Kamala Jayanti, gadis malang yang terlahir dengan tanda lahir merah menyala di kulit pipinya dan bekas luka di bawah mata, selalu menyembunyikan wajahnya di balik syal putih. Syal itu menjadi tembok penghalang antara dirinya dan dunia luar, membentengi dirinya dari tatapan penuh rasa iba dan cibiran.
Namun, takdir menghantarkan Kamala pada perjuangan yang lebih berat. Ia menjadi taruhan dalam permainan kartu yang brutal, dipertaruhkan oleh geng The Fornax, kelompok pria kaya raya yang haus akan kekuasaan dan kesenangan. Kalingga, anggota geng yang penuh teka-teki, menyatakan bahwa siapa yang kalah dalam permainan itu, dialah yang harus menikahi Kamala.
Nasib sial menimpa Ganesha, sang ketua geng yang bersikap dingin dan tak berperasaan. Ganesha yang kalah dalam permainan itu, terpaksa menikahi Kamala. Ia terpaksa menghadapi kenyataan bahwa ia harus menikahi gadis yang tak pernah ia kenal.
Titkok : Amaryllis zee
IG & FB : Amaryllis zee
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amaryllis zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pura - pura Mesra
"Kamala ...!" panggil Ganesha, suaranya terdengar sedikit gugup. Ia baru saja tiba di rumah orang tua Kamala, mengendarai motor bebek yang dipinjamnya dari karyawannya. Pakaian biasa yang dibelinya mendadak di pasar menutupi identitas aslinya. Untuk saat ini, ia tak ingin identitas aslinya diketahui oleh Mama angkatnya Kamala.
Kamala menoleh ke arah suara yang memanggilnya. "Mas, ngapain datang kesini?" tanyanya, suaranya terdengar sedikit gugup. Ia pura-pura memanggil nama Ganesha dengan sebutan "Mas", ingin menunjukkan pada Mama angkatnya jika ia hidup bahagia.
"Lagi ngapain kamu disini?" tanya balik Ganesha, matanya memandang Kamala dengan tatapan yang penuh kekhawatiran.
Ketika Ganesha melacak keberadaan Kamala, ia melihat jika Kamala pergi ke rumah orang tuanya. Ia datang mengusulinya karena takut terjadi sesuatu pada Kamala. Dan benar saja, ia melihat Kamala basah kuyup dan badannya bau ikan.
"Kamu kenapa sih?" tanya Ganesha, suaranya penuh kekhawatiran. "Kenapa kamu basah kuyup begini?"
Kamala menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan air matanya. "Aku cuma ingin mengambil barangku yang tertinggal," jawabnya, suaranya terdengar sedih.
“Ambilnya lain kali saja. Badanmu basah, nanti masuk angin jika didiamkan terus,” ujar Ganesha.
“Orang miskin macam kalian, enyah dari rumah saya dan barangmu itu, lupakan. Mungkin sudah jadi abu!” hardik Renata. Menatap benci melihat pasangan miskin jelata yang membuat matanya sakit.
“Saya juga tidak sudi untuk berlama disini!” dengus Ganesha. Lalu ia memakaikan jaket pada Kamala dan menarik tangannya, menuntunnya untuk naik ke atas motor.
Kamala duduk dengan tenang dibelakang Ganesha dan ia merasakan aroma parfum yang sangat menenangkan, aroma yang bisa membuatnya tenang, seakan bebannya hilang. Tanpa sadar Kamala menyandarkan kepalanya ke punggung Ganesha, hanyut dalam lamunan yang menenangkan.
“Jangan tidur!” tegur Ganesha saar merasakan kepala Kamala yang bersandar.
“Hah!” kamala tersentak kaget, lalu ia kembali sadar dan tidak lagi menyandarkan kepalanya.
“Saya tidak tidur,” seru Kamala.
“Kalau tidak tidur, ngapain barusan,” ujar Ganesha.
“Gak ngapain - ngapain,” dalih Kamala.
Motor yang dibawa Ganesha berhenti di depan butik. “Tunggu sebentar disini!” titahnya, lalu ia berjalan masuk ke dalam butik dan meminta bantuan pegawai untuk menyiapkan pakaian perempuan saru set dan alat sabun mandi dan shampo.
Setelah selesai membeli pakaian, Ganesha kembali ke tempat Kamala yang menunggunya di motor. Ia menyerahkan kantong plastik yang berisi pakaian baru pada Kamala. "Ini pakaian ganti untukmu! Sebaiknya, kamu mandi di toilet umum, jangan pulang dalam keadaan badamu yang kotor. Pakaian kotormu buang saja," ujar Ganesha, suaranya lembut tapi tegas.
Kamala merasa terharu dengan perhatian Ganesha. Tanpa disadari, Ganesha diam-diam peduli padanya. Ia menatap Ganesha dengan tatapan yang penuh rasa syukur.
"Terima kasih, Tuan," kata Kamala, suaranya bergetar karena terharu.
"Di depan sana ada toilet umum, kamu bisa mandi disana," ujar Ganesha, sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan kecil di seberang jalan.
Kamala mengangguk. Ia juga ingin segera mandi karena sudah merasa badannya sangat lengket dan bau amis ikan. "Terima kasih, Tuan,” katanya, lalu berjalan menuju toilet umum.
Ganesha menunggu Kamala di depan toilet umum, duduk di atas motornya sambil memperhatikan jalanan sekitar. Ia menikmati kesederhanaan yang ia rasakan saat ini. Dengan penampilan sederhananya, ia bisa bebas, tidak menjadi pusat perhatian orang-orang. Ia bisa bergerak tanpa takut dikenal dan didekati oleh orang-orang yang ingin meminta bantuan atau menawarkan bisnis.
"Sederhana memang nyaman," gumam Ganesha, senyum terukir di bibirnya. Ia menikmati kebebasan yang ia rasakan saat ini.
"Tuan, saya sudah selesai," kata Kamala tiba-tiba, suaranya menarik perhatian Ganesha yang sedang melamun. Ganesha tersentak kaget, lalu mengangguk. "Saya sudah pesankan taxi online untuk kamu pulang," ujar Ganesha.
Kamala mengerutkan keningnya, merasa bingung dan tidak mengerti. "Maksudnya?"
"Saya ada urusan lain dan kamu pulang sendiri naik taxi," jelas Ganesha. Ia sudah ada janji dengan Camelia akan pergi ke Mall dan tidak bisa mengantarkan Kamala pulang.
"Gitu dong bicara yang jelas!" seru Kamala, lalu ia berjalan melewati Ganesha, mengabaikannya, lalu masuk ke taxi yang sudah sampai.
"Bukannya pamitan dulu!" dengus Ganesha. Ia kesal melihat Kamala yang melengos pergi.
Di dalam mobil, Kamala melamun, memikirkan barang peninggalan Orang tuanya yang belum bisa diambil. Ia penasaran barang apa yang ditinggalkan oleh Orang Tuanya.
Ingatan Kamala teringat surat pemberian Ayah angkatnya.
Kamala yang lagi duduk di kursi, meja belajar perlahan membuka surat pemberian Ayahnya.
"Kamala Anakku tercinta, mungkin kamu membaca surat ini ketika Ayah sudah tidak ada, tapi walaupun ayah sudah tidak ada, tapi kasih sayang ayah untukmu, akan selalu ada selamanya, sepertinya kasih sayang orang tua kamu yang tak akan pernah sirna, selalu abadi selamanya. Walaupun raga memisahkan kita, tapi ayah dan orang tua kamu, selalu ada dihatimu.
"Ada yang harus ayah sampaikan padamu, didalam gudang, dibelakang lemari hitam, ada sebuah lubang rahasia, di lubang tersebut ada barang peninggalan orang tua kamu, dan kamu boleh mengambil barang tersebut ketika kamu sudah menikah.
"Kenapa harus sudah menikah? Kamu pasti bingungkan? Alasannya, karena itu permintaan Papa kamu. Ayah sendiri tidak tahu alasan yang sebenarnya. Janji, ya. Kamu harus mengambil barang tersebut ketika sudah menikah.
"Jika kamu sudah membaca surat ini, dibakar saja, ya. Jangan sampai orang lain tahu dan kata sandi lubang rahasia tersebut, tanggal pertemuan pertama orang tua kamu. Kamu masih ingat,’kan? Waktu itu, Ayah pernah cerita pertemuan Papa dan Bunda kamu."
Kamala menangis sesegukan setelah membaca surat tersebut dan sesuai perkataan Ayahnya, ia mengambil korek api, lalu membakarnya saat itu.
Kamala terdiam sejenak, mencoba menenangkan diri. Ia menatap ke luar jendela, memikirkan kata-kata Ayahnya. "Tanggal pertemuan pertama orang tua ku," gumam Kamala, suaranya terdengar sedih.
“Mungkin sekarang belum waktunya,” gumam kamala.
*******
Kamala pergi ke rumah singgah lagi, hatinya berdebar kencang. Ia sengaja menemui Nakula yang lagi duduk bermain gitar di teras rumah singgah.
"Nakula ...!" panggil Kamala, suaranya lembut dan manis.
Nakula yang lagi menghayati setiap alunan gitar yang menenangkan jiwanya sambil membayangkan mata Kamala yang indah, wajah cantiknya yang tersembunyi dibalik syal, tiba-tiba terkejut. Ia tahu bahwa Kamala memiliki tanda lahir di pipinya, karena waktu itu ia tidak sengaja melihatnya ketika Kamala sedang berwudhu sendiri. Kamala mengira tidak ada orang, ia membuka syalnya, padahal saat itu ada Nakula yang akan berwudhu juga. Tapi Nakula memilih bersembunyi dan memperhatikan Kamala dari jauh.
"Dihatiku, kamu tetap cantik!" gumam Nakula, suaranya penuh rasa kagum.
Tiba-tiba Nakula terkejut dan menoleh menatap Kamala yang ada dihadapannya. "Apa gue mimpi, lihat Kamala ada disini memanggil nama gue?" tanya Nakula, suaranya penuh kebingungan.
Kamala tersenyum lembut. "Enggak, gue beneran ada disini," jawab Kamala, suaranya penuh kehangatan.
Nakula menatap Kamala dengan tatapan yang penuh kebingungan. "Kamala, tumben sekali lo mau nyamperin gue," ucap Nakula, suaranya penuh keingintahuan. Ia menatap Kamala dengan tatapan yang penuh rasa kagum.
"Gue pengen aja, bukannya kita teman?" jelas Kamala, suaranya terdengar santai. Ia merasa bosan jika harus langsung pulang, lebih baik pergi ke rumah singgah untuk mencari hiburan.
"Iya, kita teman," seru Nakula, suaranya penuh kegembiraan. Ia menatap Kamala dengan tatapan yang penuh rasa syukur.
"Lo preman dari mana sih? Kok bisa nyasar ke rumah singgah?" tanya Kamala, ingin tahu latar belakang Nakula. Ia penasaran dengan kehidupan Nakula yang misterius.
Nakula merasa bingung harus bicara apa. Ia sebenarnya anak orang kaya yang gabut, merasa bosan dengan kehidupan yang mewah. Ia cosplay menjadi anak preman dan tinggal di jalanan, mencari petualangan dan kebebasan.
"Gue preman dari Tanah Abang," jawab Nakula asal, suaranya terdengar sedikit terkejut. Ia tak menyangka bahwa Kamala akan menanyakan hal itu.
"Oh, preman pasar Tanah Abang, gitu," celetuk Kamala, suaranya terdengar sedikit tertawa. Ia menatap Nakula dengan tatapan yang penuh rasa penasaran.
"Gak juga. Iya kali, gue preman pasar," cetus Nakula, suaranya terdengar sedikit kesal. Ia tak menyukai pertanyaan Kamala yang menyinggung perasaannya.
"Gue cuma mau mencari kebebasan," tambah Nakula, suaranya terdengar sedikit lesu. Ia ingin menjelaskan alasan di balik kehidupannya yang tak biasa.
"Kebebasan?" tanya Kamala, suaranya penuh rasa penasaran. Ia menatap Nakula dengan tatapan yang penuh rasa ingin tahu.
"Iya, kebebasan," jawab Nakula, suaranya terdengar sedikit tertekan. Ia ingin menjelaskan lebih jauh, tapi ia tak ingin membuka rahasia kehidupannya.
"Gue cuma mau hidup sesuai keinginan gue," tambah Nakula, suaranya terdengar sedikit tertekan. Ia ingin menjelaskan lebih jauh, tapi ia tak ingin membuka rahasia kehidupannya.
Terimakasih sudah suka dengan cerita ini
kalo bisa 2 atau 3🙏
jangan lama lama up nya dan banyakin up nya pls😭