Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selidiki
"Nyonya, anda habis dari mana? Kami semua panik mencari anda."
Seseorang yang di sapa nyonya tersebut yang tak lain adalah Mara. Wanita itu pulang menggunakan taksi untuk sampai ke rumahnya. Saat tiba di rumahnya, Mara sejak tadi hanya terdiam dan melamun, apa yang sedang ia fikirkan?
"Puteraku sudah menikah? Kenapa aku tidak menyelidikinya lebih lanjut? Siapa wanita yang menjadi pasangan puteraku?" Gumamnya.
Beberapa pertanyaan terus muncul di otak Mara. Wanita itu penasaran dengan sosok wanita yang menjadi menantunya itu. Apalagi saat melihat reaksi Heri yang tiba-tiba m pergi saat mendengar menantunya itu tak sadarkan diri.
"Nila, tolong kamu cari tahu siapa isteri puteraku!" Pintanya, menatap sang sekretaris dengan serius.
"Eh, tuan muda sudah menikah? Saya kira dia masih lajang. Kenapa pernikahannya tidak tembus pada telinga orang-orang?"
Drrrkk
Mara beranjak dari duduknya lalu berjalan ke arah jendela. Ia membuka tirai dan menatap ke arah luar dengan tatapan datarnya.
"Apa kau tak tahu? Para pembisnis menyembunyikan status pernikahannya demi keamanan sang isteri. Kita tidak tahu pangkatnya apa atau mungkin saja ia hanya orang biasa. Semua itu akan ngaruh pada reputasi sang suami."
Nila menganggguk paham akan semua kata-kata yang di ucapkan Mara.
"Lantas, apa saya harus menyelidiki isteri tuan muda?"
"Ya, aku takut wanita itu hanya akan membuat puteraku sengsara. Dan jika wanita itu sesuai dengan kriteria menantu idaman, aku akan memberikannya sesuatu yang sangat istimewa padanya."
"Baik nyonya, akan saya lakukan!" Ujarnya mengangguk patuh.
Bukan berlebihan, sebagai seorang ibu tentunya Mara sedikit khawatir, apalagi ini menyangkut putera kandungnya, semua akan ia lakukan untuk menebus rasa bersalahnya karena sudah meninggalkan suami dan jaga puteranya.
"Oh iya, dan satu lagi, coba selidiki tentang suamiku juga, apa ia sedang berhubungan dengan wanita lain atau tidak. Pokoknya kau harus berikan informasi yang benar, jangan sampai terlewat."
Nila mengangguk cepat. "Siap nyonya, saya tidak akan mengecewakan anda. Dan maaf jika saya sedikit lancang, anda harus beristirahat dan meminum obat anda. Jangan sampai perusahaan pesaing mengetahui kelemahan anda.
*
*
Sementara itu...
"A-apa? Luka memar ini adalah bekas pukulan?"
"Betul, tuan. Sepertinya pasien tersebut sudah beberapa kali mendapatkan pukulan di beberapa bagian tubuhnya." Ujar sang dokter.
Victor tak langsung bertanya pada Risa, wanita itu pasti akan menyangkalnya dan tidak akan berkata jujur.
"Baiklah, karena saya sudah mengetahui penyebabnya, saya minta ia di rawat saja di sini satu malam. Dan tolong kasih satu perawat untuk menjaganya di ruangan."
Dokter tersebut mengangguk paham. "Baik."
"Kalau begitu saya permisi, isteri saya sedang menunggu saya sejak tadi." Sahut Victor, beranjak dari duduknya.
Sang dokter justru tercengang setelah mendengar ucapan Victor. Isteri? Lalu siapa wanita yang Victor bawa?
"Ya ampun, ternyata tuan itu punya 2 isteri. Pantas saja sikapnya begitu." Celetuk sang dokter.
Setelah itu, Victor pun keluar dari ruangan sang dokter, lalu berjalan pergi menuju ruangan Ziva sang isteri. Victor berjalan cukup cepat, ia tidak ingin isterinya itu menunggunya terlalu lama.
"Huft,.sial.. Apa yang harus aku katakan pada Ziva? Aku keluar terlalu lama, tanpa sadar ini sudah jam setengah delapan malam."
Victor merasa resah, ia benar-benar sudah membuat kesalahan. Namun di satu sisi, ia juga tak bisa meninggalkan Risa dalam kondisi seperti itu.
Sesampainya di ruangan...
Ceklek
Victor buru-buru membuka pintu ruangan dan menyapa sang isteri dengan cepat.
"Sayang, maaf aku terlam--"
"Ah, kamu sudah pulang. Kukira kamu lupa padaku!" Ujarnya, langsung menyela.
"M-maaf, cuaca sedang hujan di luar sana, aku--"
"Oh, begitu.. Lalu, siapa wanita yang kau bawa barusan?"
Degh
Ucapan Ziva benar-benar membuat Victor mematung dan terpojok. Apa yang akan pria itu katakan? Apakah Victor akan berkata jujur, atai malah sebaliknya?