Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Pinjam Modal
Benar saja, esok harinya kembali dua debt colector datang lagi. Kali ini mereka membawa orang-orang yang lebih banyak lagi. Satu orang memerintahkan anak buahnya untuk merusak bangunan butik milik Ayushita.
Ayushita yang masih berada di kontrakannya mendapat kabar kalau butiknya kini sedang di rusak oleh orang-orang tak di kenal.
"Mbak, katanya butiknya ada yang merusak."
"Apa?!"
"Mbak, cepat ke butik. Mereka banyak sekali orang-orangnya membawa alat pemukul."
"Iya. Aku segera kesana."
Ayushita yang awalnya hendak sarapan pagi, langsung bergegas memakai sepatu dan mengambil tasnya. Dia segera mengeluarkan motor scoopy-nya dan menyalakan mesin, mengunci pintu rumah kontrakan yang dia sewa lalu segera pergi menuju butik.
Benar-benar ancaman para debt colector dan ibu tirinya itu jadi kenyataan, yang awalnya dia hanya untuk menggertak saja. Kini semuanya jadi rusak gara-gara perempuan yang sudah merusak keluarganya dan kini mau merusak usahanya juga.
"Dasar perempuan laknat, dia benar-benar tidak tahu diri! Awas saja setelah ini, aku akan membuat perhitungan dengannya," ucap Ayushita sepanjang jalan menuju butiknya.
Perjalanan menuju butik terasa lama bagi Ayushita, karena biasanya hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja. Tapi kali ini, kemacetan terjadi di ruas jalan utama membuat dia semakin kesal.
Ponselnya berdering lagi, tapi tidak dia angkat karena keadaan jalanan yang macet. Beberapa menit akhirnya kemacetan terurai, langsung saja Ayushita melesatkan motornya melalui jalanan gang perumahan agar terhindar dari macet lagi.
Kini motornya di belokkan langsung menuju di mana butiknya berada, dan benar saja. Dari kejauhan beberapa orang telah merusak butiknya, Ayushita terus melakukan motornya hingga depan butik sampai mengenai salah satu orang yang merusak butiknya.
Motor berhenti, beberapa orang yang memukuli butiknya berhenti dengan perintah satu bosnya. Laki-laki yang berkemeja ala tahun delapan puluhan itu mendekat pada Ayushita yang melepas helmnya. Senyuman sinis terukir di bibir laki-laki itu.
"Kamu menolak untuk membayar hutang ibumu, tentu saja balasannya adalah bangunan ini. Dasar gadis jelek, gendut! Bayar hutangnya!" teriak laki-laki itu dengan mata melotot.
"Apa-apaan kalian! Tagih sana sama perempuan tua itu! Jangan merusak butikku!" teriak Ayushita tanpa takut menatap tajam pada laki-laki yang berteriak padanya.
Beberapa anak buah laki-laki itu hendak menarik Ayushita, tapi tangan bosnya menghalangi.
"Hmm, gadis gendut kini semakin melawan ya. Baiklah, rupanya kamu tetap tidak mau bayar hutang ibumu ya?"
"Tidak!"
"Kamu jangan lupa gadis jelek, bukan hanya butikmu yang di rusak. Tapi juga ... Tubuhmu!" teriaknya.
Tentu saja Ayushita kaget dia semakin geram dengan ucapan laki-laki tersebut. Dia pun melepas helmnya dan mengayunkannya pada laki-laki itu dengan keras, dia kalap dan membabi buta untuk memukul balik laki-laki dan beberapa orang di sana. Mengusirnya dengan helm di tangannya.
Mengambil batu-batu di tanah lalu melemparkannya pada orang-orang itu. Sejenak dia seperti orang yang sedang kesurupan, orang-orang yang melihat kejadian itu merasa aneh seperti orang gila.
"Pergi sana! Awas kamu masih merusak semua milikku! Akan aku rusak semuanya! Aku tidak takut!" teriak Ayushita dengan lantang.
Laki-laki yang tadi terkena sabetan helm Ayushita itu kaget, pipinya merah kesakitan. Lima orang yang di bawanya itu pun mendekati bosnya. Beberapa kali lemparan batu kerikil juga mengenai orang-orang itu.
Dinda yang ada di dalam ketakutan melihat bosnya mengamuk tak terkendali, dia tidak percaya kalau Ayushita begitu berani meski butiknya sudah rusak.
"Dinda, cepat lapor polisi. Ini sudah kriminal," ucap pegawai lainnya.
Setelah terkejut dengan kejadian yang dia lihat itu, Dinda pun segera menelepon polisi untuk segera melerai Ayushita dan orang-orang suruhan ibu tirinya. Tepatnya suruhan juragan Somad.
"Halo, pak polisi. Tolong datang ke jalan mawar, ada keributan di tempat kami. Ada orang yang merusak bangunan kami."
_
Dewa melihat keadaan butik Ayushita sudah rusak semua kaca jendela dan beberapa etalase pakaiannya. Dia datang ke butik Ayushita rencananya ingin mengambil jas yang belum di ambil setelah satu Minggu dia sibuk dengan pekerjaan dan mamanya.
"Mereka merusak lagi butikmu?" tanya Dewa pada Ayushita yang sedang merapikan baju-baju yang berserakan.
"Anda lihat sendiri, mereka semua telah merusak butikku sampai di dalamnya," jawab Ayushita.
"Kamu sudah lapor polisi?" tanya Dewa lagi.
"Sudah. Tapi aku tidak yakin mereka akan menangkapnya," jawab Ayushita lagi.
"Siapa mereka? Suruhan siapa?" tanya Dewa lagi dengan penasaran.
"Suruhan juragan Somad yang meminjamkan uang pada ibuku."
"Di mana dia tinggal?" tanya Dewa, Ayushita menoleh pada klien yang kini peduli dengan nasib usahanya.
"Mau apa?"
"Aku ingin memberi pelajaran padanya," jawab Dewa.
"Ini bukan urusan anda, jika anda ikut campur pasti akan semakin panjang. Juragan Somad itu bukan orang sembarangan, orang-orangnya juga banyak dan ada di mana-mana."
"Heh, sehebat apa dia sampai bisa merusak butikmu untuk membayar hutang ibumu. Oh ya, memang berapa hutang ibumu?"
"Ck, aku tidak tahu."
"Kenapa tidak tahu? Bukankah mereka menyebutkan nominalnya?"
"Mereka hanya ingin merusak usahaku saja, bukan cuma menagih hutang saja. Bahkan ibuku itu memang sengaja bekerja sama dengan juragan itu untuk merusak usaha butikku," ucap Ayushita lagi.
"Kalau begitu, kamu pindah saja tempatnya."
"Itu membutuhkan biaya banyak lagi. Sewa tempat, renovasi juga biaya lainnya makin banyak," jawab Ayushita.
"Bagaimana kalau kubantu, maksudku kamu bisa pinjam padaku."
Ayushita menatap heran pada Dewa, dia heran kenapa laki-laki itu perhatian dan mau peduli dengannya. Sedangkan mereka hanya kenal karena Dewa kliennya saja.
"Hutang maksud anda?"
"Bukan hutang, pinjam modal."
"Sama saja itu hutang namanya."
"Ya kalau kamu menganggap begitu juga tidak apa. Tapi aku tidak menagih seperti rentenir itu sama kamu," kata Dewa.
Ayushita diam saja, dia merapikan baju-baju di etalase kembali. Dinda dan yang lainnya sedang membersihkan lantai yang banyak sekali pecahan kaca.
"Bagaimana?"
"Nanti aku pikirkan."
"Atau kucarikan tempat yang strategis?"
"Nanti saja. Aku akan bereskan semuanya lebih dulu urusanku."
Dewa menatap Ayushita, gadis itu masih sibuk dengan baju-baju jualannya. Laki-laki itu bingung mau melakukan apa, tapi kemudian dia mengambil ponselnya lalu menelepon seseorang.
"Halo, bisa pesan makanan?"
_
_
*****