Gayatri, seorang ibu rumah tangga yang selama 25 tahun terakhir mengabdikan hidupnya untuk melayani keluarga dengan sepenuh hati. Meskipun begitu, apapun yang ia lakukan selalu terasa salah di mata keluarga sang suami.
Di hari ulang tahun pernikahannya yang ke-25 tahun, bukannya mendapatkan hadiah mewah atas semua pengorbanannya, Gayatri justru mendapatkan kenyataan pahit. Suaminya berselingkuh dengan rekan kerjanya yang cantik nan seksi.
Hidup dan keyakinan Gayatri hancur seketika. Semua pengabdian dan pengorbanan selama 25 tahun terasa sia-sia. Namun, Gayatri tahu bahwa ia tidak bisa menyerah pada nasib begitu saja.
Ia mungkin hanya ibu rumah tangga biasa, tetapi bukan berarti ia lemah. Mampukan Gayatri membalas pengkhianatan suaminya dengan setimpal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GAYATRI 17
"Bersiaplah nanti malam, Bu. Keluarga pacarku mau datang ke rumah. Dan ingat juga, pakai pakaian yang layak. Jangan mempermalukan aku di depan keluarga pacarku sendiri," kata Keenan saat Gayatri tengah memasak makan siang di dapur.
"A-apa? Keluarga pacarmu? Sejak kapan kau punya pacar, Nak? Ibu tidak pernah tahu. Seperti apa dia? Perempuan itu pasti sangat cantik, ya?" tanya Gayatri, terkejut sekaligus senang mengetahui putra sulungnya memiliki pujaan hati.
"Sudah lama. Untuk apa juga Ibu tahu? Ibu hanya akan mempermalukan aku saja nantinya. Sudahlah, ingat untuk memakai pakaian yang layak, dan jangan buat aku malu. Itu saja."
Belum sempat Gayatri bersuara lagu, Keenan sudah lebih dulu pergi. Ia menarik napas panjang sambil bertanya-tanya. "Ibu macam apa aku ini? Kenapa aku sama sekali tidak tahu?"
Ia termenung sesaat disana, memikirkan banyak hal. Hidangan macam apa yang harus ia siapkan untuk menyambut calon besannya, baju apa yang harus ia pakai hingga bayangan seperti apa mengenai calon menantunya.
Tanpa sadar, Gayatri tersenyum sendiri di depan kompor, ia begitu senang hingga melupakan masakannya sendiri. Beruntung Keandra datang dan menegurnya.
"Ibu kelihatan bahagia sekali. Ada apa?" tanya anak itu, seperti biasa, peka terhadap suasana hati sang ibu.
Gayatri menoleh dan langsung mematikan kompornya. Ia menarik Keandra ke sofa untuk meminta pendapat putra keduanya itu.
“Apa kau tahu kakakmu memiliki pacar?” tanyanya langsung.
“Kenapa Ibu tiba-tiba bertanya? Sudah lama kakak punya pacar,” jawab Keandra, sedikit heran.
“Apa? Kenapa Ibu baru tahu hal ini? Kakakmu tidak pernah memberitahu Ibu sebelumnya. Bagaimana pacarnya itu? Dia pasti gadis yang baik dan cantik, kan?” Gayatri terlihat bahagia sekali saat tahu putranya memiliki seorang kekasih.
“Kakak tidak memberitahu Ibu? Hari ini keluarga pacarnya akan datang, apa Kak Keenan sudah memberitahu Ibu?”
Gayatri mengangguk., “Ya, sudah, baru saja. Kalau begitu, bukankah Ibu harus masak makanan yang enak untuk menyambut merea, Ndra? Kita harus ke pasar untuk membeli sayuran. Kita harus menjamu calon besan kita dengan baik, kan?”
Melihat antusiasme ibunya, Keandra ikut senang. Hanya ada satu hal saja yang ia khawatirkan. “Semoga semuanya berjalan lancar,” gumam Keandra pelan.
Hari itu, Gayatri begitu sibuk memasak berbagai macam hidangan dan camilan demi menjamu tamu istimewanya. Ia bahkan membersihkan rumah, mengelap meja-meja dan vas, memastikan tak ada debu yang menempel demi meninggalkan kesan baik pada calon besannya.
Ia begitu sibuk hingga lupa memikirkan Mahesa, entah pria itu sudah tahu atau belum, yang jelas Gayatri akan melakukan semua usaha terbaiknya untuk menjamu keluarga pacar anaknya itu.
“Gayatri, kau lekaslah bersiap, sisanya biar aku dan Kaluna yang mengurusnya,” kata Sarta, melihat Gayatri sudah sibuk sejak pagi.
Gayatri lantas melihat jam dinding, ia hampir lupa bahwa ia belum bersiap-siap. Setelah memastikan semuanya, ia meminta izin pada Sarita untuk mengurus sisanya sementara ia pergi bersiap.
Malam itu, Gayatri mengenakan pakaian terbaiknya. Gaun panjang pemberian dari ibunya, ia hampir tak pernah memakai gaun itu ke manapun. Setelahnya, ia memoles wajahnya dengan bedak dan riasan tipis.
Begitu selesai, ia menatap pantulan dirinya di cermin, ia terkesima dengan pantulan dirinya sendiri yang begitu berbeda, seolah yang ia tatap bukanlah dirinya sendiri.
“Wah, aku tidak tahu jika di rumah ini ada bidadari yang tersembunyi di dalam kamar,” puji Keandra yang baru saja masuk dan melihat penampilan sang ibu yang sangat berbeda dari hari biasanya.
Gayatri menoleh dan melihat Keandra yang juga sudah siap. “Bagaimana penampilan Ibu? Menurutmu, ini tidak akan membuat kakakmu malu, kan?” tanyanya, mulai merasa tak percaya diri dengan penampilannya sendiri.
“Ibu sangat cantik, percayalah.” Keandra menenangkan sang ibu. Kemudian, ia menggamit lengan Gayatri dan mengajaknya turun. “Ayo, Bu. Sebentar lagi mereka pasti datang.”
Tepat seperti yang dikatakan Keandra, begitu mereka turun. Keluarga pacar Keenan sudah datang, lengkap dengan Keenan yang berjalan di belakang mereka. Gayatri juga melihat kedatangan Mahesa bersama dengan Nadya, tepat setelah Keenan masuk.
“Silakan, silakan duduk. Kami harap perjalanan kalian menyenangkan,” kata Gayatri ramah.
Namun, keramahan itu tak disambut baik.
“Sebenarnya tidak terlalu menyenangkan, mobil kami kesulitan masuk ke gang kecil ini,” ucap Nayana ketus.
Sadewa yang melihat sikap ketus istrinya itu langsung menyenggol lengannya pelan. “Nayana, jaga sikapmu,” bisiknya pelan.
“Rumahnya pun, ya ampun, kecil sekali,” gumam Nayana, melihat sekeliling rumah Gayatri dengan tatapan tak suka.
“Aku suka rumah ini, sangat klasik,” kata Shakira tersenyum ramah. Ia kemudian menatap Gayatri dan menghampirinya. “Kau pasti ibunya Keenan. Senang bertemu denganmu,” katanya lembut.
Gayatri tersenyum dan balik menatap Shakira yang terlihat cantik dan anggun. Untuk sesaat, ia terpana dengan paras Shakira. Ia masih tak percaya bahwa perempuan muda di depannya itu adalah kekasih putranya.
“Tu-tunggu, biar aku ambilkan minuman dan cemilan untuk kalian, ya. Tunggu di sini.” Gayatri langsung bergegas ke dapur untuk mengambil cemilan dan minuman yang sudah ia siapkan. Sesekali, tatapan matanya tertuju pada Shakira.
Semua keluarga sudah mengobrol hangat di ruang tamu. Semua orang, kecuali Gayatri yang justru sibuk dengan hal lain. Ia ingin sekali duduk berdua dengan Shakira dan menanyakan banyak hal.
“Ibu, duduklah di sana dan ikut berbincang, biar aku yang mengurus semua ini,” tegur Keandra, tak tahan melihat ibunya terus sibuk membuat minuman untuk para tamu.
“Kau yakin bisa melakukannya?” Gayatri bertanya.
Keandra mengangguk yakin, “Iya, Bu, serahkan saja semuanya padaku.”
Pada akhirnya, Gayatri ikut duduk di sana, bersebelahan dengan Mahesa. Meski sudah ikut duduk di sana, tatapannya tetap tak lepas dari Shakira. Ia berpikir betapa cocoknya jika Keenan bersanding dengan Shakira.
“Kalau Anda, Bu Gayatri, jurusan apa yang Anda ambil saat kuliah dulu?” tanya Nayana tiba-tiba.
Gayatri terlihat gugup, ia baru saja hendak menjawab pertanyaan Nayana. Namun, Nadya yang lebih dulu menjawab. “Dia tidak berkuliah, dia hanya ibu rumah tangga biasa.”
Nayana terlihat terkejut, bahkan sampai menutup mulutnya sendiri. “Apakah itu benar? Kau tak pernah memberitahuku, Keenan. Jika aku tahu hal ini, aku tidak akan pernah mengizinkan putriku menjalin hubungan denganmu,” katanya menohok.
Keenan tertunduk malu, tak mampu menjawab pertanyaan sekaligus hinaan dari ibu kekasihnya itu. Ia sudah menduga hal ini pasti akan terjadi padanya.
Mahesa yang memahami situasi itu langsung berkata, “Ibunya memang tidak menempuh pendidikan tinggi, tapi Keenan berhasil menyelesaikan program magisternya.”
“Lalu? Apa kau tahu, Tuan Mahesa? Kami memiliki yayasan pendidikan, kami berpendidikan tinggi. Aku mendidik putriku agar bisa menjadi perempuan yang luar biasa. Apa kata orang-orang nanti jika mereka tahu ibu kekasihnya bahkan tidak berkuliah?”
“Ibu, apakah itu penting?” Shakira menyela.
“Tentu saja penting, Kira. Apa kau tidak tahu bahwa kita ini dari kalangan keluarga yang terpelajar dan terpandang. Calon besanku, minimal harus setara denganku,” kata Nayana tegas.
Gayatri tak mampu berkata apa-apa saat itu, wajahnya justru tertunduk dalam. Ia pasti sudah mempermalukan putranya di hadapan ibu kekasihnya sendiri.
Wira dan Sarita pun tak bisa berkata banyak, keduanya saling pandang sambil sesekali menatap Gayatri.
“Kau seharusnya memberitahuku hal ini, Keenan. Kau benar-benar membuatku kecewa.” Nayana berpaling, membuang muka dengan kesal.
“Apa yang kau katakan itu, Nayana? Tidak bisakah kau menahan mulut tajammu itu sebentar saja?” tegur Sadewa tak suka.
“Apa? Aku mengatakan yang sebenarnya. Apakah kau rela putrimu menikah dengan keluarga sederhana ini? Aku benar-benar tidak bisa membiarkan putriku menjalin hubungan dengan keluarga ini,” kata Nayana lantang.
“Nyonya Nayana, tanpa mengurangi rasa hormatku, izinkan aku berpendapat sebagai orang tertua di sini. Memang bagus untuk menilai dan memilih keluarga berdasarkan latar belakangnya. Tetapi, bukankah ada sesuatu yang lebih penting dari sekadar latar belakang keluarga?” Kata Wira pelan.
“Aku setuju denganmu, kau pasti menginginkan yang terbaik bagi putrimu. Namun, coba kau tanyakan kembali pada putrimu. Dia juga berhak memilih yang terbaik bagi hidupnya sendiri,” tambahnya, tersenyum tipis.
Shakira yang mendengar hal itu langsung mengangguk. “Aku setuju dengan Kakek.”
“Shakira!”