Istri Kedua Mafia Bos

Marvel melangkah sedikit tertatih, kemeja dan jas yang ia kenakan terlihat sedikit berantakan tidak rapi seperti biasanya. Marvel menutup pintu dengan sebelah kakinya membuat Bella yang baru keluar dari kamar mandi terkejut. Marvel bersandar dinding menatap Bella dalam jarak beberapa meter. istri mudanya itu terlihat segar, cantik dan wangi aroma sabun bercampur shampo tercium sungguh menggoda.

"Untuk apa kau datang menemui ayahku? bukankah sudah ku peringatkan agar tidak membangkang padaku?"

Bella menyiapkan jawaban untuk membela dirinya. misi pertama dari Eric sudah ia jalankan. Eric memintanya untuk mencari tahu tentang Gilian Cruise yaitu ayah Marvel dan Bella berhasil sedikit mengorek informasi tentang keluarga Cruise.

"Maaf aku hanya ingin...ingin melihat ayahmu saja" kata Bella gugup.

Marvel tersenyum sinis, ia berjalan mendekati Bella dan meraih pinggang Bella dengan kasar.

"Kau memang bebal dokter Isabella, karena itu aku sudah tidak bisa lagi menahan diri" suara Marvel terdengar berat dan nada suaranya sedikit pelan seperti orang mabuk. tapi tak tercium aroma minuman dari bibir Marvel itu artinya pria itu tidak sedang mabuk.

"Bagaimana kau siap menerima hukuman dariku?"

Bella memundurkan langkahnya tapi Marvel terus melangkah mengejar Bella hingga keduanya terjatuh tepat di atas ranjang. Marvel menindih tubuh Bella mengungkungnya membuat Bella tidak mungkin bisa lari.

Dengan tangan kirinya Marvel menjangkau senpi yang terselip di pinggangnya dan meletakkan benda itu di atas meja di samping ranjang.

Marvel memandang Bella, ia sangat suka dengan sepasang mata Bella yang selalu terlihat indah dan juga bibir yang menawan. Marvel mengecup perlahan bibir Bella membuat Bella bergerak mencoba mengindari ciuman Marvel.

"Kenapa? kau tidak siap menerima konsekuensi dari sikap keras kepalamu itu Bella sayang?" Marvel menyunggingkan senyum manis.

Baru kali ini Bella melihat Marvel sungguhan tersenyum padanya. wajah kejam itu terlihat tampan dan manis saat tersenyum seperti tadi. tapi Bella jadi curiga karena ada keringat di kening Marvel dan bibir Marvel sedikit bergetar. itu pertanda seseorang sedang menahan sakit.

"Marvel?" Bella menelisik tatapan Marvel yang mulai sayu. Bella menarik tangannya yang tertindih perut Marvel, tapi alangkah terkejutnya Bella saat mendapati telapak tangannya berlumuran darah segar.

"Darah?! Marvel kau terluka?!"

Marvel tidak peduli Bella panik dengan kondisinya. Marvel justru meraih tubuh Bella dan kembali menindihnya ia menciumi tengkuk Bella membuat Bella geli dan bergerak liar.

"Marvel cukup!" Bella menendang pinggang Marvel hingga Marvel jatuh terbaring di sisi ranjang memegangi perut sebelah kanan.

Kemeja hitam yang Marvel kenakan terlihat basah, basah darah bukan air. Bella segera membuka kemeja Marvel dengan paksa.

"Hei kau tidak sabar?" goda Marvel.

"Diam! kau terluka parah Marvel!"

Bela tercekat mendapati luka bekas tusukan di perut sebelah kanan Marvel. ia mencoba menghentikan darah yang keluar dengan menutupkan telapak tangannya pada luka itu. wajah bella begitu panik, ia memanggil-manggil Matteo.

"Matteo tolong! Matteo cepatlah!"

Marvel hanya terdiam melihat Bella yang panik, Bella terlihat mencemaskan Marvel dan perhatiannya terlihat begitu tulus.

Tidak lama Matteo datang dan mendapati Marvel terluka parah.

"Tuan..?"

"Cepat panggil dokter Luca!" kata Bella.

Bella hanya bisa memberi pertolongan pertama dengan alat seadanya. ia menutup dulu luka Marvel agar pria itu tidak kehabisan darah. wajah Marvel terlihat semakin pucat dan bibirnya bergetar.

"Matteo berikan aku sebatang rokok" kata Marvel.

"Tidak! kau masih bisa berpikir ingin merokok?" bentak Bella kesal.

Matteo tidak menuruti permintaan Marvel ia lebih patuh pada Bella sekarang.

"Matteo! kau ini asistenku atau bukan? aku membayar mu kenapa kau patuh pada istriku?"

"Maaf tuan" kata Matteo pasrah.

Hati Bella terasa menghangat saat Marvel menyebutnya sebagai istrinya.

Tidak berapa lama dokter Luca datang dan mengobati Marvel. ia menjahit luka bekas tusukan itu dan membalut dengan perban kasa.

"Bella dia tidak boleh banyak bergerak, kau tahu itu" kata dokter Luca.

"Aku mengerti" jawab Bella sembari melihat Marvel yang tertidur setelah di bius dan di obati lukanya.

"Marvel memang dekat dengan bahaya kapan saja dia bisa terluka seperti ini. ini bukan pertama kali terjadi. aku harap kau bisa menasehatinya agar ia bisa lebih menjaga dirinya lagi" kata dokter Luca.

Bukan tanpa alasan dokter Luca bicara begitu pada Bella. ia melihat Marvel mencintai Bella dan Bella juga perhatian dengan Marvel. ia pikir Bella bisa menarik Marvel keluar perlahan dari dunia hitam.