Kimberly Lansonia, Gadis cantik berasal dari keluarga kaya raya, Merupakan putri tunggal dari keluarga Lansonia. Dia tumbuh dengan kasih sayang berlimpah, Begitu di cintai dan di perlakukan dengan layaknya seorang ratu dalam keluarga tersebut.
Namun pernah dia memimpikan untuk memiliki seorang adik perempuan, Siapa sangka jika tuhan mengabulkan keinginannya, Namun sebuah fakta terungkap tentang jati dirinya.
Fakta tersebut menunjukkan jika dia memiliki adik sesuai keinginannya, Namun adiknya dalam kondisi tidak baik baik saja.
Membuatnya secara paksa masuk kedalam keluarga Fillmore membantu adiknya mendapatkan kembali miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulangnya Zeeana
Sore harinya
Alethea bersama ketiga sahabatnya tampak begitu santai dengan minuman mereka, Duduk dengan manis dengan segala kegiatan mereka masing masing.
Alethea dengan laptop di hadapannya, Lilia dengan majalah fashionnya, Jiza dengan ipadnya dan Rebecca yang terlihat lebih santai memainkan ponselnya.
Keempat gadis itu memiliki kesibukan mereka masing masing, Kecuali Rebecca yang terkesan begitu santai dalam menjalani hidupnya.
Beberapa pelayan terlihat datang dengan membawa beberapa buah di nampan lalu di sajikan pada keempat gadis itu.
Suasana rumah terasa begitu tenang, Tidak kekacauan atau kebisingan yang mengganggu pendengaran.
Beberapa pelayan juga merasa senang mengerjakan pekerjaan mereka, Mereka pikir meski nona Alethea mereka datang dengan perubahan sikap yang begitu besar, Tapi dengan suasana tenang seperti ini cukup membuat mereka bahagia
Sedangkan bagi Alethea, Dia tidak pernah pusing dengan apapun, Melihat seluruh pelayan mengerjakan pekerjaan mereka dengan benar tanpa membuat kekacauan itu sudah cukup untuknya.
"Ini lebih baik, Tenang dan damai"
Pelayan disana tampak berbisik ke arah rekannya, Mereka sedang membersihkan guci guci di hadapan mereka.
"Itu benar, Tapi sepertinya ketenangan ini akan berakhir"
"Maksudmu?"
"Lihatlah"
Dan begitu pelayan tersebut mengikuti arah pandangan temannya dia bisa melihat sosok Zeeana dan Chaiden yang kini melangkah masuk kedalam rumah.
"Yahhh sepertinya benar benar berakhir"
Timpalnya dengan suara yang lebih pelan
Disisi lainnya
Zeeana, Begitu gadis itu masuk dengan daddy nya, Dahinya berkerut dalam ketika menyadari ada beberapa orang gadis yang tidak dia kenal duduk di ruang tamu bersama dengan Alethea.
Tanpa menunggu lagi Zeeana berjalan masuk mendekati Alethea dengan gadis gadis tersebut.
"Kau membawa orang lain ke rumah, Lalu mengusir temanku kemarin yang datang berkunjung"
Suara Zeeana terdengar cukup nyaring, Terkesan protes pada Alethea yang bersikap tidak adil menurutnya.
Bagaimana bisa gadis itu mengundang orang lain sedangkan dia di serang habis habisan karna mengundang teman temannya datang kerumah ini, Bayangkan serangan Alethea tidak main main membuat dirinya harus terbaring di rumah sakit selama 3 hari.
Ketiga teman Alethea langsung menghentikan kegiatan mereka ketika mendengar suara seseorang yang cukup mengganggu konsentrasi mereka.
Ketiga gadis itu menatap Zeeana dari atas hingga bawah, Menelisik penampilan gadis itu dengan rinci.
Sedangkan Alethea, Gadis itu meletakkan laptop miliknya di atas meja, Kemudian menyilangkan kakinya dengan tatapan tertuju pada Zeeana yang menatap dirinya kesal.
"Temanmu membuat kekacauan, Sedangkan temanku tidak"
Jawab Alethea dengan datar.
Jelas saja bagi Alethea, Cara temannya dan teman Zeeana sangat jauh berbeda.
"Lagi pula aku bebas mengundang siapapun karna ini rumahku, Sangat berbeda denganmu yang harus meminta izinku mulai sekarang jika ingin melakukan sesuatu di rumah ini"
Lanjut Alethea lagi dengan santai, Terkesan tidak peduli dengan kekesalan Zeenaa padanya.
"Kau keterlaluan, Bukankah kau bersikap terlalu semena mena, Alethea"
Chaiden membuka suaranya setelah diam sejak tadi, Dia sudah cukup menahan amarahnya, Berfikir jika sebaiknya dia bersikap tenang sebelum mendapatkan cara bagaimana cara menyingkirkan Alethea selamanya.
Tapi sepertinya gadis itu sudah bertindak dan membuat kesabarannya menipis
"Aku? Tidak ini rumahku, Terserah aku ingin membuat peraturan seperti apa dan melakukan apapun"
Jawab Alethea dengan santai, Tidak peduli dengan tatapan Chaiden yang seolah ingin menggelutinya hidup hidup saat ini.
"Kau kau"
Teriak Zeeana yang kini berapi api, Dia benar benar tidak menyangka jika Alethea berani menjawab perkataan daddynya.
"Kenapa ada seekor monyet berteriak di istana? Ini cukup mengganggu pandangan dan pendengaran, Alethea"
Rebecca mendeccakkan lidahnya kesal, Menatap Zeeana dengan sinis, Dia cukup mengerti kepribadian gadis itu hanya dalam sekali melihatnya.
Dia pikir serangan Alethea waktu itu pada Zeeana sangat ringan, Seharusnya sahabatnya itu langsung menghancurkan mulutnya saja dengan tinju seperti saat Alethea menghancurkan samsak tinjunya.
"Monyet liar terkadang susah untuk di kendalikan, Masuk kemanapun tanpa tau dimana tempat dia seharusnya"
Timpal Jiza yang tidak kalah sinisnya, Gadis itu melemparkan ipad miliknya di samping sofa, Seolah benda dengan harga yang cukup mahal itu berarti baginya.
Sedangkan Liliana, Gadis itu memiliki pembawaan yang cukup tenang, Hampir mirip dengan Alethea namun ketenangan Liliana masih berada di atas Alethea.
Seperti saat ini, Liliana tampak begitu santai, Memakan buah buah yang tersaji di atas meja seolah tidak terjadi apapun di sekitarnya saat ini.
"Kau"
Teriak Zeeana menggila, Dia jelas tidak terima ketika seluruh teman Alethea mengejek dirinya, Apa lagi mengatai dirinya dengan seekor monyet, Monyet? Ini penghinaan terbesar dalam hidupnya.
Takkk
Pisau buah terlempar hampir mengenai Zeeana yang hendak melangkah maju untuk menyerang temannya.
Alethea berdiri dari posisinya dengan gerakan anggung, Memasukkan kedua tangannya di balik saku celana miliknya.
"Tersinggung? Apa kau merasa dirimu seorang monyet?"
Sahut Alethea dengan mengangkat ujung alisnya.
"Alethea kau mengusirku temanku karna tidak sopan, Tapi kenapa aku tidak bisa mengusir temanmu? Dia sudah tidak sopan padaku"
Teriak Zeeana menggila, Kedua tangannya terkepal dengan matanya yang membulat sempurna.
"Sudah kukatakan ini rumahku, Mengusir atau tidak itu adalah urusanku"
Jawan Alethea dengan santai.
"Sepertinya kau bersikap semakin kurang ajar Alethea, Kau fikir dengan status mu yang merupakan ahli waris dari kekayaan Fillmore kau bisa bersikap layaknya menginjak semua orang di sekitarmu seperti ini"
Suara Chaiden meninggi, Dia juga marah dan tidak terima bagaimana teman teman dari keponakannya itu mengatai putrinya.
Sedangkan Alethea yang mendengar perkataan Chaiden lantas tertawa terbahak-bahak.
"Seperti katamu, Aku adalah ahli warisnya, Maka aku adalah ratunya, Melalukan apapun keinginanku bukan masalah yang besar"
Jawab Alethea yang berjalan mendekati Zeeana dan Chaiden yang ada di hadapannya.
"Aku sudah cukup sabar selama ini bukan? Meski aku adalah ahli warisnya aku membiarkan kalian menginjak diriku dan memperlakukan diriku dengan tidak adil"
Sahut gadis itu dengan mengetukkan heels indah milinya di atas marmer.
Alethea menghentikan langkah kakinya, Menatap Zeeana di hadapannya dengan datar dan dingin, Seolah mampu menembus tubuh Zeeana dalam satu hentakan.
"Tetap diam dan menurut Zeeana, Kau tau aku bukanlah Alethea yang dulu, Bahkan saat ini aku bisa membunuhmu jika aku menginginkannya"
Suara dingin Alethea benar benar mampu membuang bulu kuduk Zeeana meremang, Entah mengapa seluruh kata kata yang telah terangkai di dalam otaknya untuk mengumpati Alethea menguap begitu saja.
Rasa takutnya lebih besar membuat dirinya hanya bisa diam mematung dengan menegak ludahnya kasar.
Alethea beralih menatap dan mendekati Chaiden, Senyum tipis terbit di bibir Alethea.
"Biar ku beritahu kau sesuatu paman"
"Kesalahan terbesar yang kau buat dalam hidupmu adalah mengusik Alethea Fillmore"
Sahut Alethea dengan dingin.