NovelToon NovelToon
Terjerat Pernikahan Kontrak

Terjerat Pernikahan Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / One Night Stand / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kumi Kimut

Romantis - Komedi

"Gak bisa Will, kita cuma nikah sementara kan? Bahkan ibumu juga benci sama aku?" -Hania-

"Tapi hamilmu gak pura-pura, Han? Aku bakal tanggung jawab!" -William-

***

Kisah dimulai saat Hania terpaksa menerima tawaran sang bos untuk menjadi istri kontraknya tapi setelah satu bulan berlalu, Hania mabuk karena obat perangsang yang salah sasaran dan mengakibatkan Hania hamil!

Bagaimana kisah ini berlanjut? Akankah Hania menerima pinangan kedua kali dari suami kontraknya atau kembali pada mantan tunangan yang sudah tobat dan ingin membahagiakannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kumi Kimut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Mobil itu melaju kencang, membuat jantung Weni hampir copot. Kedua tangannya mencengkeram tas yang ada di pangkuannya, wajahnya pucat pasi.

“Agus! Kamu gila ya?! Hentikan mobilnya!” teriak Weni panik.

Agus menoleh sekilas, senyum sinisnya muncul. “Kamu yang mulai main-main sama aku, Weni. Kamu pikir aku ini apa? Barang bekas yang bisa kamu buang setelah dipakai?”

Weni menelan ludah. Ia tahu kalau panik justru membuat Agus semakin puas. Maka, ia berusaha menahan nada suaranya tetap tenang. “Kalau kamu pintar, kamu gak bakal nekat kayak gini. Ingat, aku bisa bikin hidupmu hancur dalam sekejap.”

Agus malah tertawa keras. “Hidupku udah hancur dari dulu, Weni. Yang penting, malam ini aku dapat bayaran yang lebih mahal dari uangmu.”

Mobil semakin jauh meninggalkan kota. Jalanan sepi, hanya suara mesin yang meraung. Weni mulai berpikir cepat. Ia melirik ke pintu mobil, tangannya diam-diam meraba gagang pintu.

Namun Agus sadar. “Jangan coba-coba, atau aku bikin kamu nyesel seumur hidup.”

Weni memutar otaknya. Ia berpura-pura pasrah, lalu menunduk. “Oke, aku ikut. Tapi boleh nggak kita berhenti dulu? Aku… aku takut.”

Agus meliriknya, ada keraguan di matanya. “Takut apa?”

“Kalau nanti ada orang tahu. Kita bisa lebih aman kalau ke tempat yang aku pilih. Ada villa kosong di pinggir kota. Lebih tenang, nggak ada yang curiga.” Weni berbohong, berusaha menenangkan detak jantungnya sendiri.

Agus mendecak, tapi jelas ia tergoda. “Villa kosong?”

“Iya. Kuncinya ada sama aku.” Weni mengeluarkan gantungan kunci dari tasnya, sengaja menggoyangkannya. Padahal itu kunci rumah ibunya, bukan villa.

Agus menimbang sejenak. “Baiklah. Tapi sekali kamu bohong…” Ia mengangkat tangannya seolah ingin menampar.

Weni menahan napas. “Aku nggak bohong. Aku tahu kamu nggak mau ditangkap polisi, kan?”

Mobil itu akhirnya berbelok, mengikuti arah yang ditunjukkan Weni. Sementara itu, dalam hatinya Weni sudah menyiapkan rencana kabur.

Setibanya di sebuah jalan kecil, Weni sengaja mengarahkan Agus ke daerah yang sepi tapi masih ada beberapa warung di kejauhan.

“Di sini, Gus. Turun aja dulu, aku ambil napas sebentar. Aku sumpah, aku nggak akan lari,” kata Weni, matanya menatap Agus penuh rayuan.

Agus mendengus, tapi akhirnya menghentikan mobil. “Satu langkah aja kamu macam-macam, aku habisin.”

Begitu pintu mobil terbuka, Weni pura-pura menata rambutnya. Sekejap kemudian—

“TOLOOONG!” teriaknya sekencang mungkin sambil berlari ke arah warung terdekat.

Agus kaget, buru-buru keluar mobil, tapi orang-orang sudah menoleh. Beberapa bapak-bapak yang sedang nongkrong langsung berdiri, curiga dengan teriakan Weni.

“Bang! Tolong! Dia mau culik saya!” Weni menunjuk Agus dengan wajah panik.

Agus panik, wajahnya memerah. “Hei! Jangan percaya dia! Cewek ini—”

Tapi sebelum ia sempat menjelaskan, salah satu warga langsung menahan tangannya. “Kalau bener, ikut ke pos ronda dulu. Kita buktikan.”

Weni tersenyum tipis dalam hati. Ia selamat kali ini. Tapi matanya melirik tajam ke Agus, berbisik dalam hati: Kamu belum tahu siapa yang sebenarnya berkuasa, Gus. Aku akan pastikan kamu hancur.

 

Weni masih berdiri di depan pos ronda, napasnya belum juga teratur. Agus digiring dua orang warga ke kursi panjang bambu, wajahnya kesal setengah mati.

“Pak, saya nggak salah apa-apa! Dia yang fitnah saya!” Agus berteriak, matanya merah.

“Kalau nggak salah, kenapa dia sampai teriak-teriak minta tolong?” timpal salah satu warga dengan nada tajam.

Weni langsung menunduk, pura-pura gemetar. “Saya… saya hampir dibawa ke tempat sepi, Pak. Dia maksa saya masuk mobil, bahkan buang ponsel saya.”

Warga yang lain langsung mendelik ke arah Agus. “Kamu bawa KTP nggak? Kasih sini!”

Agus menendang tanah kesal, tapi terpaksa merogoh dompet. Sementara itu, Weni dalam hati sudah mulai menyusun langkah. Ini kesempatan emas. Biar dia merasakan betapa hancurnya hidup kalau main-main sama aku.

Saat warga sibuk memeriksa identitas Agus, Weni melangkah sedikit menjauh. Ia merogoh ponsel cadangan kecil dari tasnya—yang sengaja selalu ia bawa untuk keadaan darurat—dan menghubungi seseorang.

“Halo? Ini aku… ya, sekarang. Kirim orangmu ke jalan kecil arah barat, dekat warung Pak Roni. Tangkap dia. Aku nggak peduli caranya, yang penting Agus harus berlutut minta ampun. Jangan sampai dia bisa seenaknya ngancam aku lagi.”

Suara di ujung telepon menjawab singkat, “Siap, Nona.”

Weni menutup telepon, lalu kembali memasang wajah lugu penuh ketakutan di depan warga. “Tolong jangan lepasin dia, Pak. Saya trauma banget.”

Agus menatapnya tajam, matanya menyala penuh dendam. “Kamu akan bayar mahal, Weni! Ingat kata-kataku!”

Weni hanya tersenyum samar, lalu berpura-pura menangis.

Sementara itu ...

William dan sang istri sedang duduk bersama. Sejak tadi, William menahan kepergian istrinya. Bahkan rela bolos kerja.

"Sampai kapan akan seperti ini, Will?" tanya Hania saat kedua tangannya di genggam terus oleh William.

"Sampai acara reuni selesai. Aku gak mau kamu kesana sendiri. aku harus ikut!"

"Astaga, dari tadi debat soal ini terus ... Hadeh, ayo kita pergi..."

"Kemana?"

***

Bersambung...

1
Eva Karmita
Andra kamu harus nya bersyukur punya teman seperti Dani yg selalu bisa menasehati kamu supaya hidup dijln yang lebih baik lagi, plisss dengerin nasehatnya..,, jarang sekali ada sahabat sebaik Dani mau jadi teman curhat yg baik.. dan biarkan Hania hidup bahagia dan tenang bersama William
KumiKimut: iya nih kak, awas saja kalau kebanyakan ganggu
total 1 replies
Eva Karmita
lanjut thoooorr
Eva Karmita
Tom and Jerry ini namanya lanjut thoooorr 🔥💪🥰
KumiKimut: iya kak, mas mksih udah mampir ya
total 1 replies
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
Eva Karmita
❤️
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!