NovelToon NovelToon
Jenderal Reinkarnasi Kebangkitan Permaisuri Tak Dianggap

Jenderal Reinkarnasi Kebangkitan Permaisuri Tak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Romansa / Pembaca Pikiran / Balas dendam pengganti
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Fuan, seorang jenderal perempuan legendaris di dunia modern, tewas dalam ledakan yang dirancang oleh orang kepercayaannya. Bukannya masuk akhirat, jiwanya terlempar ke dunia lain—dunia para kultivator. Ia bangkit dalam tubuh Fa Niangli, permaisuri yang dibenci, dijauhi, dan dihina karena tubuhnya gemuk dan tak berguna. Setelah diracun dan dibuang ke danau, tubuh Fa Niangli mati... dan saat itulah Fuan mengambil alih. Tapi yang tak diketahui semua orang—tubuh itu menyimpan kekuatan langit dan darah klan kuno! Dan Fuan tidak pernah tahu caranya kalah...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Bab 26 – Pelatihan Ala Ayam dan Duel Emosi

Fa Niangli dan Mo Qingluan kembali ke Lembah Langit Tertinggi tepat saat kabut pagi baru mulai naik. Suara air terjun menyambut mereka, disertai aroma sup herbal dan... suara seseorang berdebat dengan ayam.

“AKU BILANG JANGAN MAKAN BIJI-BIJIAN SPIRITUAL ITU, XIAO KUAI!”

Tentu saja, itu Tong Lian.

Fa Niangli dan Mo Qingluan belum sempat menuruni tangga utama ketika Xiao Er berlari ke arah mereka sambil membawa seikat bunga.

“Guru! Kakak Qingluan! Kalian pulang! Aku belajar buat buket loh!”

Mo Qingluan mengambil bunga itu. “Wangi... walau ada sedikit rumput api di sini.”

Zhu Feng datang dari dapur sambil menenteng panci besar. “Kami buatkan sup sambutan. Tapi Tong Lian... pakai semua garam spiritual di dapur.”

Tong Lian dari belakang berteriak, “ITU KESALAHAN XIAO ER! DIA PIKIR ITU GULA!”

Fa Niangli mengangkat tangan. “Tenang. Aku hanya pergi sebentar, bukan ditelan naga.”

---

Setelah sarapan (yang agak asin), Fa Niangli mengumpulkan semua murid.

“Mulai hari ini, pelatihan Xiao Er akan dimulai. Tapi dengan cara yang berbeda.”

Xiao Er melotot. “Maksud Guru... bukan latihan dengan batu besar?”

“Bukan,” jawab Fa Niangli tenang. “Latihan pertamamu... adalah berdamai dengan Tong Lian.”

Tong Lian langsung berdiri. “TUNGGU! APA?!”

“Selama satu minggu, kalian berdua akan berbagi tugas dapur. Saling bantu, tanpa adu argumen, tanpa saling mengadu ayam atau bumbu.”

Mo Qingluan menepuk tangan. “Ini pelatihan pengendalian emosi yang brilian.”

Zhu Feng mengangguk. “Lebih sulit dari angkat batu.”

Tong Lian dan Xiao Er saling tatap... lalu mendesah bersamaan.

---

Hari pertama pelatihan emosional:

Xiao Er secara tak sengaja mencuci beras dengan cairan pemurni roh.

Tong Lian mencoba mengajari Xiao Er potong sayur... dan hampir kehilangan alis.

Xiao Kuai menari di atas meja sambil menyemangati mereka dengan suara “KUEK-KUEK!”

Hari kedua:

Mereka berhasil buat sup herbal... yang menyebabkan Zhu Feng meditasi selama 4 jam nonstop karena terlalu ‘tercerahkan’.

Fa Niangli tersenyum puas, “Setidaknya... tidak ada yang meledak.”

Hari ketiga:

Xiao Er menulis puisi untuk Tong Lian sebagai bentuk permintaan maaf.

Tong Lian membalas dengan membuatkan bola nasi berbentuk ayam.

Mo Qingluan berkomentar, “Ini perkembangan paling damai sejak dapur ditemukan.”

---

Malam hari di aula utama, Fa Niangli memandangi semua muridnya yang kini tertidur di beranda. Bahkan Xiao Kuai pun tidur di atas kepala Xiao Er.

Fa Jinhai duduk di sampingnya. “Kau tak lagi terlihat seperti panglima perang.”

“Aku juga tak ingin menjadi itu lagi,” bisik Fa Niangli. “Cukup jadi... orang yang memberi rumah.”

---

Pagi itu, langit di atas Lembah Langit Tertinggi dihiasi awan jingga keemasan. Xiao Er dan Tong Lian bersorak gembira karena berhasil memasak sarapan tanpa mengubah dapur jadi medan perang.

Mo Qingluan duduk santai di halaman sambil memetik qin, sementara Zhu Feng mengangkat batu spiritual berbentuk kelinci untuk latihan keseimbangan.

Fa Niangli tengah mengamati peta warisan saat Yuyu datang membawa gulungan surat bersegel merah anggur.

“Guru, ini dikirim oleh utusan langit. Katanya... dari Sekte Pelangi Senja.”

Fa Niangli membuka segel itu. Tulisan elegan memenuhi lembaran:

Kepada Pemimpin Sekte Langit Tertinggi,

Dengan ini kami mengundang Anda dan satu pendamping untuk menghadiri Festival Ramalan Malam ke-88, yang akan digelar tiga hari lagi di Paviliun Aurora.

Kami mendengar kabar kebangkitan sekte Anda, dan ingin menjalin hubungan damai. Kami percaya, masa depan dunia kultivator tidak dapat dibangun oleh satu sekte saja.

Hormat kami, Pemimpin Yun Qi, Sekte Pelangi Senja.

Fa Niangli mengernyit. “Mereka tahu kita bangkit, dan ingin menyelidiki... atau menjalin hubungan?”

Fa Jinhai masuk ke aula. “Sekte Pelangi Senja terkenal anggun, tapi penuh teka-teki. Mereka tak pernah mengundang tanpa maksud.”

Mo Qingluan menyelipkan qin-nya. “Aku bisa ikut mendampingi, Guru.”

Namun sebelum Fa Niangli menjawab, suara dari gerbang utama membuat semuanya menoleh.

“Maaf mengganggu... apakah ini Lembah Langit Tertinggi?”

Seorang pria berdiri di sana. Ia membawa pedang panjang dan mengenakan pakaian pengelana biru gelap. Rambutnya terikat rapi, dan ada lambang burung fenghuang terbakar di lengan jubahnya.

Mo Qingluan berseru, “Itu... pria yang kita temui saat perjalanan pulang!”

Fa Niangli mendekat. “Jiang Yuan?”

Jiang Yuan menunduk hormat. “Maaf datang tanpa pemberitahuan. Tapi aku... menemukan sesuatu. Tentang lambang ini.”

Ia menyerahkan lembaran kuno yang penuh tulisan tangan.

Fa Niangli membaca cepat. Tatapannya membeku.

“Lambang ini bukan sekadar warisan keluargaku. Tapi simbol dari cabang rahasia Sekte Langit Tertinggi yang hilang ratusan tahun lalu.”

---

Zhu Feng menjatuhkan batunya. Tong Lian menyenggol Xiao Kuai yang tertidur di atas lentera.

“Apa maksudnya, Guru?” tanya Zhu Feng.

Fa Niangli menatap semua orang. “Artinya... Jiang Yuan mungkin adalah bagian dari keluarga besar kita. Dan Festival Ramalan Malam itu... bukan hanya undangan biasa.”

Keesokan harinya, persiapan keberangkatan menuju Sekte Pelangi Senja dimulai sejak fajar. Jiang Yuan berdiri di halaman utama bersama Fa Niangli, keduanya mengenakan jubah perjalanan berwarna lembayung gelap yang khas dari Sekte Langit Tertinggi.

Di belakang mereka, ketiga murid berbaris sambil mengangkat bendera kecil: “Semangat, Guru!” dan “Jangan lupa oleh-oleh!”

Tong Lian menyerahkan kotak kayu kecil pada Fa Niangli. “Ini bekal darurat... nasi kepal bentuk ayam.”

Fa Niangli menerima dengan anggukan lembut. “Terima kasih, Tong Lian. Kalau rasanya aneh, aku tahu harus salahkan siapa.”

---

Sebelum keberangkatan, Fa Niangli menuju bagian timur lembah, ke rumah keluarga Fa. Di sana, Yuyu sedang menjemur bunga spiritual, dan Ibu Fa sedang memanggang kue biji lotus.

“Yuyu,” panggil Fa Niangli. “Aku akan pergi ke festival besar. Pastikan dapur tak dikuasai Tong Lian selama aku pergi.”

Yuyu bersedekap. “Kalau dapur terbakar, aku ikut mundur dari sekte.”

Ibu Fa mendekat, memeluk anaknya pelan. “Jaga dirimu, dan jangan biarkan siapa pun meremehkanmu. Kalau ada pria yang ganggu... berikan tendangan keluarga Fa.”

Fa Niangli tertawa kecil. “Kalau begitu, tendangan ganda... karena aku pergi dengan Jiang Yuan.”

Jendral Fa datang dari sisi belakang rumah, mengenakan pakaian biasa tanpa atribut militer. “Kau tumbuh cepat, Niangli. Sekarang... aku hanya bisa mendukung dari belakang.”

Fa Niangli mendekat dan menepuk lengannya. “Dukunganmu cukup membuat langit tak terasa berat.”

---

Setelah perpisahan, Fa Niangli dan Jiang Yuan menunggangi kapal awan spiritual menuju Paviliun Aurora. Kapal itu melayang anggun di antara awan jingga, diiringi suara suling spiritual yang lembut.

Dalam perjalanan, mereka hanya diam, tapi keheningan itu tidak canggung. Sesekali mereka bertukar pandang—tanpa menyadari bahwa nasib mereka perlahan terikat.

Di kejauhan, siluet Paviliun Aurora mulai tampak. Megah, tinggi, dan berlapis kristal cahaya pelangi. Spanduk bertuliskan “Festival Ramalan Malam ke-88” berkibar megah di puncaknya.

“Apa kau pernah ke tempat seperti ini sebelumnya?” tanya Jiang Yuan.

“Bukan sebagai tamu kehormatan,” jawab Fa Niangli. “Tapi jangan harap aku akan kagum hanya karena mereka punya lantai mengilap.”

Jiang Yuan tersenyum. “Kalau begitu, kita cocok.”

bersambung

1
Nitnot
penulis kesayanganku ga pernah gagal.. sukaaa
inda Permatasari: terima kasih bunda 🌹
total 1 replies
Osie
makin seru dna perjalanan masih panjang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Eehh si tong lian nih aya2 wae
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Hhmm kirain udah mulai buka gerbang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Baguuss ada lucuna juga 💞💞
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
/Joyful//Facepalm//Facepalm/ Aya2 wae
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Rasana beda dari novel2 mu sebelumna thor
Dewiendahsetiowati
Tong Lian murid yang paling nyleneh sendiri dan bikin suasana ceria🤣🤣
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Waahh 😃 calon jodoh ni kayana
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wahh kejutan menanti
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Siapa lagj tuh
Wahyuningsih
klau jln critanya bisa d tebak gk srulah y gk thor dtnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma2 semedinya thor ntar lumutan loh 😁😁 sellu jga keshtn tetp 💪
Ai Shiteru
novel pertama yang alurnya susah aku tebak, biasanya bisa ketebak baru awal2 baca, tapi ini luar biasa ceritanya, terima kasih thor.
Osie
fa niangli capek bgt ya
Osie
tong lian emang saingan ma tong makan nih/Facepalm/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Sudah dibuktikan mao apa lagi coba 😏
Dewiendahsetiowati
Tong Lian mesti bikin kisruh dan aneh sendiri
Cindy
lanjut kak
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Mereka hanya iri
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ujian na bikin dilema
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!