Rumah tangga Luna yang sangat hangat secara tiba-tiba hancur tanpa aba-aba. Luna mendapati suaminya, Ares, berkhianat dengan sahabatnya sendiri, Celine. Luka yang sangat menyakitkan itu membuat Luna mencari penyebab suaminya berselingkuh. Namun semakin Luna mencari kebenaran, semakin banyak tanda tanya menghantuinya hingga akhirnya Luna memutuskan mengakhiri pernikahan mereka.
Benarkah Ares sudah tidak lagi mencintai Luna?
Ataukah ada suatu kenyataan yang lebih menyakitkan menunggu untuk terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Far, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUGAAN NOVAL BENAR
Luna merasa suasana kantor memang kembali normal. Gosip-gosip yang sempat beredar dan senyum iba mulai mereda. Tapi meskipun sudah terlihat tenang, Luna tahu betul semua nya tidak benar-benar hilang.
Namun Luna sudah tidak peduli. Luna hanya ingin menyelesaikan semuanya dengan bermartabat. Ia sudah terlalu banyak merasakan kesakitan, sudah cukup dipermainkan oleh keadaan. Kini ia memilih menegakan kepala, bekerja seperti biasa, dan membuktikan pada siapa saja yang pernah menjatuhkan mentalnya bahwa ia masih berdiri sampai saat ini.
Hari itu, Luna baru saja kembali dari pantry dengan segelas kopi susu hangat. Seketika langkah Luna terhenti saat mendapati Ares berdiri di depan pintu ruangannya.
Karyawan-karyawan yang melihat sosok Ares itu juga menghentikan aktivitasnya seketika. Setelah menyadari Luna juga memperhatikan mereka, spontan mereka pura-pura kembali bekerja sambil sesekali melirik penasaran.
Ares yang mengenakan jas hitam familiar, menatap Luna dengan dingin namun seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan. Entah amarah, ataupun pesan lain yang sebenarnya tak ingin lagi Luna dengar.
“Maaf aku mengganggu, bisa kita bicara sebentar?” suara Ares terdengar datar, namun jelas menahan sesuatu.
Luna menelan ludah. Tidak percaya sosok Ares akan datang ke kantornya pasca perceraian. Namun Luna sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi membiarkan dirinya direndahkan dengan cara apapun.
“Di sini bukan tempatnya,” jawab Luna pelan, berusaha tegar walaupun suaranya gemetar.
Ares diam beberapa detik, kemudian mengangguk. “Baik. Asal kamu tahu aku memberanikan diri melawan ketakutanku datang menemui kamu. Meski aku tahu setelah ini akan ada kesusahan kembali yang akan aku atau kamu hadapi. Tempat ini tidak luput dari pengawasan. Namun lihat… aku korbankan untuk bicara denganmu”
Mendengar ucapan Ares, Luna justru semakin bingung. Bahkan Ares tahu bahwa di kantor ini Luna sudah tidak bebas bergerak. Dan mengapa secara tiba-tiba Ares kembali banyak berbicara dengannya. Padahal, sebelumnya sangat sulit mendengar suara Ares.
“Kamu tahu di sini aku dalam pengawasan ketat oleh orang yang tidak aku kenal? Kalau begitu kenapa kamu masih melakukan pertemuan ini. Temui aku di hotel Gold Star jika memang perbincangannya penting.” Tanpa banyak kata, Luna masuk kedalam ruangannya dan menutup pintunya sedikit keras. Meninggalkan Ares di depannya.
Seketika suasa hening berubah menjadi bisik-bisik oleh rekan kerja Luna. Luna memilih duduk kembali, dan menikmati kopi susunya, seolah kejadian barusan hanyalah hal kecil yang tak berarti. Walaupun ia tetap memikirkan maksud kedatangan Ares.
***
Malamnya Luna duduk di ruang tamu. Sudah dua bulan Luna tinggal di hotel tersebut. Mengingat biaya yang cukup membengkak, Luna berencana menyewa apartemen sementara sambil menunggu tabungannya terkumpul untuk membeli rumah.
Di tengah khayalannya membayangkan rumah baru, tiba-tiba suara bel kamarnya berbunyi. Luna mengintip dari lubang pintu terlihat Ares berdiri didepan pintu dengan memakai jaket hitam.
Saat pintu terbuka, Ares dengan cepat masuk dan mengunci pintu kamar Luna dengan tangannya sendiri. Ares menatap Luna sebentar, kemudian menarik napas panjang.
Keduanya duduk berhadapan, Ares mengedarkan matanya kesegala penjuru ruangan. Memperhatikan detil ruangan tersebut.
“Kenapa kamu datang ke kantorku?” tanya Luna akhirnya.
Ares kembali menarik napas panjang. “Karena aku ingin mengingatkanmu, berhenti untuk berurusan dengan Celine, jangan dekati dia lagi. jangan biarkan kamu semakin terluka.”
Luna menatapnya dengan getir. “Ares, kita sudah bercerai. Aku tidak mungkin berurusan lagi dengan Celine. Dia sudah mendapatkanmu. Lalu untuk apa kamu melindunginya?”
“Ini bukan tentang Celine, Lun.” Ares memejamkan matanya sebentar. “Ini tentang kamu.”
“Untuk apa kamu masih peduli denganku?” suara Luna meninggi. “Apa ada permainan baru yang ingin kamu mainkan?”
Ares membuka mulutnya, tapi tidak terdengar apapun keluar dari sana. Hanya hening yang panjang menyelimuti ruangan.
Dan Luna yakin, jawaban itu tidak akan pernah ia dapatkan malam ini.
Keesokan harinya, sebelum Luna sempat benar-benar memproses pertemuannya dengan Ares, dunia kembali diguncang. Celine mengunggah foto di media sosialnya yang menampilkan foto Ares dan Luna duduk berdampingan di pantry kantor. Sudut pengambilan gambar yang jelas seolah-olah memang ada hubungan spesial antara mereka.
Tertulis caption yang sangat spesifik:
“Sebuah Bank swasta ternama mempekerjakan wanita yang baru saja bercerai karena kedekatannya dengan seorang rekan kerja yang sudah memiliki tunangan.”
Tentu saja hal tersebut membuat heboh indonesia. Celine yang merupakan selebriti media sosial dengan memiliki banyak pengikut, tentu mudah menyebarkan hal tersebut. Banyak akun gosip yang menggoreng berita tersebut.
Luna hampir tidak bernapas. Namun ia berusaha tetap duduk tegak.
Noval datang menghampiri Luna dengan wajah merah menahan marah. “Luna, ini sudah kelewatan. Dia berusaha menjatuhkan kamu.”
Luna menatap Noval. “Jangan pikirkan aku. Pikirkan Nuri, tunanganmu. Apa ini baik-baik saja untuk dia?”
“Nuri sangat prihatin dengan apa yang terjadi. Nuri-lah yang selalu menyemangati aku. Bahkan dia beberapa kali ingin menghubungi kamu untuk sekedar memberikan semangat kepada kamu. tapi aku yang melarang.” Noval menepuk pundak Luna.
Mereka berdua hanya bisa saling menatap. Luna menyadari hal ini terjadi tentu karena Celine marah Ares menemuinya. Luna sudah siap dengan semua yang akan terjadi, dan semuanya benar-benar terjadi.
***
Malam itu, Noval yang baru saja melepas jas kerjanya dikejutkan oleh suara ketukan keras pintu apartemennya. Ketika Noval membuka pintu, ia dikejutkan dengan sosok Ares yang berdiri di sana, wajahnya pucat dan tegang, seperti dikejar sesuatu.
“Maaf mengganggu waktu kamu. boleh aku masuk?” suara Ares Rendah, tergesa.
Noval mengangguk. “Tentu.”
Begitu pintu tertutup, Ares langsung berbicara dengan tegang. “Aku tidak punya banyak waktu, aku harus sampaikan sekarang juga.”
Noval mengerutkan kening. “Ares tenanglah, ada apa ini?”
“Noval, percayalah. Aku tidak pernah menginginkan perceraian ini terjadi. Ini semua bukan pilihanku.”
Noval membeku. Apa yang ia duga selama ini keluar dari mulut Ares, dan itu seketika membuat tubuh Noval membeku dan dadanya terasa sesak.
“Ada tekanan, ada sesuatu yang tidak mungkin kamu mengerti. Tapi percayalah, semuanya demi melindungi Luna.” Suara Ares bergetar, seolah menahan emosi yang meledak di dalam dirinya.
Noval menelan ludah, lalu mengangguk perlahan. “Ares, aku sudah menduganya dari awal. Tapi kenapa kamu tidak langsung katakan pada Luna?”
“Itu akan membahayakannya.” Ares meraih bahu Noval, genggamannya kuat. “Tolong jaga Luna. Jangan biarkan dia mengetahui semua ini. Sekarang bukan saatnya. Aku sangat percaya kamu, Val.”
Noval menatap Ares lama, kemudian menghela napas berat. “Ares, apa kamu sadar, apa yang selama ini kamu lakukan sangat menghancurkan Luna.”
Ares menutup mata sejenak. “Aku tahu. Dan itu yang paling menyakitiku.”
Seketika suasana hening. Hanya terdengar suara detak jam dinding.
Ares melepaskan genggamannya, dan berjalan ke arah pintu. Sebelum ia membuka pintu, ia berbalik sekali lagi. “Ingat jangan biarkan Luna mengetahui ini. Demi dia.”
Tanpa menunggu jawaban, Ares melangkah keluar.
Noval berdiri terpaku. Dadanya sesak oleh kenyataan yang baru ia ketahui.
Tanpa sengaja Noval menatap pintu apartemennya yang sedikit terbuka. Dari selah pintu terlihat sekelibat bayangan melewati pintu. Noval dapat melihat seseorang melewati unitnya dengan menggunakan hoodie berwarna merah muda. Dan Noval dapat mengenali dari bentuk tubuhnya, orang tersebut adalah wanita.
Dengan cepat Noval berlari keluar unitnya. Ia masih menemukan wanita tersebut. Dari belakang Noval mengikutinya yang berjalan pelan. Noval sangat yakin bahwa wanita itu pasti Celine yang sedang mengikuti Ares.
Noval berhasil meraih bahunya, dan memutar badan wanita itu hingga berada di dekapannya. Ia menutup mulut wanita yang mengenakan masker wajah, agar tidak berteriak.
Noval membawanya ke koridor didekat lift.
Siapakah wanita yang berhasil Noval tangkap? Apakah benar dia Celine?