NovelToon NovelToon
Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Status: sedang berlangsung
Genre:Kebangkitan pecundang / Kontras Takdir / Romansa Fantasi / Mata Batin / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ini Bukan Manusia

Bayangan kematian itu membuat air mata Salsa Liani tumpah seketika.

—"Dek? Kok diem?"

Suara Surya di telepon menyentak kesadarannya. Salsa buru-buru menghapus air mata. "Sori Kak, sinyal jelek. Tadi bilang apa?"

"Kakak lagi persiapan lomba bikin lagu, bakal sibuk banget. Nanti kalau udah kelar, kita rayain kerjaan barumu ya."

Salsa menahan isak tangisnya. "Oke, Kak. Semangat."

Klik. Sambungan diputus.

Salsa harus berpikir cepat. Di penglihatannya tadi, Surya bunuh diri karena dituduh memplagiat Angkasa Wiguna. Padahal faktanya terbalik. Angkasa mencuri lagu Surya.

Ditambah lagi, Angkasa di masa depan terlihat seperti bajingan—merokok dan angkuh, beda jauh dengan citra "Soft Boy" di TV.

Salsa mencoba menelepon Surya lagi, tapi tidak diangkat.

Panik, Salsa langsung meluncur ke rusunawa kakaknya. Surya tinggal di lantai 7 gedung tua tanpa lift.

Napas Salsa memburu saat sampai di lantai 5. Langkahnya terhenti. Tunggu... di penglihatan tadi, Kakak jatuh dari lantai ini.

Instingnya menuntun pandangan ke sisi kiri koridor yang sedang direnovasi.

Salsa tertegun. Pagarnya masih kokoh. Ada garis polisi kuning-hitam. Beda jauh dengan di masa depan yang blong tanpa pengaman.

Salsa menghampiri tukang yang sedang mengaduk semen. "Pak, pagar itu mau dibongkar ya? Diganti kaca?"

Si Bapak mendengus. "Ya kali, Neng. Rusun butut gini mau dipasang kaca? Pagar itu nggak bakal dibongkar, cuma mau dicat ulang."

Darah Salsa mendesir dingin.

Pemilik tidak berniat membongkar. Artinya, di masa depan, pagar itu sengaja dicopot seseorang agar Surya jatuh dan terlihat seperti kecelakaan.

Ini bukan kecelakaan. Ini rencana pembunuhan.

Dan pelakunya pasti pihak Angkasa.

Salsa lari menaiki tangga sisa dua lantai.

Dok! Dok! Dok!

"Kak! Buka!"

Pintu terbuka. Surya muncul dengan tongkat lipatnya, wajahnya bingung. "Salsa? Kok ngos-ngosan?"

Melihat kakaknya utuh, Salsa lemas karena lega. "Kenapa nggak angkat telepon?! Aku panik tau!"

"Lagi ngebut kirim email lomba, Dek. Deadline mepet."

"Lomba apa? Jangan bilang Kompetisi Lagu Orisinal?"

Surya mengangguk polos. "Iya. Baru aja terkirim."

Salsa langsung menerobos masuk. Di layar laptop tua itu, terpampang notifikasi Email Terkirim.

Terlambat.

Salsa memotret layar sebagai bukti jam pengiriman. "Kak, tau info lomba ini dari mana?"

Surya berdiri kaku seperti anak kecil yang takut dimarahi. "Dari Pak Rudi, pemilik toko musik."

"Pak Rudi?" Salsa mengernyit. Firasatnya buruk.

Salsa langsung browsing info lomba itu. Nihil. Tidak ada jejak digital sama sekali.

Ini lomba fiktif. Jebakan.

Udara di kamar panas, tapi Surya memakai kaos lengan panjang tebal.

"Kak, panas gini kok pake lengan panjang?"

Surya memalingkan wajah. "Agak dingin rasanya."

"Surya Linardi." Nada bicara Salsa menajam.

Tanpa aba-aba, Salsa menarik lengan baju kakaknya ke atas.

"Eh, Dek—" Surya refleks ingin menghindar, tapi kalah cepat.

Di lengan putih pucat itu, tergores luka panjang yang masih merah dan basah.

Napas Salsa tercekat. "Ini kenapa? Siapa yang bikin?"

Surya mundur, wajahnya pias. "Bukan apa-apa..."

"Jujur! Aku sekarang polisi, Kak!" Salsa menempelkan kartu anggotanya ke tangan Surya. "Pegang ini. Aku bisa lindungi kamu. Cerita sekarang!"

Tangan Surya gemetar meraba lencana timbul itu. Akhirnya, pertahanannya runtuh.

"Lima hari lalu... Pak Rudi kasih job nyetem piano di vila mewah pinggiran Jakarta. Bayarannya gede."

"Aku kelar tengah malam. Pas jalan di lorong lobi, aku denger suara orang nyeret sesuatu... dan percakapan aneh."

—"Bos, kayaknya udah mati."

—"Ck, nggak asik. Urusin mayatnya, gue mau cari hiburan dulu."

Surya menelan ludah, wajahnya ketakutan. "Aku ketahuan. Mereka sadar ada orang lewat."

"Terus?" Salsa meremas tangan kakaknya.

"Aku pura-pura dengerin musik pake headphone, jalan terus kayak orang buta tuli. Mereka ngetes aku... salah satunya nebas pisau di depan badanku."

Surya menyentuh lukanya. "Kena sedikit. Aku nahan sakit mati-matian biar nggak teriak. Kalau aku bereaksi, mungkin aku udah mati di sana."

"Kalimatnya: 'Gue mau cari hiburan dulu'?" tanya Salsa memastikan.

"Iya."

Salsa memutar video wawancara Angkasa Wiguna di HP-nya. "Dengerin suaranya, Kak. Mirip?"

Mata Surya terbelalak ngeri. Wajahnya memucat. "Mirip... banget. Nada bicaranya, jedanya... itu dia."

"Itu Angkasa Wiguna, Kak."

Surya syok berat. "Artis itu? Pembunuh?"

"Dia psikopat," desis Salsa.

Motifnya jelas sekarang. Surya adalah saksi kunci yang harus disingkirkan. Lomba fiktif itu cuma cara untuk memancing Surya keluar atau mencuri karyanya.

Masalahnya, di masa depan Surya dituduh plagiat. Kenapa Surya tidak bisa membuktikan lagunya asli?

"Kak, file mentahan lagu Surat dari Pulau Kabut aman?"

"Aman. Ide awalnya aku rekam di voice recorder tanggal 20 Mei." Surya mengeluarkan alat perekam kecil dari tasnya.

Tanggal 20 Mei. Tanggal keramat yang diklaim fans Angkasa di masa depan.

"Siapa yang tau kamu rekam di sini?"

"Pak Rudi tau. Aku sering latihan di tempat dia."

Gotcha. Pak Rudi pengkhianatnya.

Salsa mengoleskan salep ke luka Surya. Hatinya perih.

"Kak, pindah yuk. Tempat ini nggak aman."

Salsa langsung menelepon Maya Amelia.

"Kak Maya! Apartemen kosongmu masih ada?"

Di seberang sana, suara Maya meledak heboh. "Ada! Pake aja, gratis! Sal, aku lolos casting Bulan di Balik Jendela! Peran pendukung utama!"

Maya menangis haru. "Kalau kamu nggak nyelamatin aku waktu itu, aku nggak bakal bisa ngejar mimpi ini. Makasih banget, Sal!"

"Sama-sama, Calon Bintang. Nanti traktir ya!" Salsa menutup telepon sambil tersenyum.

Dia kembali menatap Surya. "Beres. Kita pindah ke apartemen temenku. Keamanan ketat."

"Tapi Dek..."

"Nggak ada tapi-tapian. Dulu Kakak yang jagain aku, sekarang gantian." Salsa nyengir. "Lagian nanti royalti lagumu buat aku semua kan?"

Surya tersenyum pasrah. "Iya, ambil semua."

Sambil beres-beres, mata Salsa tertuju pada alat perekam itu. "Alat ini aku sita ya, Kak. Masuk brankas."

Diam-diam, Salsa memesan alat perekam tipe yang sama persis lewat online shop. Pengiriman instan.

Dia punya rencana.

Pagi harinya, paket datang. Alat perekam palsu sudah di tangan. Salsa mengisinya dengan file lagu, tapi tanggalnya sudah dia ubah. Umpan siap.

Di perjalanan ke kantor polisi, HP Salsa bunyi.

Notifikasi transfer: Rp 8.888.000 dari Pakde Broto (Mantan Bapak Kos).

Chat: "Mbak Salsa ampun! Kaki saya patah! Duitnya saya balikin plus ganti rugi! Tolong jangan kirim santet!"

Salsa terkekeh. Karma instan.

Di kantor polisi, Salsa melapor ke Komandan Rakha.

"Angkasa Wiguna? Pembunuhan?" Rakha skeptis tapi mencatat. "Tanpa mayat dan bukti fisik, susah. Tapi bakal saya pantau. Dia memang licin."

Siangnya, Salsa menemani Surya ke toko musik Pak Rudi.

Pak Rudi sedang sibuk main HP, memunggungi pintu. Surya duduk manis menunggu.

Salsa mengintip layar HP Pak Rudi. Matanya menyipit membaca chat dengan klien.

Bukti Transfer: Rp 700.000.

Chat Klien: "Pak, Mas Surya jago banget! Piano saya jadi enak. Itu saya lebihin 200 ribu buat tip Mas Surya ya, kasihan tunanetra kerja keras."

Salsa mendidih.

Pak Rudi berbalik, tersenyum manis seolah malaikat penolong. "Sur, nih bayaranmu."

Ting! Notifikasi HP Surya berbunyi: "Dana masuk, seratus tujuh puluh ribu rupiah."

"Lho Pak, kok lebih 20 ribu?" tanya Surya polos.

"Itu tip dari klien, Sur," kata Pak Rudi dengan nada kebapakan yang menjijikkan. "Makanya kamu harus lebih ramah, biar klien seneng. Untung ada saya yang bantuin cari job."

Tangan Salsa mengepal kuat di dalam saku.

Pak Rudi memakan Rp 530.000 dari keringat kakaknya, lalu melempar remah-remah sambil minta dihormati.

Ini bukan manusia. Ini lintah.

1
Lala Kusumah
nah loh....
Tini Rizki
keren bikin penasaran lanjut Thor
Lala Kusumah
Alhamdulillah Salsa, rezeki anak Sholehah 🙏🙏👍👍😍😍
...cienta kamyu...
lanjut thoorr...semangat yaa
sahabat pena
syukurlah si playboy petra selamat 🤣🤣🤣🤣dag dig ser itu dihadapkan sama makanan dan minuman yg beracun
Lala Kusumah
alhamdulilah semua selamat, tegaaaanng pisan 🫣🫣😵‍💫😵‍💫🙏🙏👍👍
hebaaaaaatt Salsa 👍👍👍
Lala Kusumah
ikutan tegaaaanng kalau Salsa lagi mode on begitu 🫣🫣😵‍💫😵‍💫
sahabat pena
huhuhu up nya kurang byk kak.... lagi seru yeuh 🤣🤣🤣✌
Lala Kusumah
sukses selalu bang Surya 👍👍👍
Reni Syahra
kerenn bangett eksekusinya..
lanjutt thor💪
ganbatteee😍
Lala Kusumah
semangat Salsa 🙏🙏💪💪👍👍
saniati Amat
semangat trs thor,jgn lupa jg ksehatn,ditunggu up slanjutnya💪💪💪💪
renren syahra
up nya jng lama2 dong thor
sahabat pena
Luar biasa
Lala Kusumah
bakat Salsa emang hebaaaaaatt n kereeeeeennn 👍👍👍
Lala Kusumah
cepat tolong kakakmu Salsa 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
syukurlah
Melody Aurelia
bos gurem nih😄
Melody Aurelia
emang enak kalo kantong penuh
Melody Aurelia
keren loh 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!