Menapaki Jejak di Madyapada yang penuh cerita yang tak terduga, sesosok Rehan dengan beribu harap dalam benak dan Sejuta mimpi dalam sepi, meniti asa pada cahaya senja, menitip doa pada Sang Penguasa Semesta.
Berharap bisa bersanding dengan Rena perempuan anggun berparas rupawan dan berdarah Ningrat yang baik hati, seutas senyum ramah selalu menghiasi wajahnya, namun dalam riangnya tersimpang selaksa pilu yang membiru.
Akankah cinta dua insan itu bersatu dalam restu keluarga Rena? ataukah cinta mereka akan tenggelam layaknya Cahaya lembayung yang tertelan oleh gelapnya malam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vheindie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membesuk
Dalam setiap chapter kehidupan yang kita jalani, ingatlah.. Sang Maha Penentu selalu punya kejutan, Kita hanyalah pemeran dari drama ini, senang, susah, suka dan duka jalani saja, karena Sang Khalik lah yang Maha menentukan alur ceritanya, tapi sebagai pemeran dalam kehidupan yang kita jalani, Sang Hyang Tunggal memberi sebuah pilihan dalam menyikapi setiap hal yang terjadi, apakah kita akan marah pada Sang Pemilik Takdir atau akan bersabar dan tawakal atas garis yang telah ditentukan-Nya.
Karena Tuhan tidak akan memberi suatu ujian pada umat-Nya melebihi batas kemampuannya, karena itu sesekali rasa sakit itu harus kita genggam erat, sebab air mata itu jatuh tanpa suara dan duka pun menyapa tanpa terduga, meski berat sih, karena sabar sangat mudah diucapkan tapi berat untuk dijalani.
***
Sepekan setelah acara darma wisata ke puncak bogor, kini Rena terlihat di sibukan dengan jadwal Posyandu di kampung Padasuka, dia tengah memeriksa batita juga balita dan tidak ketinggalan ibu-ibu hamil, lalu di tengah kesibukannya tiba-tiba suara handphonenya berbunyi.
"Angkat aja Bu Bidan, siapa tau penting biar sama saya aja gantiin kalau cuman nimbang doang mah," ucap ibu PKK yang mendampingi kegiatan Posyandunya itu.
"Eh.. Iya Bu terimakasih, tolong ya," timpal Rena, dia pun mengambil HP nya, dan terlihat nama pemanggil yang ternyata adalah Kakak perempuannya.
"Hallo dek, pulang dulu ya sekarang ada hal mendesak soalnya," Ucap Kakaknya dengan suara agak serak seperti habis menagis.
"Hallo Kak Keysa, ada apa Kak?, kok terdengar habis menangis," ucap Rena dengan nada lirih, karena dia seperti akan mendengar berita yang tidak di inginkannya, sebab sejak semalam hatinya dirundung gelisah.
"Mama dek, mama terjatuh di kamar mandi dan sekarang lagi koma di ruang ICU, hiks, hiks,hiks..." timpal Kak Keysa yang pada akhirnya tidak dapat membendung tangisannya, yang mana itu juga membuat Rena langsung terduduk lesu dan langsung menangis tersedu-sedu.
Semua ibu-ibu yang ada di posyandu langsung khawatir, melihat bidan mereka tiba-tiba menangis dan langsung menghampirinya.
"Ada apa Bu Bidan, apa ibu baik-baik saja?" seru seorang ibu yang menghampirinya sambil menggendong balita yang berumur sekitar tiga tahun, lalu ketiga ibu-ibu PKK yang mendampinginya mulai mendekat dan membantu memapah Rena untuk dibawa ke sopa yang ada di sudut ruangan Posyandu tersebut.
***
"Wow, ini rumah sakit apa hotel bintang lima," Seru Rijal yang dengan tampang polosnya, ketika mereka sudah memasuki area salah satu rumah sakit yang dimiliki oleh keluarga Rena, Setelah menerima kabar dari Kakaknya, Rena langsung meminta izin pada Bu Nia selaku istri dari Kepala desa untuk diantarkan ke tempat dimana mamanya dirawat.
Tadinya Niko yang akan di suruh papanya Rena untuk menjemputnya agar mereka semakin dekat, namun ternyata Niko tengah punya urusan di luar negeri dan juga kedua kakaknya juga tengah berada di luar pulau sehingga membutuhkan waktu lebih lama darinya, sehingga Rena disuruh menyewa mobil untuk mengantarnya.
Sementara Pak Kades hanya menatap lima mobil mewah yang berjejer di area parkir khusus keluarganya Rena, bak langit dan bumi perbedaan mobilnya dengan kelima mobil tersebut.
"Ayo pak jangan melamun," ucap Bu kades Nia mengagetkan Pak Kades Jalal yang tengah menatap jerih mobil mewah dihadapannya, meski di kampung mobil termasuk yang paling mewah tapi disini seperti tidak ada apa-apanya, bahkan mereka sempat diberhentikan oleh security karena menuju area parkir khusus andai Rena tidak membuka jendela mobilnya.
"Hmmz... Sepertinya perjuangan cinta Rehan akan berat Bu," gumam Pak Jalal pada istrinya.
"Iya juga sih pak, tapi kalau memang berjodoh siapa yang tau? bahkan kalau itu anak Presiden sekalipun pasti akan sampai ke pelaminan," Timpal Bu Nia, sementara di depan mereka yaitu Rena dan Bu Sekdes Hasna telah memasuki lobby rumah sakit, memang tadinya Rehan akan ikut mengantar tapi karena mobilnya sudah melebihi kapasitas jadi dia terpaksa mengalah.
"Jal, kamu gak mau ikut ke dalam?" Tanya Pak Kades pada Rijal yang tengah duduk di pembatas parkir.
"Nggak pak, malu ah baju saya gini, lihat noh orang-orang setelan bajunya bagus-bagus, takut dikirain gembel," ucap Rijal sambil bercanda.
"Iya juga sih, Jal sebenarnya saya juga agak kurang percaya diri, tapi karena istri dan Hasna sudah masuk, jadi terpaksa saya juga harus mengawal mereka takut nyasar," seru Pak Jalal, dia pun sedikit berlari kecil untuk mengejar ketiga perempuan itu, tapi baru beberapa meter dia menengok kembali kebelakang.
"Jal, tolong jagain mobil, jangan sampai tertuker sama mobil yang warna kuning, hahaha.." Seru Pak Jalal sambil tertawa.
"Heh, mana mungkin tertukar, emang dikira orang yang pergi ke masjid, bawa sandal jepit pulang-pulang bawa sendal Carvil," gumam Rijal sambil menggelengkan kepala, dia pun melirik mobil yang berwarna kuning ternyata mobil dengan merk Lamborghini yang biasanya hanya bisa dia lihat di film-film aksi luar negeri.
***
"Siapa mereka?" tanya Pak Wijaya yang masih memakai baju hijau, sepertinya dia yang langsung turun tangan menangani istrinya sambil memandang ketiga orang yang mendampingi anaknya tersebut, dan melihat penampilannya dari ujung kaki sampai ujung kepala, yang membuat mereka risih dengan tatapan seperti menghina itu.
"Ah, ini Pak Kades Jalal sama Bu Kades Nia dan satunya lagi Bu Sekdes Hasna," ucap Rena menjelaskan.
"Hmmz... Hebat juga ya, pejabat tinggi di tempatmu bekerja ternyata sangat menjungjung sifat hidup sederhana, atau memang begitu gayanya sehingga membuatmu terbaw-," gumam Ayahnya Rena sambil meletakan satu tangan didagu, namun perkataannya langsung dipotong oleh Rena.
"Cukup, mereka adalah orang-orang baik yang selalu membantu Rena ketika dalam kesulitan saat menjalankan tugas, bahkan dalam berbagai hal apapun, tanpa sekalipun meminta balasan," ucap Rena sambil berusaha menekan suaranya sepelan mungkin, agar tidak membuat gaduh di Rumah Sakit.
"Tidak apa-apa Dek Rena, sepertinya kami memang harus segera pulang, soalnya masih banyak pekerjaan yang harus kami selesaikan, permisi bapak-bapak, ibu-ibu,"ucap Bu Nia yang sedikit tersinggung dengan ucapan yang dikeluarkan oleh ayahnya Rena, memang dari segi penampilan ketiganya tidak ada apa-apanya, apalagi mereka melihat anggota dewan yang sering mereka lihat ditelevisi, ternyata kolega dari Ayahnya.
"Terimakasih ya Bapak, Ibu, udah mau nganterin adik saya, maaf atas ucapan ngelantur ayah saya," ucap Keysa kakak perempuannya Rena tersebut, dengan sikap yang cukup sopan.
"Iya tidak apa-apa, kami permisi dulu," timpal Pak Jalal, sejurus kemudian merekapun undur diri.
"Papa, kenapa ngomongnya begitu banget sih," kata Keysa pada ayahnya setelah kepergian ketiga orang yang mengantar adiknya itu.
"Lah, emang kenyataannya kan? apa yang salah dengan ucapan Papa, lagi pula mereka hanya pejabat kelas bawa kenapa harus repot-repot bersikap sopan, betulkan Pak Rusdi" seru Pak Wijaya sambil melirik kearah anggota dewan yang ada di ruangan tersebut.
"Iya betul Non apa yang dikatakan oleh Papa Non Keysa," jawab orang yang dipanggil Pak Rusdi itu, yang ternyata Pak Rusdi adalah orang yang diberi modal oleh Pak Wijaya ketika hendak terjun ke dunia politik dan menjadi sukses seperti sekarang, sehingga membuat Pak Rusdi sangat segan pada pemilik beberapa rumah sakit elit yang tersebar di negara ini.
"Ckckck... Sepertinya perjuangan cinta Rehan benar-benar berat Pak," gumam Bu Nia setelah mereka sampai di area parkir.
"Uluh-uluh, tadi katanya meski anak presiden pun kalau jodoh pasti berakhir dipelaminan, tapi kok sekarang jadi sebaliknya," ucap Pak Kades Jalal dengan nada becanda.
"ish, nyebelin, Jal cepet bawa mobilnya kita pulang," ucap Bu Nia yang menyubit pinggang suaminya, lantas dia langsung berteriak pada Rijal yang tengah melihat-lihat kelima mobil mewah.
"Kok, sebentar sih Bu-,"
"Udah cepat, kita pulang," Ucap Bu Hasna yang juga kadung kesal dengan perkataan yang di ucapkan ayahnya Rena ketika mereka didalam.
Dia pun melirik kearah Pak Kades, merasa heran kenapa pada memasang wajah bete gitu, tapi yang dilirik hanya mengangkat kedua tangan, dan tanpa banyak bicara lagi Rijalpun langsung menstarter mobil untuk kembali ke kampung halaman mereka.
haloo kak aku nyicil bacanya yaa
jangan lupa mampir di karya terbaruku 'save you'
thankyouuu ❤
sukses selalu buat kakak 🤗🤗