NovelToon NovelToon
Skandal Tuan Playboy

Skandal Tuan Playboy

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / CEO / Playboy / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author:

Sebastian Adiwangsa. Nama yang selalu bergaung dengan skandal, pesta malam, dan perempuan yang silih berganti menghiasi ranjangnya. Baginya, cinta hanyalah ilusi murahan. Luka masa lalu membuatnya menyimpan dendam, dendam yang membakar hasratnya untuk melukai setiap perempuan yang berani mendekat.

Namun, takdir memiliki caranya sendiri. Kehadiran Senara Ayunda, gadis sederhana dengan kepolosan yang tak ternodai dunia, perlahan mengguncang tembok dingin dalam dirinya. Senara tidak seperti perempuan lain yang pernah ia kenal. Senyumnya membawa cahaya, tatapannya menghadirkan kehangatan dua hal yang sudah lama terkubur dari hidup Sebastian.

Namun, cara Sebastian menunjukkan cintanya pada Senara bermula dari kesalahan.

Menjelang Badai

Kejadian malam kemarin cukup membuat Sena memilih menjaga jarak dari Bastian. Dalam hati, ia berjanji, ia tidak akan menitip apapun lagi kepada Bastian, walau sangat ingin.

Pagi ini, Bastian terbangun lebih awal. Jam baru menunjukkan pukul enam.

Tangannya meraba sisi ranjang, mencari sesuatu yang biasa ia peluk.

Kosong.

Kelopak matanya perlahan terbuka, pandangannya menyapu ruangan, namun tidak menemukan sosok wanita itu.

Matanya kemudian melirik bantal di sebelahnya. Masih rapi, tak tersentuh. Membuat ia menyadari bahwa wanita itu tadi malam tidak tidur di kamar mereka.

Bastian menghela napas kasar.

… … …

Waktu sarapan tiba.

Bastian turun ke meja makan, dahinya mengernyit lagi. Kosong. Tak ada Sena di sana.

Mbok Jena, yang melihat tuannya turun, segera menyapa dengan sopan, “Selamat pagi, Tuan.”

“Pagi. Sena belum bangun?” tanyanya datar.

“Sudah, Tuan. Non Sena malah sudah sarapan.”

“Lalu di mana dia sekarang?”

“Tadi Non Sena izin ke taman bawah, Tuan,” jawab Mbok Jena hati-hati.

Bastian hanya mengangguk kecil, bibirnya membentuk garis tipis. “Oh,” gumamnya pelan. Tapi genggaman tangannya di sisi tubuhnya mengepal kuat. Jelas, wanita itu menghindarinya. Lagi.

...****************...

Di Kamar lain, cahaya matahari menyelinap lewat tirai tipis, menerpa wajah Ravian yang masih setengah terjaga. Suara detik jam terasa lebih jelas dari biasanya, seolah menegaskan keheningan yang menggantung di udara.

Alexandra sudah lebih dulu bangun, duduk di sisi ranjang, mengenakan kemeja sutra tipis yang hanya dikancing asal, rambutnya berantakan tapi wajahnya tetap cantik seperti biasa.

Ravian membuka mata, sedikit mengernyit, memandang punggung Alexandra. Satu-dua detik pikirannya kosong, lalu ingatan semalam berputar cepat tentang malam Panjang mereka. malam penuh godaan, penuh nafsu, penuh keringat dan bisikan yang membakar.

Tatapan Ravian tiba-tiba mengeras. “Sudah berapa pria yang memasuki tubuhmu?” tanyanya tajam.

Alexandra menoleh, satu alisnya terangkat, bibirnya tersenyum tipis. “Tak terhitung,” jawabnya santai, padahal di belakangnya ada seorang pria yang tengah menahan emosi seperti bara di dada.

“Selain jadi penari, kau juga jadi pelacur?” desis Ravian, suaranya serupa pisau.

Alexandra terkekeh hambar. “Hei, yang memakaiku bukan orang sembarangan! Aku dipilih pria-pria kelas atas dan pejabat gila yang satu wanita saja tak cukup.”

Ravian menyeringai sinis. “Tetap saja pelacur. Bahkan kau bangga menyebut mereka dari kalangan atas.”

Tatapan Alexandra mengeras, tatapan yang tak kalah tajam. “Dunia ini nggak butuh gadis suci, Ravian. Dunia cuma ngerti satu Bahasa yaitu uang.”

Setelah mengucapkan itu, Alex kembali berbalik, berjalan ke arah cermin besar, merapikan rambutnya, seolah malam itu hanyalah bagian kecil dari rutinitas hidupnya yang glamor dan beracun.

“Aku nggak pernah janji jadi wanita baik-baik. Aku nggak pernah janji nyimpen diri buat siapa pun. Satu-satunya prinsipku, selama bisa dibayar, tak ada yang perlu dipertanyakan.”

Ravian diam. Kata-kata itu seperti tamparan telak. Kejujuran brutal yang membakar sisi dirinya yang diam-diam kecewa. Alexandra, wanita yang memikatnya, ternyata juga racun yang siap melumpuhkannya kapan saja.

...****************...

Adiwangsa Group, Tbk.

Ruang rapat terasa berbeda hari ini. Semua duduk lebih tenang, bukan karena masalah sudah reda, tapi karena semua tahu, satu langkah salah sekarang, perusahaan bisa mati.

Bastian masuk, kali ini jasnya rapi, wajahnya datar, dingin seperti pisau seperti biasa.

“Update,” Bastian membuka rapat, suaranya tenang, namun cukup buat bikin ruangan membeku.

Direktur Operasional berdiri, wajahnya tegang. “Hasil investigasi internal selesai. Ada sesuatu yang… di luar dugaan.”

Bastian mengangkat alis tipis, memberi isyarat lanjut.

“Kami menemukan kontrak sub-kontraktor lama yang terkait dengan shipment ini. Ada klausul tersembunyi yang mengizinkan mereka memindahkan barang melalui pihak ketiga tanpa harus lapor ke kita.”

Ruangan terdiam.

“Artinya, mereka bisa ngoper barang kita ke siapa pun… dan secara hukum, kita ikut terseret karena nama kita di atas surat jalan.”

Direktur Legal menambahkan, “Dan lebih parahnya, mereka pakai klausul itu untuk nyiapin gugatan balik. Mereka bisa nyeret kita ke pengadilan internasional, nunjuk kita sebagai pihak lalai, bahkan kalau kita bersih sekalipun.”

Bastian bersandar, menatap semua orang satu per satu. “Kalau mereka mau main di ranah hukum, kita kasih panggung. Tapi bukan buat mereka menang. Buat mereka kejebak.”

“Kita punya audit internal yang lengkap?” tanya Bastian.

“Punya” jawab salah satu tim audit disana.

“Bagus. Siapin konferensi pers internasional. Kita rilis dokumen audit itu. Buka semua proses kita, biar publik lihat kita bersih, mereka yang main kotor.”

Bastian melanjutkan, nadanya makin tajam, “Kita tuntut balik sub-kontraktor itu atas pelanggaran integritas kontrak. Dan kita buka fakta bahwa klausul itu mereka sembunyikan dari kita. Jadi mereka bukan cuma pelanggar, tapi pemalsu kontrak.”

Direktur Legal yang tadinya panik, sekarang matanya bersinar, mereka ngerti arah mainnya.

“Dan satu lagi,” Bastian mencondongkan tubuh, suaranya rendah, “lempar umpan. Cari media yang mereka bayar buat nyerang kita. Bocorkan bukti kalau mereka juga pasok senjata ilegal ke kelompok terlarang lain. Jangan tunjuk langsung, biar publik yang sambungin.”

Beberapa kepala di ruangan langsung mengangguk pelan.

Bastian bersandar lagi, menutup rapat kali ini dengan satu kalimat pendek dan tajam. Terlihat penuh dendam di kalimat yang ia ucapkan.

“Kalau mereka pikir mereka udah nyudutin kita, kita pastiin mereka nyiapin lubang kubur sendiri.”

Ruangan hening. Bukan karena takut, tapi karena mereka mengerti Bastian bukan cuma pemimpin biasa tapi pemimpin yang berpikir tiga Langkah ke depan. Bahkan disaat-saat genting seperti ini.

Bastian bangkit, matanya sempat melirik Ravian yang sejak tadi diam. Tidak seperti biasanya. Wajahnya menunjukkan sesuatu yang lain, seperti ada pikiran yang jauh dari ruangan ini.

“Ravian,” panggil Bastian.

Ravian menoleh cepat.

“Ada sanggahan?”

“Tidak. Kita jalankan sesuai instruksi Anda. Itu langkah paling tepat,” jawab Ravian singkat.

Bastian menatap heran, tapi hanya tersenyum tipis. “Oke.”

… … …

Bastian di ruang kerjanya terus menatap ponselnya. Berulang kali. Pesan-pesannya pada Sena tak satu pun dibalas.

Kesabarannya tipis, dia bukan tipe pria yang menunggu dalam diam.

Akhirnya, ia menekan nomor Mbok Jena.

“Halo, Tuan,” suara Mbok Jena terdengar di sebrang.

“Sena ada di rumah?”

“Ada, Tuan.”

“Suruh dia balas pesanku. Sekarang.”

“Baik, Tuan. Sebentar.”

Ada jeda, suara langkah-langkah di kejauhan. Beberapa menit kemudian, suara Mbok Jena kembali.

“Tuan, kata Non Sena ponselnya habis baterai.”

Bastian berdecak kesal. “Suruh dia isi daya. Dan balas pesanku.”

“Siap, Tuan.” Panggilan terputus.

Namun hingga malam, pesannya tetap tidak dibalas.

...****************...

Di penthouse mewah itu, Sena tetap duduk santai menonton film favoritnya. Ia tak peduli perintah Bastian. Ponsel yang dibiarkan mati justru ia jadikan alasan untuk tak perlu menjawab pesan-pesan Bastian.

Bastian mengirim banyak pesan sore tadi seperti:

^^^“Sena.”^^^

^^^“Ada yang mau kau titip?”^^^

^^^“Sena, kau berani tak membalas pesanku?”^^^

^^^“Balas pesanku.”^^^

^^^“Sekarang.”^^^

^^^“Sena, kau membuatku marah.”^^^

^^^“Sena, jika sampai aku pulang dan kau belum membalas, habis kau di rumah nanti.”^^^

Sena tak peduli. Justru, entah kenapa, ia ingin marah kali ini. Sekali saja, ia ingin membalas dengan caranya sendiri.

Tiba-tiba, pintu penthouse terbuka kasar.

Sena terlonjak kecil, namun begitu melihat siapa yang datang, ia kembali fokus ke layar televisi.

“Sena,” panggil Bastian, nadanya sudah berubah.

“Hmm?” jawab Sena datar, tanpa menoleh.

“SENA!”

Sena berbalik, menatap Bastian dengan berani. “Kenapa, Bastian?”

“Kau berani sekarang? Bukankah kubilang, balas pesanku?”

“Ponselku habis baterai, Bastian.”

“Bukankah sudah kusuruh diisi daya?”

“Oh iya, aku lupa. Tadi keasyikan nonton,” jawab Sena ringan. Ini jawaban yang terlalu berani. Entah dari mana nyalinya, mungkin dari bayi yang kini tumbuh di perutnya.

Bastian melangkah cepat, mencengkeram tangan Sena erat. “Kau makin berani, Sena. Kau tak tidur di kamar kita, kau mengabaikan pesanku, dan sekarang kau melawan? Kau pikir aku tak bisa menghukummu?”

Wajahnya mendekat, napasnya berat, membakar jarak di antara mereka.

“Sakit, Bastian,” Sena meringis, pergelangan tangannya perih digenggam begitu kuat.

Bastian menoleh ke tangannya sendiri, lalu melepaskannya kasar. “Tundukkan kepalamu padaku! Jangan pernah kau berani menentang atau membuatku marah! Sekali lagi kau begini, ku hajar kau. Aku tak peduli kau mengandung bayiku!”

Usai mengucapkan itu, Bastian menaiki tangga penthouse tanpa menoleh lagi.

Sena hanya diam, mengusap perutnya perlahan, lalu kembali menatap layar televisi. Film favoritnya masih berjalan.

...----------------...

^^^Cheers, ^^^

^^^Gadis Rona^^^

1
Rizky Muhammad
Aku merasa terkesima sampai lupa waktu ketika membaca karyamu, thor. Jangan berhenti ya! 🌟
Gadis Rona: Hai terima kasih sudah baca karya pertamaku bikin aku makin semangat nulis🥰
total 1 replies
elayn owo
Penuh empati. 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!