Tidak ada yang tahu pasti bagaimana takdir telah di gariskan. Almira Kanaya tidak sengaja menumpahkan jus milik salah seorang pria yang bernama Hafiz Muhammad Adnan.
kejadian tak terduga tersebut ternyata menarik keduanya dalam hubungan abstrak yang cukup membuat hati mereka porak-poranda bak rollercoaster. penasaran? mari simak kisahnya.
note : cerita ini murni dari tulisan author dilarang untuk di coppy paste, jika terdapat maka akan berusan dengan undang-undag hak cipta. ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Hikma Arzam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17. Fakta pertama
Aisyah menatap menu makanan malam ini dengan penuh gembira. mamanya terkekeh pelan melihat ekpresi anak gadisnya.
"girang banget Syah"
Aisyah mengerakkan kepalanya naik turun lalu berbalik menatap ibunya yang sedang memasak menu terakhir untuk makan malam keluarga, opor ayam.
"banget ma, nggak sabar mau ketemu calon kakak ipar soalnya"
Fisya mengedipkan matanya jahil tatkala mendengar ucapan anaknya mengenai kakak ipar. "tapi apa kamu yakin dia beneran akan jadi ipar hmm?"
"fifti-fifti sih mam, but i will trust my instinct" jawab Aisha percaya diri.
Masakan fisya sudah jadi ia kemudian meminta bantuan Aisyah untuk menyimpan menu opor itu ke atas meja. setelah selesai menata menu mereka berdua bergegas untuk mandi lima belas menit lagi orang yang mereka undang akan datang. tepat saat hendak ke lantai dua Hafiz sudah berada di depan pintu seraya memberi salam.
Fisya langsung meminta anak mudanya itu untuk bersih-bersih dan siap-siap. Hafiz menurut tanpa protes karena ia sudah terlalu lelah hari ini.
Zakir sudah siap sedari tadi, ayah yang telah memiliki dua orang anak itu sedang sibuk menonton acara televisi diruang keluarga. Di depannya sudah ada map biru muda yang bertengger di atas meja. berisi surat perjanjian kontrak untuk penanaman modal di restoran Hafiz putra sulungnya.
Lima belas menit kemudian suara mobil keluarga Haya terdengar. Fisya dan Zakir bergegas ke depan pintu menyambut teman lama mereka.
Syifa dan Razfan keluar duluan dari dalam mobil di susul Haya dan Almira setelah nya. mereka berempat berjalan mendekat ke depan rumah Zakir.
"Assalamualaikum" ucap Razfan yang langsung di rangkul oleh Zakir setelah pasangan suami istri itu membalas salam. sementara Fisya dan Syifa juga asik bercengkrama. dua pasang manusia sebaya itu sangat gembira ketika bertemu satu sama lain. mereka dipersilahkan masuk menuju ruang makan.
"Almira udah makin cantik ya Syif, terakhir dia kesini kan empat tahun yang lalu" puji Fisya.
Almira tersenyum canggung, Haya sudah melipir naik ke lantai dua setelah izin untuk bertemu temannya.
"iyaa udah mau masuk fase mahasiswi akhir dia tuh sya, oh iya Aisyah dan kakaknya mana?" Tanya Syifa yang merasa kosong karena gadis cerewet sebelas fua belas dengan anaknya itu belum ada di meja makan.
"halo tante" sapa Aisyah, baru juga di tanyain orangnya sudah muncul.
Aisyah segera mengambil tempat tepat di samping Almira yang sedang mengernyit kan dahinya menatap gadis berkulit putih susu itu.
"lama nggak jumpa kak Al, biasanya kita main terus" ucap Aisyah.
Almira tersenyum, aduh gadis manis ini. "maaf ya syah aku sibuk, beberapa tahun ini fokus kuliah jadi ke skip mainnya"
Aisyah mengangguk ia kemudian menanyakan apa saja kegiatan seru yang ada di kampus Almira sebab mereka memang beda kampus. obrolan mereka mengalir begitu saja sesekali Almira atau Aisyah tertawa mendengar cerita kocak atau aib teman-teman mereka.
Di sisi lain obrolan para ayah lebih berat, mereka justru membahas kemajuan bisnis perusahaan, untung rugi, dan sebagainya. bahkan sampai bahas masalah investor juga. lain lagi dengan obrolan para ibu yang sibuk memikirkan jodoh untuk dua anak bujang mereka.
"sudah waktunya kamu tidak sembunyi dibalik masker itu lagi" ujar Haya yang berdiri tepat didepan pintu kamar Hafiz.
Hafiz menoleh, "sejak kapan kalian tiba?" tanyanya ia kemudian menyimpan masker putih yang dipegang ke atas meja.
"hampir lima menit" balas Haya.
"apa Almira datang?"
"ya, dan lebih baik kamu tidak membuat nya sakit hati, soal kamu dan Angeline jangan dibahas di meja makan malam ini" pinta Haya.
Hafiz mengangguk mereka berdua kemudian turun dari lantai dua itu. suasana ruang makan tampak hidup, ada tawa yang terdengar. Haya berjalan mendekat duduk di samping Almira sementara Aisyah berpindah tempat ke salah satu kursi kosong dan Hafiz ikut duduk di sebelah adiknya.
Almira yang masih nyengir sontak terdiam saat melihat ada sosok yang buat ia sakit dan juga sedang ia hindari beberapa hari ini.
"kenapa kakak ada disini?" tanya Almira terkejut niat hati ia kesini untuk memperbaiki mood bertemu teman lamanya yang suka jahil, si pria bermaskrr putih.
"ya kan ini rumah bang Hafiz juga Al" Aisyah yang menjawab.
"hah?" Almira tampak melongo. "maksudnya kalian kaka adik?" tanyanya lagi.
"iyaa"
suasana di meja makan itu mendadak sunyi, ke dua orang tua mereka fokus memperhatikan sama halnya dengan Haya yang hanya diam-diam mengambil lauk untuk dia makan.
"maaf untuk selama ini, saya orang yang sama ketika kamu temui empat tahun lalu, ingatkah yang sering pakai masker" jelas Hafiz.
Almira mulai menerawang jauh, ia memperhatikan dengan seksama wajah Hafiz, otaknya sibuk membuat sketsa masker di wajah pemuda itu dan yah semuanya pas dengan teman atau sahabat bang Haya yang selalu mengusilinya ketika mereka berkunjung. kenapa dunia ini sempit kalau ia tahu sejak awal itu Hafiz seharusnya ia tidak perlu kesini, usaha untuk menghindari pemuda ini sia-sia dan ia tidak perlu repot-repot jatuh cinta sama foto Instagram. tangan Almira gemetar buru-buru ia mengambil gelas yang berisi air minum untuk ia teguk.
Haya terlihat khawatir sama halnya dengan ke dua orang tuanya. "are you oke Al?" ucap Haya seraya mengusap bahu adik nya.
Almira mengangguk " aku fine bang,hanya sedikit terkejut" elaknya. namun sesungguhnya ia amat sangat tidak percaya akan fakta yang baru saja ia tahu tentang Hafiz.
"kamu sih nak, kenapa baru sekarang berani buka masker nya hum? bukannya dulu mama udah bilang untuk perlihatkan saja wajah kamu" ucap Fisya yang merasa tidak enak pada Almira dan keluarga nya.
"aku baru punya keberanian sekarang ma" balas Hafiz lembut.
"kenapa semua pada tegang begini sih, ayo dimakan makanannya keburu dingin, Al maafin Hafiz ya. " Zakir mencoba mencairkan suasana. delapan orang yang berada di meja makan itu kini mulai menikmati makanan mereka.
Aisyah diam-diam menaikkan kamera ponselnya lalu memotret momen makan malam itu setelah nya ia post di story Instagram.
"makan malam keluarga"
Caption yang ia tulis dengan emit love kuadrat. ia tersenyum menatap story nya kemudian meletakkan ponselnya kembali.
Almira berniat setelah semua ini ia harus minta penjelasan pada Hafiz kenapa dimasa lalu pemuda itu tidak berani menunjukkan wajah aslinya dan selalu menjahili nya. mengetahui manusia pemalu, usil dan rese empat tahun lalu adalah pria idamannya serasa mustahil. lupakan soal pria idaman, ia akan memulai pembicaraan itu tanpa rasa suka.
Bayangkan saja empat tahun lalu ia benci pemuda bermasker itu dan sekarang ia menangis karena cemburu sungguh permainan takdir yang abstrak. memalukan, terlebih lagi Haya selaku abang kandung nya tidak pernah memberikan fakta bahwa yang ia tangisi lima hari yang lalu itu adalah pemuda yang selalu buat ia teriak, merajuk karena tiap hari dikerjain. atau lebih simpelnya sahabat Haya si pria bermasker.
Hafiz mencuri-curi pandang menatap Almira yang terlihat kebingungan, gadis itu memakan makanannya dengan kerutan dahi yang berulang-ulang. jika saja sudah halal, ia ingin sekali menggeser Haya lalu duduk di samping Almira untuk menenangkan nya. apa mungkin gadis itu masih memikirkan foto-foto viral dengan narasi palsu atas kedekatannya dengan Angeline. padahal ia hanya berniat menolong tanpa ada rasa sedikit pun pada gadis itu, sebab cintanya sudah habis pada gadis yang sering ia ganggu sejak empat tahun lalu yang kini ada di hadapannya.
Semoga setelah makan malam ini Almira mau di ajak berbicara minimal meluruskan semuanya sebab hatinya tidak pernah baik-baik saja semenjak mendengar ucapan Hanan yang marah terhadap nya. biarkan lah ia kalah langkah dengan Hanan soal kedekatan asalkan ia harus memastikan bahwa Almira adalah gadisnya titik. terdengar egois memang.
"Bella jangan gitu lah."
ceritanya keren banget seriuss😁✨✨
jangan lupa mampir di karya aku ya thor. terimakasih