buntu. Jadi, aku akan menjerumuskan diriku." Mia masih mengerutkan keningnya, namun Kanza hanya menunjukan wajah sedihnya.
berantem2 yg manis..🤭
semangat💪🏻
makin seru aja bikin penasaran kelanjutanya🥰