Nirmala, gadis 14 tahun, tiba-tiba harus tinggal satu atap dengan Dimas, pemuda yang berusia delapan tahun lebih tua darinya. Sejak pertama kehadiran Dimas di rumahnya, Nirmala langsung naksir, ditambah dia mendapat tantangan dari sahabatnya untuk mendapatkan hati Dimas, membuatnya benar-benar mencintai dan menginginkan untuk bersama selamanya dengan pemuda yang sudah dianggap seperti anak sendiri oleh orang tua Nirmala. Jadi, Nirmala berniat untuk menjadi istri dari kakak angkatnya itu, terlebih karena dia merasa mendapat balasan cinta darinya. Membuat Nirmala semakin yakin untuk menjadi istri Dimas. Meskipun Nirmala tidak pernah mengatakan pada kedua orang tuanya, tentang perasaannya itu.
Namun ternyata, diam-diam kakak angkatnya menikah dengan perempuan lain. Nirmala mendapat kabar dari kedua orang tuanya yang tiba-tiba pergi ke luar kota untuk menghadiri pernikahan Dimas. Tapi anehnya, meskipun tahu kebenarannya, Nirmala tetap menutup mata. Dia tetap mencintai, dan terus
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KidOO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Nirmala melemparkan ponselnya asal. Dia kembali menangis, badannya bergetar, dadanya terasa sesak. Mengucapkan selamat atas apa yang tidak dia sukai? Turut bahagia? Benar-benar kebohongan yang nyata!
"La! Lala!" Rosa berjalan tergopoh menaiki anak tangga menuju kamar Rosa. Dia khawatir temannya melakukan hal yang nekat.
Nirmala tidak memberi jawaban, dia masih sibuk menangis, meratapi nasibnya saat ini.
"La! Nirmala! Kamu nggak aneh-aneh, kan?" Rosa membuka pintu kamar Nirmala, dia menarik nafas lega Nirmala hanya sedang menangis memeluk boneka besar pemberian Dimas.
Rosa bergegas mendekati Nirmala. Bersiap mendengarkan semua keluh kesah temannya.
"Kamu kenapa, La?" Rosa bertanya dengan lembut.
Nirmala melempar bonekanya, berbalik, dan memeluk Rosa.
"Kak Dimas, Ros...." Nirmala menjawab di sela sesenggukannya.
"Kak Dimas kenapa?" Rosa mengusap-usap punggung Nirmala.
"Besok pagi, Kak Dimas menikah."
"Hah? Kak Dimas nikah? Kapan? Sama siapa? Kok dia tega baget sih sama kamu! Masa belum lama pindah dari sini, udah langsung nikah sama orang lain? Padahal hubungan kalian baik-baik aja, kan?" Rosa juga kaget dengan apa yang terjadi, dia tidak menyangka, Dimas hanya mempermainkan perasaan Nirmala.
"Aku juga nggak tau. Kami juga masih sering kirim kabar setiap hari, meskipun nggak sesering dulu, tapi kami masih kabar-kabaran, Ros. Emang sih, akhir-akhir ini Kak Dimas jarang respon, tapi katanya dia lagi sibuk. Ku kira sibuk urusan kerjaan, ternyata sibuk ngurus pernikahan, Ros." Nirmala kembali menangis sesenggukan di pelukan Rosa.
"Aku tau gimana perasaanmu, La! Pasti sedih, marah, kecewa. Dasar lelaki nggak bisa dipercaya!" Rosa ikut mengungkapkan kekesalannya.
"Ibarat bunga, cintaku lagi mekar-mekarnya, Ros. Tapi Kak Dimas tega banget memotong batang cintaku, jadi layu begitu saja."
"Sabar ya, La! Nggak ada yang mau berada di posisi sepertimu. Aku yakin, kamu perempuan yang kuat. Kamu harus bisa melupakan dan mengikhlaskan Kak Dimas! Mungkin butuh waktu, tapi kamu harus tetap berjuang, kamu berhak untuk bahagia!" Rosa memberi semangat pada Nirmala, meskipun saat keadaan seperti ini, akan terasa sulit menerima saran apapun.
"Entahlah, Ros. Rasanya dunia seperti berhenti berputar, aku udah nggak punya harapan dan penyemangat hidup lagi." Nirmala sesekali mengusap air matanya yang masih tetap mengalir dengan deras.
"Sudah, sudah. Banyak hal lain yang harus kamu pikirkan, La. Ingat, hari Senin kita ujian! Jangan sampai kamu nggak konsen hanya karena hal ini!" Rosa mengingatkan.
"Hanya, kamu bilang, Ros? Ini masalah besar, Ros. Nggak bisa dibilang hanya! Kamu nggak ada di posisiku, jadi kamu nggak tau betapa pentingnya Kak Dimas buatku! Dan kamu juga nggak tau kan, gimana rasanya ditinggal nikah pas lagi sayang-sayangnya?" Nirmala melepas pelukan dan membentak Rosa, membuat Rosa kaget. Nirmala tidak pernah seperti ini sebelumnya.
"Maaf, La! Aku nggak bermaksud menganggap enteng masalahmu. Aku tau, masalah perasaan emang rumit. Tapi kamu harus ingat, masih banyak hal yang harus kamu pikirkan juga! Kamu masih harus ujian, kamu masih harus membuat orang tuamu bangga. Kalau kamu seperti ini, apa mereka akan bangga sama kamu? Nggak akan, La! Di dunia ini orang tua lebih penting dari siapapun, La! Jadi kamu harus mikirin mereka juga! Sedih secukupnya aja! Tangisanmu nggak bakalan merubah keadaan. Hidup nggak seperti di film-film, La! Yang bisa dengan mudahnya membatalkan pernikahan orang lain." Rosa berusaha tetap tenang, dia tidak boleh ikut emosi. Dia paham, Nirmala sedang dalam kondisi yang sangat sulit.
"Kamu pernah patah hati nggak, Ros?" Nirmala mencari topik pembicaraan lain.
"Udah. Patah hati itu resiko, La! Resiko karena udah berani jatuh cinta. Jadi, harus tetap dihadapi dengan lapang dada."
"Kamu buruh berapa lama buat melupakan semua kenangan indah sama dia, Ros?"
"Mmm, mungkin seminggu, atau dua minggu. Aku masih akan tetap ingat, bahkan sampai sekarang. Kalau dulu aku ingat itu jadi nangis, sekarang kalau aku ingat hal itu malah seperti orang yang bodoh, orang konyol, bisa jatuh cinta pada orang yang salah. Semua memang butuh waktu, La! Yang penting kamu mau membuka hatimu untuk orang lain, nanti jadi cepet move on. Tapi kalau kamu nggak buka hati buat orang lain, selamanya kamu akan terus seperti ini. Kak Dimas udah bahagia sama pasangannya, kamu juga berhak bahagia, La! Bahagia nggak mesti sama dia!" Rosa berusaha membuka pikiran Nirmala.
"Mungkin aku bakalan butuh waktu yang lama untuk pulih dari patah hatiku ini." Nirmala akhirnya menerima nasehat Rosa.
"Iya, semua butuh waktu. Kehidupan masih terus berjalan, La! Kamu juga masih belia, masih banyak hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Jadi, kamu harus tetap semangat, ya! Jangan sampai punya pikiran konyol, mau bunuh diri atau menyakiti dirimu sendiri. Itu benar-benar hal yang bodoh!"
"Terus, aku harus bagaimana, Ros?"
"Kamu harus tunjukkan sama Kak Dimas, kamu bisa bahagia tanpa dirinya!" Rosa berapi-api.
"Semoga aja aku bisa seperti itu. Meskipun nyatanya aku benar-benar hancur."
"Aku tau, aku tau. Semua butuh waktu. Sekarang tenangkan dirimu dulu, pikirkan hal lain, selain Kak Dimas. Biar kamu nggak cuma mikirin hal ini. Apa mau jalan-jalan? Makan? Nonton? Atau mau ke mana? Aku temenin deh!" Rosa tersenyum riang, mencoba mentransfer energi positif pada Nirmala.
"Aku nggak pengen melakukan apa-apa, Ros. Makan aja aku nggak selera. Mau jalan juga lemes. Nonton juga males. Pengennya tidur aja, kalau perlu nggak bangun lagi. Biar nggak kepikiran hal ini." Nirmala menjawab dengan lemah.
"Jangan ngomong gitu dong, La! Kamu udah makan belum? Aku cariin makan ya? Kalau nggak makan, nanti malah sakit. Kalau sakit, jadi dobel-dobel sakit kamu!"
"Biarin aja sakit, La! Aku pengen tau, gimana reaksi Kak Dimas kalau tau aku sakit." Nirmala menjawab dengan lemah.
"Astaga, La! Jangan kaya anak kecil gitu, itu bener-bener kekanakan. Kalau Kak Dimas malah ngetawain kamu gimana? Dia jadi seneng dong, berhasil buat kamu hancur?" Rosa kembali menasehati Nirmala, dia sudah lebih berpengalaman dalam hal cinta. Meskipun mereka berdua seumuran.
"Entahlah, Ros. Aku nggak tau harus gimana. Pikiranku kacau."
"Yaudah, kalau kamu mau istirahat, nggak papa. Kamu tenangin diri dulu. Aku nggak bakalan ganggu, tapi aku tetep bakalan di sink awasin kamu. Aku nggak mau kalau kamu berbuat hal yang nekat!" Rosa memutuskan untuk tidak memaksa Nirmala.
Tiba-tiba terdengar notifikasi pesan masuk di HP Nirmala yang tergeletak di pojok kamar, karena dilempar tadi.
"Tolong ambilin HP-ku, Ros!"
Rosa segera mengambil HP Nirmala, kemudian melihat, siapa yang mengirim pesan pada Nirmala.
"Pesan dari siapa, Ros?"
alurnya bagus
jadi sayang kalo GK mampir baca cerita ini:)
up terus yaaaa...