Habis kontrak pernikahan dengan Tuan Muda Alfred, Nona Ariel menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun.
Hubungan yang awalnya dianggap hanya sebatas perjanjian nyatanya lebih dari itu. Alfred mulai merasa ada yang hilang dari dirinya padahal dia sudah mendapatkan kembali apa yang menjadi tujuannya termasuk sang cinta pertama, Milea.
'Nona Ariel, dialah yang membawa separuh hidup tuan muda',
Tapi wanita itu menghilang tanpa jejak.
Hingga beberapa tahun kemudian, takdir membawa Alfred bertemu kembali dengan Ariel, tapi sudah ada laki-laki lain yang mengisi hati wanita itu.
Apa Alfred terlambat?
Note : Sangat disarankan untuk membaca (Perjanjian Dengan Tuan Muda) terlebih dahulu, karena ini sekuel dari cerita tersebut ✌🏻🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Tuan Muda Mencari Istrinya
Sungguh, ini kejutan yang membuat tercengang. Bahkan ada beberapa tamu yang sampai menjatuhkan sendok atau gelas yang mereka genggam.
Ayunda berkaca-kaca, dia tahu anaknya pasti akan kembali normal tapi malam ini sungguh mengejutkannya. Dengan suara bergetar wanita ini menatap Alfred penuh haru, dan berucap, "Al, kamu..."
"Ya, ini harapanmu, kan?"
Ayunda mengangguk cepat, benar ini harapnya, dialah yang menjadi paling pertama berharap Alfred kembali sembuh seperti semula.
Alfred menggenggam tangan ibunya, "Aku akan menjelaskannya padamu nanti, sekarang ada sesuatu yang harus aku lakukan."
Tidak ada hal lain yang lebih membahagiakan ketika melihat anaknya sembuh, Ayunda mengerti kepentingan Alfred, "Ya... pergilah nak, mama akan selalu mendukungmu."
Semua mata mengiringi kepergian Alfred, langkah kakinya begitu tegas, kekar dan mantap. Dia tidak seperti baru sembuh dari lumpuh belasan tahun, apa selama ini tuan muda hanya pura-pura lumpuh?
"Pa... Alfred sembuh," ucap Ayunda pada suaminya, masih penuh haru bahkan dia sampai menangis karena bahagia.
"Ya, putra kita sembuh ma," Marion yang juga terharu memeluk istrinya.
Julie, Justin dan Jonas. Masih berdiam memastikan jika malam ini bukan mimpi.
Lima tahun yang lalu Alfred menghentikan pengobatan dan terapi medis, mereka pikir laki-laki itu pasrah dengan kelumpuhannya. Tapi... di malam pelantikan ini, dia justru menunjukkan kegagahan dan kekuasaannya. Ini sungguh mengkhawatirkan....
"Tuan Smith, saya yakin, ini malam yang sangat membahagiakan untuk keluarga Anda, saya harus mengucapkan selamat!"
"Tuan Sinclair, terima kasih. Anda benar, saya dan istri saya sangat bahagia."
"Putra Anda sungguh gagah, sayang sekali dia sudah mempunyai istri, jika belum mungkin kita bisa menjalin tali kekeluargaan."
"Hahaha... Anda benar tuan Sinclair."
"Tapi... bukankah kemungkinan itu masih bisa terjadi? Saya memiliki empat anak perempuan yang sangat cantik, mungkin Alfred masih bisa mempertimbangkannya."
Ocehan macam ini sudah sangat lumrah didengar saat dua keluarga berpengaruh berbicara.
Tuan Muda, pewaris dan memiliki kekuasaan berhak mempunyai istri lebih dari satu. Tidak sedikit Keluarga besar yang sama hebatnya mempromosikan anak gadis mereka. Tentu bukan sekedar perjodohan biasa, ini bisnis yang saling menguntungkan satu sama lain.
Dengan menikahkan putri mereka dengan keluarga berkuasa, itu sama saja memberi jalan kemudahan dalam hal apapun.
"Saya akan membicarakannya dengan, Alfred."
"Saya akan mengadakan pesta di rumah baru yang ada di kota ini. Saya berharap, Keluarga Smith bisa menghadirinya."
"Tentu...kami pasti datang."
.....
"Tuan apa ini tidak terlalu buru-buru? Anda meninggalkan acara terlalu cepat," kata Arthur, saat ini mereka sudah di dalam mobil.
Benar, ini terlalu terburu-buru. Tapi panas dada yang Alfred rasakan tidak bisa membuatnya untuk bersabar lebih lama. Kabar menghilangnya Ariel, membuatnya ingin segera menyeret wanita itu pulang.
Alfred mengabaikan ucapan Arthur, dia lebih fokus pada informasi tentang istrinya, "Dimana terakhir kali dia terlihat?"
Arthur melirik kaca spion, dia tahu yang dimaksud Alfred adalah Ariel, "Di kastil, nona berpamitan pada bibi Imel, ingin menemui ayahnya. Tapi... sepertinya nona Ariel tidak pernah sampai di sana. Sepedanya ditemukan di jalan pinggir hutan."
Alfred diam mendua dengan pikirannya sendiri.
Dan, mereka memilih untuk mendatangi tempat, kemungkinan terkahir kali Ariel berada.
Jalan pinggir hutan. Alfred, dengan teliti memeriksa setiap titik. Tidak ada tanda-tanda keributan, tidak juga ada tanda wanita itu ditelan atau dicabik-cabik binatang buas. Saat mata tajamnya kembali meneliti, Alfred menemukan jejak mobil. Itu jelas bukan mobil yang sering dikendarai Arthur. Sangat jarang bahakan nyaris tidak mungkin ada mobil lain yang melintasi jalan ini.
Alfred juga memastikan, jejak mobil terhenti di sana dan memutar arah.
Dengan ini Alfred sudah bisa memastikan jika Ariel pergi dengan kemauan sendiri dan sengaja meninggalkan sepedanya.
"Bagaimana kalau sebenarnya nona Ariel di culik, tuan!" Khawatir Arthur.
Alfred melirik kedalam hutan, "Jika diculik, pasti ada suara teriakan. Suara yang keras bisa memancing sesuatu keluar dari sana."
Arthur mengikuti pandangan Alfred, "Anda benar, tapi saya khawatir kalau nona Ariel dilumpuhkan terlebih dahulu, hingga tidak menumbalkan suara apapun."
Alfred kembali diam. Tidak dipungkiri, dia pun mengkhawatirkan wanita itu, bagaimana pun caranya dia harus menemukan Ariel.
.....
Sibuk sudah Alfred mencari jejak keberadaan Ariel, dari malam sampai pagi tanpa istirahat apalagi tidur. Segala tempat dia telusuri, mulai dari kediaman Yuran, Rumah Sakit dan tempat tertentu. Cctv jalanan pun Alfred telusuri, sayangnya wanita itu tidak tertangkap kamera dan lebih sayangnya lagi. Satu-satunya lokasi yang menjadi petunjuk tidak dilengkapi kamera pengawas, yaitu jalan hutan.
Hal ini membuat laki-laki itu gusar, melacak dari ponsel wanita itupun tidak bisa membuahkan hasil.
...
Saat di Kota Mandalika, Tuan Muda sibuk mencari wanitanya.
Di sinilah wanita itu berada. Negara Ahas, tepatnya di Kota Yoro. Di rumah mewah yang lebih cocok disebut Istana.
Penghuni rumah mewah itu menatap kedatangan Ariel dengan sinis dan dingin, "Sudah bosan hidup tidak jelas diluar sana, akhirnya kembali juga," cemoohan gadis bergaun terbuka, namanya Miranda.
"Kak, aku senang kamu akhirnya pulang," timpal satu gadis muda yang masih berusia 19 tahun," wajahnya teduh dia tulus pada Ariel.
Mereka adalah saudari Ariel, satu ayah dengan ibu yang berbeda-beda. Saat yang bersamaan, dari tangga berlikuk yang dilapisi karpet merah, Nyonya tuan rumah muncul dengan keangkuhannya, matanya tajam wajahnya cantik namun penuh kebencian. Namanya Marissa, "Masih berani kau pulang!" Ucapnya, mimik wajah menandakan ketidak sukaanya pada Ariel.
Dari sini kita sudah bisa menduga, Ariel tidak memiliki hubungan baik dengan keluarganya.
Ariel mendengus kesal, membuka kaca mata hitam yang sejak di bandara ia pakai, "Jika bukan karena ayah yang mengancam, aku tidak akan pulang."
"Omong kosong!" Decak Marissa, lalu dia menunjuk Ariel dengan jari tangannya, "Kau pulang, karena kau tahukan, jika Micella belum menikah dengan Ray?! Ingat Rachael, sampai kapanpun kau dan Ray, tidak akan bisa bersatu. Kau hanya putri tidak berguna yang lahir dari seorang selir rendahan. Jangan bermimpi untuk menikah dengan tuan muda dari keluarga Yahman."
sehat selalu untuk mu kak author💪💪