NovelToon NovelToon
The Runway Home

The Runway Home

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yayalifeupdate

Setelah menaklukan dunia mode internasional, Xanara kembali ke tanah air. Bukan karena rindu tapi karena ekspansi bisnis. Tapi pulang kadang lebih rumit dari pergi. Apalagi saat ia bertemu dengan seorang pria yang memesankan jas untuk pernikahannya yang akhirnya tak pernah terjadi. Tunangannya berselingkuh. Hatinya remuk. Dan perlahan, Xanara lah yang menjahit ulang kepercayaannya. Cinta memang tidak pernah dijahit rapi. Tapi mungkin, untuk pertama kalinya Xanara siap memakainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayalifeupdate, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak Ada Lagi Abu-abu

Mobil hitam itu melaju di jalan tol, meninggalkan villa dibelakangnya. Xanara duduk dikursi penumpang, menatap keluar jendela. Angin pagi dan pemandangan yang berlari mundur seharusnya membuat tenang, tapia da perasaan mengganjal di dadanya.

Harvey, yang memegang kemudi sesekali melirik kearah Xanara.

“kamu terlihat sedang berpikir keras” ucap Harvey dengan nada ringan, tapi matanya oenuh kewaspadaan.

“Kita gak bisa selamanya begini Harvey, aka nada yang tidak suka melihat kita” Jawab Xanara sambil menghela napas.

“Selama aku gak melepas kamu, gak aka nada yang bisa menyentuh kita”

“Kamu yakin?”

“Aku gak pernah lebih yakin dari ini”

Ucapan itu memang menyenangkan, tapi begitu mereka tiba di depan butik Xanara, kenyataan langsung menyambut. Beberapa karyawan berdiri kaku di pintu, wajah mereka menyiratkan kegugupan.

“Bu Xanara, Mbak Winny baru datang. Dia membuat keributan di depan butik, dia bilang semua orang disini harus tahu kalau Bu Xanara itu perusak hubungan orang” ucap Rina, asisten kepercayaan Xanara.

Xanara terdiam, menahan napas sejenak. Dia tidak ingin menunjukan kalau kata-kata itu mengusiknya. Matanya justru menatap Harvey yang kini sudah berdiri di sampingnya.

“Suruh semua karyawan masuk. Dan kalau Winny datang lagi, minta dia ketemu aku langsung. Jangan dia main berteriak di depan orang” Ucap Xanara tegas.

“Baik Bu”

“Kamu gak perlu hadapi ini sendirian” Ucap Harvey.

“Aku gak sendirian, aku punya kamu. Tapi kali ini aku yang mau atur permainan” ucap Xanara dengan tersenyum tipis.

Tatapan mereka saling mengunci, ada keyakinan yang sama, tapi juga kesadaran bahwa badai sedang mengintai.

Dan ketika Harvey memegang tangan Xanara erat dia tahu, mereka berdua akan menghadapi ini bersama, meski musuhnya kali ini mungkin tidak hanya satu orang.

Setelah Rina masuk, butik menjadi hening. Xanara berdiri di tengah ruangan, matanya menatap pantulan dirinya di kaca display. Bibirnya terkatup rapat, dia tahu jika dia goyah sedikit saja, orang-orang akan melihat celahnya.

Harvey berjalan mendekati Xanara, langkahnya tenang tapi berat.

“Aku gak suka kamu nahan emosi begini” Ucapnya pelan, tangannya terulur, menggenggam siku Xanara dan menariknya sedikit mendekat.

“Kalau aku terpancing, aku kalah” Ucap Xanara

“Kalau kamu diam, mereka akan berpikir kamu takut”

“Makanya aku bilang, aku yang akan atur”

Ada tatapan yang sulit dijelaskan di mata Harvey, campuran kagum dan sesuatu yang lebih gelap seperti rasa protektif yang nyaris berubah posesif. Harvey membungkuk sedikit, wajahnya nyaris sejajar dengan telinga Xanara.

“Kalau dia berani sentuh kamu, atau nyakitin kamu. Aku gak akan tinggal diam” ucap Harvey dengan nada rendah.

Napas Xanara tercekat, tapi dia tidak mundur. Justru dia menatap balik Harvey, dengan dagu yang terangkat sedikit.

“Kalau itu terjadi, akum au kamu berdiri disampingku, bukan di depanku”

Harvey tersenyum miring, tapi genggaman tangannya di pinggang Xanara menguat. Kontak fisik yang sekilas terlihat intim tapi sarat perlindungan.

Tak lama, ponsel Xanara bergetar di tangannya. Notifikasi grup karyawan, dengan sebuah foto Winny berdiri di depan butik beberpa menit lalu, dengan kata-kata yang dibuat seolah sindiran halus, ‘lucu ya, ada orang yang pura-pura elegan tapi sebenarnya mengincar tunangan orang lain’.

Xanara menatap layar, lalu mematikan. Dia menatap Harvey dengan senyum tipis, tapi sorot matanya tajam.

“Kalau dia ingin bermain api, aku pastikan dia akan terbakar habis”

“Kamu berani bicara seperti ini di depanku, kamu tahu aku akan selalu di pihak kamu” Ucap Harvey dengan menarik dagu Xanara.

Dan di momen itu, bahkan tanpa ciuman atau sentuhan berlebihan, intensitas diantara mereka membakar udara di sekitar, bukan hanya gairah, tapi juga tekad untuk melawan siapapun yang mencoba memisahkan mereka.

Malamnya, langit di luar jendela butik sudah gelap ketika Xanara menyelesaikan pekerjaannya. Rina sudah pulang terlebih dahulu, meninggalkan Xanara sendiran membereskan sketsa yang berserakan di meja.

Ting! Ponsel Xanara berdering.

“Kamu gak bosan telepon aku setiap hari” – Xanara

“Kalau aku bosan, aku gak akan seperti ini. Cari-cari alasan supaya bisa dengar suara kamu” – Harvey

Xanara tersenyum tipis, tapi ia tetap menjaga nada suaranya dengan tenang.

“Kamu tahu, kalau kita seperti ini terus, orang akan mengira jika aku memang perebut tunangan orang” – Xanara

“Aku tidak peduli orang mau bicara apa. Winny bukan lagi bagian dari hidupku, yang aku pilih cuma kamu” – Harvey

Kata-kata itu membuat Xanara terdiam sejenak. Dia tahu jika Harvey bukan tipe yang bicara manis tanpa arti.

“Kamu yakin? Setelah kamu bilang begitu aku gak mau lihat kamu kembali ke dia lagi” – Xanara

“Aku gak akan kembali ke dia lagi. Kita ini bukan hanya dekat Xanara, kita sudah melewati batas yang orang sebut hanya teman sejak lama. Dan akum au semua orang tahu, kamu itu milikku” – Harvey

Nada ‘milikku’ itu menusuk telinga Xanara seperti bisikan berbahaya yang entah kenapa justru membuatnya merasa aman.

“Kalau begitu kita hadapi sama-sama. Aku gak mau kamu melindungiku sendirian, aku juga bisa berdiri di sisi kamu” – Xanara

“Kamu tahu, betapa aku ingin ada disamping kamu sekarang, gak hanya ngobrol di telepon” – Harvey

Xanara menelan ludah, jantungnya berdetak lebih cepat karena mendengar suara Harvey yang begitu rendah, nyaris seperti geraman lembut.

“Besok aku akan atur waktuku, kitab isa bertemu” – Xanara

“Deal. Mulai sekarang jangan pernah ragukan hubungan kita. Kita sudah resmi, aku dan kamu, Xanara” – Harvey

Xanara menutup mata, membiarkan kata-kata itu mengendap. Tidak ada lagi status samar, tidak ada lagi keraguan. Malam ini hubungan mereka mendapatkan kejelasan, dan Xanara tahu mulai besok mereka harus siap menghadapi badai yang lebih besar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!