Rachel, mendapatkan kiriman undangan kekasihnya dengan wanita lain. Saat ingin meminta penjelasan, sang kekasih malah sedang berselingkuh. Patah hati, dia memilih pergi ke klub malam. Namun seorang pria yang dia kenal, adalah mantan kekasih wanita lain itu datang padanya. Memberinya tawaran yang mengejutkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 17
"Aughk" pekik Rachel tapi langsung terjeda karena wanita cantik itu langsung menutup mulutnya dengan tangannya.
Plakkk
Dia lalu memukul lengan Sagara yang menjatuhkannya begitu saja di sofa.
"Aduh pinggangku" keluh Rachel setelah memukul lengan Sagara.
Sagara hanya mengusap lengannya yang tadi di pukul oleh Rachel.
"Aku tidak sengaja, salah siapa kamu berat sekali..."
Kata Sagara yang sebenarnya ingin mengerjai Rachel. Entah kenapa, menurutnya melihat wajah Rachel yang kesal dan mendengar wanita itu mengeluh adalah sesuatu yang sudah membuatnya terbiasa. Jadi, kalau Rachel diam, rasanya malah ada yang kurang.
"Kamu bilang aku berat? untuk tinggi badanku ini, beratku sangat ideal tahu tidak? Lagian siapa yang menyuruhmu menggendongku. Menyebalkan" omel Rachel sesuai yang di harapkan Sagara.
"Geser" kata Sagara yang malah duduk di tempat Rachel mau berbaring.
"Mau apa?" tanya Rachel dengan wajah galak.
"Mau tidur lah, apalagi. Kamu bisa tidur di sini kalau mau" ucap Sagara menepuk salah satu pahanya.
Rachel langsung menunjukkan wajah meringis tidak senang.
"Sorry yee" ucapnya dan memilih pindah ke sofa Single yang ada di sebelahnya dan melihat ke arah ayahnya.
"Tidurlah, perawat tadi kan bilang. Ayahmu hanya butuh istirahat, dan obat yang di berikan perawat tadi, paling tidak akan membuat ayahmu tidur 7 sampai 8 jam." kata Sagara terdengar seperti perduli pada Rachel.
Rachel tidak menjawab atau merespon apa yang di katakan oleh Sagara. Dia hanya melihat ke arah ayahnya, dan lama-lama dia tertidur.
Keesokkan harinya, Rachel membuka matanya perlahan. Sinar matahari yang menembus jendela kamar rawat sang ayah membuatnya silau dan terbangun.
Tapi Rachel cukup merasa heran dan bingung, karena begitu dia bangun. Dia sudah dalam keadaan berbaring di sofa panjang. Sedangkan seingatnya, semalam dia tidur dalam keadaan duduk di sofa sebelahnya.
"Berikan padaku ayah"
Suara itu membuat Rachel langsung duduk dan melihat ke arah tempat tidur pasien ayahnya. Di sana, ayahnya tampak sudah duduk bersandar di sandaran tempat tidur dan di sebelahnya tampak Sagara berdiri memegang sebuah mangkuk lalu meletakkannya di atas meja.
Rachel bergegas bangun, berdiri dan mengusap wajahnya.
"Ayah..."
"Sudah bangun Chel? nak Sagara sudah membantu ayah sarapan dan minum obat. Dia baik sekali. Maaf ayah sudah merepotkan ya nak" kata Hery Adiwijaya pada Sagara.
"Tidak sama sekali ayah" kata Sagara.
Rachel melihat semua yang di lakukan Sagara. Pria itu memang sangat baik dan pengertian. Tapi kadang-kadang tengil.
"Terimakasih mas" akhirnya Rachel pun harus berterimakasih pada Sagara, karena memang Sagara sangat baik padanya dan ayahnya.
"Sama-sama istriku..."
Mata Rachel langsung memicing lagi. Rasanya setiap kata manis yang keluar dari mulut Sagara itu sangat mencurigakan.
"Aku ada pekerjaan, aku akan kembali lagi kemari nanti siang. Aku akan panggil pelayan untuk membantumu di sini..."
"Tidak usah mas, aku bisa sendiri kok" kata Rachel yang tidak mau tambah banyak berhutang budi pada Sagara.
"Iya nak Sagara, jangan repot-repot. Ayah sudah merasa baik. Tadi kan dokter juga sudah bilang, kalau nanti sore setelah infus ini habis. Ayah juga sudah boleh pulang nak" kata Hery Adiwijaya yang tidak enak betul, merepotkan menantu barunya itu.
**
Di rumah Hery Adiwijaya, Sony baru saja akan berangkat setelah sarapan sepotong roti panggang dan segelas susu buatan asisten rumah tangga di rumahnya itu.
Kebetulan Amelia baru keluar dari kamarnya.
"Heh, Sony! kamu sudah pulang? siapa yang nungguin ayah kamu? dia sudah sadar belum?" tanya Amelia.
"Sudah Bu, ayah sudah sadar. Kak Rachel dan suaminya yang menunggu di rumah sakit. Aku harus berangkat sekarang Bu, aku harus mengembalikan mobil kak Sagara ke rumah sakit" kata Sony yang bergegas karena memang dia harus mengembalikan mobil Sagara ke rumah sakit dulu, baru setelah itu dia berangkat ke sekolahnya.
"Heh, mobil..." Amelia langsung tercengang.
Tak lama Angga juga muncul untuk sarapan. Pria yang kerjanya hanya luntang-lantung, mabar dan menghabiskan uang ayah tirinya itu bahkan belum mandi sepertinya. Matanya saja belum terbuka sepenuhnya.
"Pagi Bu, sarapan hari ini apa, Bu?" tanya Angga.
"Lihat sendiri sana di meja makan" kata Amelia yang bergegas menyusul Sony karena penasaran dengan mobil pria yang katanya kata raya itu.
"Ibu mau kemana?" tanya Angga penasaran.
"Ibu mau lihat mobilnya orang kaya, katanya si Sony bawa mobilnya pemilik hotel itu, si suaminya Rachel" kata Amelia sambil berlalu.
Angga langsung mengusap wajahnya. Dia juga jadi penasaran.
Dan begitu dia berdiri di depan pintu, matanya langsung terbelalak lebar melihat mobil BMW X7 hitam yang sedang melaju keluar gerbang.
"Parah sih, tuh perempuan satu kenapa selalu beruntung sih. Di tinggal nikah pacar, malah dapat laki-laki kaya raya" gerutu Angga yang tidak suka Rachel bahagia sepertinya.
Mungkin karena dia sangat menyukai Hani, apapun yang di sukai Hani. Dia juga suka, dan apapun yang tidak di sukai Hani. Angga juga sudah suka, termasuk pada Rachel yang sebenarnya juga tidak pernah mau membuat masalah degannya.
Angga saja sudah seperti itu, Amelia apalagi.
"Ck... kalau kayak gini sih kita harus baik-baik sama si Rachel itu, Angga" kata Amelia yang sangat membuat Angga terkejut.
"Ibu ngomong apasih?" tanya Angga kesal.
"Heh, sudahlah. Masa bodoh sama Hani. Dia sudah nikah Angga. Sekarang lihat, jelas-jelas suaminya Rachel lebih kaya dari Hani. Sudahlah, kita harus deketin dia. Biar kecipratan kaya" kata Amelia yang langsung masuk ke dalam rumah.
"Ibu kok gitu sih, kita tuh selama ini jahat sama Rachel. Mana mungkin dia baik sama kita" kata Angga mengikuti langkah ibunya masuk ke dalam rumah.
"Halah, yang penting ayah tiri kamu tuh percaya sama kita. Rachel pasti nurut sama ayah tiri kamu. Sekarang buruan mandi. Kita harus ke rumah sakit" kata Amelia yang langsung merencanakan sesuatu yang bisa membuatnya mendapatkan keuntungan tentu saja.
"Bu, belum sarapan aku..."
"Sarapan di rumah sakit saja, pasti di sana banyak makanan. Secara, mantunya ayah tiri kamu tuh orang kaya loh" kata Amelia yang memang sangat materialistiss.
**
Di tempat berbeda, Hani sudah bangun pagi dan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Karena memang mereka masih cuti bekerja dan Hani berpikir untuk menghabiskan waktu bersama suaminya.
Tapi Hani harus terkejut, melihat Ravi sudah rapi dengan kemeja, dasi dan tas kerjanya.
"Mas, kamu mau kemana?" tanya Hani bingung.
"Aku pikir aku akan masuk kantor saja..."
Hani langsung meletakkan teko air dari kaca bening yang dia pegang di atas meja makan.
"Kamu jangan keterlaluan dong mas. Kalau kamu masuk kerja, orang akan bilang apa? masa iya baru menikah, cuti belum habis, sudah masuk kerja?" tanya Hani yang sebenarnya sangat kesal, tapi berusaha untuk menahan emosinya dan bicara pada Ravi dengan begitu lembut dan wajah yang begitu di buat manis.
'Ya ampun! apalagi sih mas Ravi ini. Aku tidak akan biarkan dia pergi ke kantor, bikin malu saja. Nanti apa kata orang!' omel Hani dalam hati.
***
Bersambung...