Novel ini kelanjutan dari Cinta di atas menara ( pencuri hati pria lumpuh)
Arabella adalah seorang gadis muda yang terpaksa menikahi seorang pria yang sangat membenci wanita.
Di matanya semua wanita adalah sumber penderitaan.
Tapi seiring berjalannya waktu pemikiran itupun berubah,dan semua sudah terlambat.
Perlakuan kasar dan tidak manusiawi yang Bella terima selama ini telah mengubah hatinya yang tak lagi menginginkan cinta dari suaminya. Bella pun memilih pergi meninggalkannya. Nah apa yang akan terjadi selanjutnya?
Dan siapakah Arabella? adakah hubungannya dengan Devan dan Andara? Bagaimana kisah selanjutnya..?
Yuk simak di karya terbaruku.
Jangan lupa like, subscribe dan komentar yang baik baik ya 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Bella mulai membuka matanya perlahan.
Dengan sedikit mengangkat tubuhnya, Bella mencoba untuk duduk sambil memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing.
" Hah, di mana aku?"
Bella melihat ke sekeliling dan pandangan matanya berhenti pada tangannya sebelah yang sudah terpasang selang infus.
Ceklek
Tiba tiba datang seorang perempuan cantik memakai seragam putih dengan stetoskop melingkar di lehernya " Nona sudah siuman?" Tanyanya lembut.
" Dok, siapa yang membawa saya ke sini?"
" Oh dia suami anda sekarang sedang menunggu di depan " Jawab dokter muda itu.
Deg
Bella terdiam sejenak, nafasnya terasa berat.
" Dokter, sepertinya aku sudah baikan, aku mau pulang sekarang" Ucap Bella sambil berusaha melepaskan selang infus yang terpasang di tangannya namun ditahan oleh sang dokter.
" Nona jangan gegabah, kasihan janin di dalam perut anda"
" Hahh" Bella membulatkan matanya " Apa dok, janin? Jadi saya hamil?"
Dokter itupun mengangguk " Sebaiknya anda di sini dulu beberapa hari agar tubuh anda pulih dengan cepat dan janin anda selamat".
Bella terdiam dan membiarkan sang dokter memeriksanya, namun sebelum dokter itu melangkah pergi, Bella menahannya dengan meraih tangannya" Dok"
" Iya kenapa?" Jawab dokter cantik tersebut sambil tersenyum tipis.
" Apa suami saya tahu saya sedang hamil dok, maksudku aku saja baru tahu kalau saat ini sedang hamil?"
" Sepertinya belum, saya yang kasih tahu atau anda sendiri yang memberitahukannya?"
" Jangan dok, biar saya sendiri saja yang kasih tahu" Jawab Bella yang dibalas sebuah anggukan oleh dokter cantik itu kemudian pergi meninggalkan ruangan perawatan Bella.
" Baiklah sekarang saya akan keluar dan biarkan suami anda masuk ke sini" Ucap dokter cantik itu kemudian berjalan keluar dari ruang perawatan itu.
Bella terdiam mematung tapi tatapannya tertuju pada daun pintu seakan takut akan terjadi sesuatu bila seseorang itu masuk.
Ceklek
Pintu terbuka dari luar membuat Bella terperanjat, matanya membulat sempurna. Terlihat jelas ketakutan di wajahnya.
" Hai, sudah baikan?" Tanya seorang laki laki yang belum pernah dilihat sebelumnya. Usianya terlihat lebih dewasa mungkin di atas 25 tahun.
Bella menyipitkan matanya " Anda siapa?"
Wajahnya yang rupawan namun sangat familiar dan tidak asing, entah mirip siapa tapi Bella merasa sangat mengenal wajah itu.
" Oh iya kenalkan nama saya Vandra, saya minta maaf sudah mengaku suami kamu. Tapi sungguh saya tidak bermaksud apa apa. Kalau tidak keluarga yang memberikan persetujuan maka akan lama proses penanganannya jadi saya terpaksa mengatakan kalau saya suami kamu" Ucap Vandra.
" Oh gitu, terimakasih sudah menolongku"
" Hmmm" Vandra mengukir senyum manisnya kemudian mengambil kursi dan duduk di samping ranjang dengan tatapan tak lepas dari wajah cantik Bella yang nampak tertunduk.
" Nona"
"Tuan Vandra"
Keduanya bersamaan dalam berucap membuat keduanya canggung dan nampak malu malu.
" Anda duluan sajatuan" Ucap Bella.
" Hei jangan panggil tuan dong, apa aku terlihat begitu tua? Hahaha bercanda panggil saja kakak, meskipun aku belum terlalu tua tapi sepertinya aku lebih tua dari kamu" Jawab Vandra masih dengan senyum manis dan tipis yang senantiasa terukir di wajahnya yang rupawan.
Bella nampak masih tetap menunduk tak berani menatap wajah tampan dan penuh kharisma yang berada di sampingnya " Kak Vandra juga jangan panggil aku nona, namaku Arabella. Panggil saja aku Bella"
" Baiklah Bella, sekarang kita sudah saling kenal jadi kita bisa berteman dong? Oh iya sekarang sudah larut malam sebaiknya kamu beristirahat ya, besok aku antar kamu pulang ke rumahmu kalau dokter sudah mengijinkanmu pulang" Ucap Vandra kemudian beranjak dari tempat duduknya dan melangkah keluar ruangan.
Bella mengangguk kemudian kembali merebahkan tubuhnya setelah Vandra benar benar pergi meninggalkan ruangannya.
Pov Vandra Devano.
Seorang pemuda tampan yang memiliki wajah sedikit oriental yang cenderung mirip Andara namun tubuh yang proporsional lebih mirip Devan Mahendra. Wajah tegas dan terlihat ramah, senyum manis yang senantiasa terukir di wajahnya membuatnya sangat disenangi banyak orang.
Profesi sebagai dokter umum di sebuah rumah sakit kecil yang tidak terkenal.
Malam itu Vandra sedang mengunjungi panti asuhan tempatnya dibesarkan di kota itu, tanpa sengaja menemukan Bella yang tiba-tiba pingsan di pinggir jalan.
Dengan cepat Vandra menolong dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
...🧡🧡🧡...
Andara tertegun dan hanya terdiam sepanjang malam, hingga suaminya pulang dia tidak menyadarinya.
" Aku harus kembali ke tempat itu, aku akan memastikan siapa sebenarnya laki laki yang berada di sana, keadaannya sangat memperihatinkan. Bibi , oh iya bibi harus menjelaskan semuanya, sepertinya dia tahu banyak " Batin Andara kemudian memutar tubuhnya hendak beranjak namun dia dikejutkan dengan keberadaan Bertrand yang sudah dari tadi berada di belakangnya, sedang memperhatikannya.
" M-mas Bertrand, kapan kamu datang?" Tanya Andara dengan gugup.
Bertrand tersenyum tipis kemudian mendekati istrinya" Erina sayang , ada apa? Kenapa kamu terkejut dengan kedatanganku?"
Andara mencoba tersenyum" Oh tidak mas, ehm aku, aku sebenarnya mau memberimu kejutan"
" Oh iya, kejutan apa?"
" Aku sudah mulai bisa berdiri mas, sebentar lagi pasti bisa berjalan " Jawab Andara dengan suara bergetar.
Bertrand tersenyum tipis, tangannya meraih kepala Andara dan membawanya ke dalam pelukannya.
Bertrand mengangkat tubuh Andara dan merebahkannya di ranjang setelah itu melepaskan perlahan kancing kemejanya dan mendekatkan wajahnya di leher Andara
" Erina, selama dua puluh tahun menikah aku selalu menghormatimu dan tanpa seijinmu tidak pernah menyentuhmu. Namun hari ini aku begitu ingin mencumbuimu sayang "
Andara membulatkan matanya kemudian mendorong tubuh Bertrand perlahan" M-mas tunggu tunggu, ehm kayaknya aku lagi dapat deh, maaf ya " Bisik Andara lirih.
Bertrand menatapnya tajam kemudian membenarkan duduknya dengan wajah muram " Baiklah kamu cepatlah tidur, aku ada urusan di luar" Bertrand pun beranjak dari duduknya dan merapikan kembali kemejanya kemudian melangkah pergi meninggalkan kamarnya.