Perjodohan antara Devendra dan Sabrina yang dilakukan oleh kakek Ardian menimbulkan polemik dalam rumah tangga keduanya.
Setelah melewati tiga tahun pernikahan, keduanya nampak akur dan mulai memperbaiki diri terutama Devendra.
Sejalannya waktu, cinta mereka dipertaruhkan, di mana Sabrina tertukar dengan wanita yang mirip dengannya yang merupakan tunangan tuan Gustaf.
Pertukaran pasangan ini menumbuhkan benih-benih cinta yang dirasakan tuan Gustaf pada Sabrina, apakah Sabrina jatuh cinta pada tunangan saudara kembarnya yaitu Sandrina. Yuk kita ikuti cerita dua pasangan ini!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Ujian Kehidupan
Tuan Devendra pulang ke rumahnya diantar oleh seorang wanita yang menemaninya minum, minuman keras.
Tubuh Devendra yang sudah lemas karena alkohol telah merusak otaknya dan juga membuat ia tidak bisa mengendalikan tubuhnya dengan normal.
Iapun memuntahkan lagi minuman itu di tempat yang sedikit menjauh dari tempat parkir.
Setelah itu kembali lagi ke tempat itu sambil merilekskan tubuhnya yang belum cukup kuat menompang kakinya untuk melangkah.
"Tuan!" Apakah anda baik-baik saja?" Tanya Anya cemas saat melihat wajah Devendra sangat pucat.
Devendra tidak mampu lagi menjawab karena kepalanya makin pusing.
"Mau aku bantu duduk di mobil?"
Devendra hanya mengangguk seraya memberikan satu tangannya pada wanita kenalannya yang sangat baik hati.
Anya dengan rela memapah tubuh Devendra menuju mobilnya.
Setelah memastikan Devendra duduk dengan nyaman, Anya menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan tempat klab itu.
"Apakah kamu masih bisa mengetahui arah pulang ke rumahmu?"
"Iya, aku masih bisa melihat cukup jelas. Rasanya aku tidak ingin pulang ke sana karena aku merasa rumah itu seperti neraka bagiku. Ada iblis yang selalu mengharapkan pemilik rumah itu mati dan ada juga wanita angkuh yang berharap aku menjadi lelaki hebat yang diharapkannya, sepertinya aku tidak boleh memilih untuk menjadi diriku sendiri." Ucap Devendra terlihat sedih.
"Apakah kamu sudah memiiki istri tuan?" Tanya wanita cantik itu sambil mengendarai mobil sport mewah miliknya.
"Aku memiliki istri yang sangat kaya nona, tapi aku hanya dijadikan pembantunya selama ini." Ucap Devendra makin kacau.
"Pembantu?" Maksud tuan, istri anda menganggap anda hanya seorang pembantu?" Tanya wanita cantik itu tidak mengerti dengan jawaban yang diberikan oleh Devendra padanya.
"Dia telah menipu diriku, bahkan dia dan kakekku ikut sekongkol bersamanya untuk menipuku. Awalnya aku mengira perusahaan itu adalah milik kakekku, tapi pada akhirnya aku mengetahui dari pesaing bisnisku, bahwa apa yang aku miliki bukan milikku tetapi milik istriku sendiri.
Kakekku yang datang dari luar negeri mulai menceritakan semuanya, bahwa selama ini dia hanya seorang asisten pribadi dari mendiang ayah mertuaku.
Agar dia tidak kehilangan harta perusahaan itu milik mendiang bosnya, akhirnya Kakekku meminta aku untuk menikahi ahli warisnya dengan begitu, secara tidak langsung, aku akan menjadi pemilik perusahaan yang dikelola olehnya selama ini." Ucap Devendra antara sadar dan tidak.
"Bukankah itu bisnis yang menguntungkan, lantas apa yang membuatmu marah?" Kamu bukan maling perusahaannya.
Jika selama ini Kakekmu merahasiakan sesuatu darimu, pasti dia ingin memastikan dulu secara psikologis, apakah kamu sudah siap menerima kenyataan pahit itu atau tidak.
"Turunkan egomu Tuan, jika tidak ingin kehilangan apa yang pernah kamu miliki semuanya selama ini, terlepas dari semua itu adalah milik istrimu.
Berpikirlah secara realistis, bahwa hidup yang kamu jalani ini tidak mudah. Sudah syukur Tuhan menentukan jodoh terbaik untukmu dengan cara yang unik, mengapa tidak kamu hargai setiap jerih payahnya kakekmu selama ini.
Sudah beruntung istirimu itu mau menerima pinangan kakekmu untukmu, bagaimana kalau istrimu itu menolaknya, bukankah itu sangat buruk bagi keberlangsungan kehidupan keluargamu?" Ucap wanita cantik itu memberikan pendapatnya dengan lugas.
"Apakah kamu ingin menyuruhku untuk berdamai dengan keadaan?" Tanya tuan Devendra.
"Begitulah cara Tuhan menentukan kebaikan untuk setiap hambaNya." Ucap Anya.
Devendra memperhatikan wajah Anya sesaat, Ia pun tersenyum pada wanita cantik itu, usai mendengar jawaban dari Anya yang sederhana namun terkesan sampai ke dalam sanubarinya.
"Bukankah kamu masuk ke klab untuk menghilangkan rasa luka yang membuatmu bisa melupakannya?" Tanya Devendra.
"Semua orang yang masuk ke sana memiliki tujuan mereka masing-masing, kalau aku hanya bersenang-senang, bukan untuk mengobati lukaku." Ujar Anya.
"Siapa namamu, nona?"
"Panggil saja namaku Anya!"
"Anya!" Terimakasih untuk tumpangannya Anya, aku harap kita bisa bertemu lagi karena kamu adalah sosok yang menyenangkan." Ucap Devendra.
"Jangan jadikan aku sebagai tempat pelarianmu, tuan karena aku tidak akan menerima itu sebagai awal pertemanan." Imbuh Anya.
"Terserah padamu saja menyikapinya seperti apa." Ucap tuan Devendra cuek.
Ia pun meminta Anya untuk menghentikan mobil gadis itu hanya depan pintu gerbang utama saja. Devendra membuka pintu mobil itu.
"Apakah kamu tidak ingin memperkenalkan dirimu, tuan tampan?" Tanya Anya sambil tersenyum menggoda.
"Devendra!" Ucap Devendra dengan mengedipkan sebelah matanya.
"Sampai jumpa lagi di kelab." Ucap Anya lalu meninggalkan tuan Devendra di depan pintu gerbang utama rumahnya.
Devendra berjalan dengan langkah gontai. Satpam yang melihatnya menawarkan diri untuk mengantarnya sampai ke pintu utama halaman rumah.
"Tuan apakah anda mau saya antar?" Tanya satpamnya.
"Oh iya, kebetulan sekali saya membutuhkannya." Ucap tuan Devendra setengah mabuk.
Sekitar tiga ratus meter jarak antara pintu gerbang utama dengan mansion milik Devendra.
Sabrina yang sengaja menunggu suaminya pulang, tersentak melihat suaminya pulang dalam keadaan mabuk.
"Astagfirullah, mas Devendra!" Sentak Sabrina terlihat miris dengan keadaan Devendra.
"Kenapa...?" Apakah aku tidak boleh minum?" Aku lebih baik memilih mati daripada menjadi pembantumu." Ucap Devendra.
"Mati saja kalau mas memang menginginkannya." Ucap Sabrina di luar dari dugaan Devendra.
"Kau...?"
"Kenapa...?" Bukankah mas tadi menantang mati karena tidak ingin hidup terhina denganku?" Lakukan saja karena itu tidak merugikan diriku.
Aku bisa membesarkan anak ini sendiri tanpamu karena aku memiliki segalanya. Persetan dengan hidupmu itu." Ucap Sabrina yang sengaja menjatuhkan suaminya.
Sabrina masuk ke kamarnya dan tidak peduli lagi dengan Devendra yang masih terkesima dengan kata-katanya.
"Jika aku berkata lembut, kamu akan makin membangkang. Mungkin dengan kata-kata kasar yang kamu butuhkan mas Devendra.
Maafkan aku ya Allah atas sikapku karena berkata kasar pada suamiku. Aku hanya ingin memberikan dia pelajaran agar dia tahu bahwa aku juga punya hati untuk di manja dengan kasih sayang darinya." Gumam Sabrina sambil mengusap air matanya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Nyonya Desy dan Inca seperti setan yang sedang menunggu kehancuran rumah tangga Devendra.
"Inca, lihatlah kakak sambungmu itu, jika dia mati, maka kita bisa mengusai rumah ini, karena rumah ini atas nama kakek bukan atas nama wanita itu." Ucap Nyonya Desy.
"Mami!" Bukankah saat ini mbak Sabrina sedang hamil anak dari mas Devendra?" Tanya Inca.
"Aku tahu itu sayang. Lebih gampang membunuh janin yang masih dalam kandungan ibunya daripada membunuhnya saat bayi itu sudah berada di dunia karena kita akan berurusan dengan hukum." Ucap nyonya Desy.
"Aku mampu menyingkirkan kedua orangtuanya Devendra dengan mudah, sebentar lagi kakek tua itu juga akan mati karena usianya yang sudah renta dan Devendra akan menyusul keluarganya itu....ha...ha...!" Tawa nyonya Desy dengan penuh kemenangan.
masih tanda tanya
belum dijelaskn😴😴
Syarat dan ketentuan:
Sudah tamat dan Penulis belum di kontrak/sedang tidak terikat kontrak dengan penerbit manapun.
Jenis naskah yang dicari:
1. Novel;
2. Kumpulan Puisi;
3. Kumpulan Cerpen;
4. Naskah non Fiksi, dll.
Jika bersedia harap segera menghubungi saya via DM instagram (@dwafril) atau laman chat yang tersedia pada platform ini.
AE Publishing Cab. Gresik
*paling lambat 15 Agustus 2023