Tiga tahun Arunika rela menjadi istri yang sempurna. Ia bekerja keras, mengorbankan harga diri, bahkan menahan hinaan dari ibu mertua demi menyelamatkan perusahaan suaminya. Namun di hari ulang tahun pernikahan mereka, ia justru dipaksa menyaksikan pengkhianatan paling kejam, suami yang ia cintai berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Diusir tanpa belas kasihan, Arunika hancur. Hingga sosok dari masa lalunya muncul, Rafael, pria yang dulu pernah dijodohkan dengannya seorang mafia yang berdarah dingin namun setia. Akankah, Rafael datang dengan hati yang sama, atau tersimpan dendam karena pernah ditinggalkan di masa lalu?
Arunika menyeka air mata yang mengalir sendu di pipinya sembari berkata, "Rafael, aku tahu kamu adalah pria yang kejam, pria tanpa belas kasihan, maka dari itu ajari aku untuk bisa seperti kamu!" tatapannya tajam penuh tekad dan dendam yang membara di dalam hatinya, Rafael tersenyum simpul dan penuh makna, sembari membelai pipi Arunika yang basah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. apa dia pantas disebut ayah?
Gedung Arummuda Enterprise siang itu dipenuhi hiruk-pikuk yang tak biasa. Puluhan wartawan berdesakan di lobi, kamera dan mikrofon teracung tinggi, menanti sosok yang selama ini hanya jadi rumor.
Dan benar saja, pintu utama terbuka. Rafael melangkah keluar dari mobil hitamnya dengan aura dingin yang membuat semua wartawan sontak terdiam sepersekian detik. Di sisinya, Arunika turun anggun, gaun elegannya membungkus tubuh rampingnya. Satu tangan Rafael menuntun istrinya, seolah ingin memperlihatkan pada dunia bahwa tak ada satu pun yang bisa menyentuhnya tanpa seizinnya.
Sorotan kamera langsung menyambar wajah Arunika, mikrofon berdesakan ke arahnya.
“Benarkah Anda Nona muda Arummuda yang selama ini menghilang?”
“Kenapa baru sekarang Anda muncul di publik?”
“Tuan Roman! Apa benar Anda menyembunyikan putri Anda selama tiga tahun terakhir?”
Roman yang berdiri di depan pintu masuk perusahaan tersenyum penuh wibawa, meski keringat halus tampak di pelipisnya. Dengan gaya seorang ayah penyayang, ia meraih Arunika dan memeluknya erat di depan semua kamera.
“Arunika adalah putri kandungku,” suaranya lantang, dibuat-buat hangat.
“Aku menyembunyikannya demi keselamatannya. Dunia bisnis ini kejam, banyak yang menginginkan kematiannya karena, Arunika adalah salah satu orang yang memegang saham terbesar di perusahaan ini ... sebagai ayah, tugasku adalah melindungi.”
Wartawan langsung bersorak dengan pertanyaan baru, blitz kamera terus menyambar. Arunika hanya tersenyum, membiarkan tubuhnya dalam dekapan Roman, seolah-olah benar-benar putri manja yang disayang ayahnya. Namun Rafael, yang berdiri di belakangnya, matanya menyipit tajam. Ia tahu, setiap kata Roman bukanlah perlindungan, melainkan sindiran halus yang diselipkan untuk menusuk dirinya.
Ruang rapat lantai 15 siang itu.
Suasana tegang, semua dewan direksi duduk melingkar. Roman di kursi utama, sementara Rafael dan Arunika duduk berdampingan, menguasai ruangan dengan aura yang tak terbantahkan. Zhilo masuk terakhir, wajahnya masih pucat, tapi matanya menyala penuh ambisi. Rafael membuka rapat dengan suara dalam, tanpa basa-basi.
“Sebagai investor terbesar di perusahaan ini, aku hanya ingin satu hal jelas. Zhilo tidak pantas duduk di kursi penting Arummuda Enterprise. Jika ia tetap di sini, maka sahamku akan kutarik dalam waktu 24 jam.”
Ruangan langsung riuh. Beberapa direksi saling berbisik panik. Zhilo sontak berdiri, wajahnya memerah.
“Tuan Rafael! Anda tidak bisa...”
Namun sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, suara lembut namun tegas memotong.
“Diam, Zhilo.” Arunika bersuara, membuat semua kepala menoleh. Wanita itu bangkit perlahan, menatap Zhilo dengan sorot mata tajam.
“Paman pikir Paman siapa, berani menentang suamiku di depan semua orang?” suaranya dingin, penuh tekanan.
“Mulai hari ini, aku akan mengambil alih posisimu. Aku, putri sah keluarga Arummuda, pewaris tunggal perusahaan ini.”
Zhilo terdiam, bibirnya bergetar tapi tak ada kata yang keluar. Aura Arunika benar-benar menekannya, terlebih tatapan Rafael yang siap menelan siapa pun yang menentang. Roman memandangnya lama. Senyumnya tersungging, palsu, dibuat-buat.
“Baiklah,” katanya akhirnya, suaranya datar. “Jika itu yang kau inginkan, Arunika. Ayah hanya bisa setuju.”
Semua direksi menahan napas. Roman baru saja menyerahkan kursi Zhilo kepada Arunika. Namun hanya Rafael yang bisa membaca jelas senyum tipis di wajah Roman, senyum penuh kepalsuan, senyum yang menyembunyikan ribuan rencana busuk di baliknya.
"Kau masih butuh aku, Roman, pikir Rafael dingin. Tapi aku lebih tahu … kapan harus menguburmu dengan tanganmu sendiri."
Rafael, mengulurkan tangan ke arah Arunika, wanita itu bangkit dan menggenggam tangan suaminya. Roman, hanya memberikan pelukan singkat sebelum Arunika pergi meninggalkan ruangan rapat bersama dengan Rafael. Begitu pintu ruangan tertutup, Zhilo langsung bereaksi.
"Kakak, apa kau gila?! Kau mencampakkan aku dari perusahaan ini?!" teriak Zhilo dengan suara lantang.
"Diam kau! Kau tidak punya hak untuk meninggikan suaramu di depanku," Roman berjalan ke arah dinding kaca yang besar, kedua tangan dimasukan ke dalam saku celananya.
"Biarkan burung merpati terbang dan bermain sepuasnya. Sebelum sang pemburu datang menembak dan membiarkannya mati begitu saja. Kau harus ingat satu hal Zhilo," Roman berbalik dan menatap tajam ke arah adiknya.
"Seseorang masih berada di tangan, Rafael. Jika kau mau bertindak pikirkan konsekuensi yang kau dapatkan," tukas Roman.
"Aku tidak akan membiarkan anak ingusan itu mengambil posisiku! Tiga tahun aku berjuang keras untuk mendapatkan ini! Tapi dia malah menendangku? Aku tidak sebaik itu untuk menerima hinaan ini," kata Zhilo dengan marah, lalu pergi meninggalkan ruangan rapat itu. menyisakan Roman dengan wajah datar dan alis berkerut.
Mobil hitam mewah milik Rafael meninggalkan perusahaan Arummuda, dan berjalan mulus di jalan yang dipenuhi dengan lalu lalangnya kendaraan lain. Arunika tersenyum penuh arti, setidaknya satu persatu orang yang menyakitinya telah berhasil ia singkirkan.
'Setelah semua ini ... orang yang harus ku hadapi adalah ... dia Rafael. Orang yang dingin mudah untuk diatur tetapi sejujurnya orang yang paling sulit untuk tumbang,' tangan Arunika tanpa sengaja menggenggam erat jemari Rafael, membuat pria itu menoleh serta keningnya ikut berkerut.
'Jangan berpikir kau akan membuangku setelah kau berhasil menyebrang, Arunika. Dalamnya lautan mungkin dapat kau hitung, tapi dalamnya hati seseorang, kau tak dapat mengukurnya ...'
Salam sehat ttp semangat... 💪💪😘😘
Salam kenal Thor.. 🙏🏻
mikir nihh