NovelToon NovelToon
Dikutuk Jadi Tampan

Dikutuk Jadi Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Obsesi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Harem
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: HegunP

Hidup Edo menderita dan penuh hinaan setiap hari hanya gara-gara wajahnya tidak tampan. Bahkan ibu dan adiknya tidak mau mengakuinya sebagai bagian dari keluarga.

Dengan hati sedih, Edo memutuskan pergi merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan baru. Tapi siapa sangka, dia malah bertemu orang asing yang membuat wajahnya berubah menjadi sangat tampan dalam sekejap.

Kabar buruknya, wajah tampan itu membuat umur Edo hanya menjadi 7 tahun saja. Setelah itu, Edo akan mati menjadi debu.

Bagaimana cara Edo menghabiskan sisah hidupnya yang cuma 7 tahun saja dengan wajah baru yang mampu membuat banyak wanita jatuh cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HegunP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Cowok Kuat

“Woy Putri! Ngapain gangguin aku terus. Pergi sana! Jangan sok jadi pahlawan!” bentak Edgar penuh emosi kepada Putri yang lagi-lagi mengganggu kesenangannya menyiksa Edo.

Seperti hari-hari biasa, di lapangan belakang sekolah, remaja kurus itu menjadi bulan-bulanan Edgar hanya karena Edo berwajah jelek serta karena hari ini mendapat nilai ulangan matematika jelek.

Seperti biasa juga, Putri datang di waktu yang tepat. Saat Edo hampir pingsan, Putri datang mencegah Edgar agar tidak bertindak lebih jauh lagi.

Edo terlentang tak berdaya di tanah. Edgar duduk di atasnya. Ada 4 teman setia Edgar juga ada di sana, asik menonton.

“Sudah kubilang, aku gak suka melihat kekerasan. Kalau cuma ngejek muka dia, silahkan. Tapi kalau sampai bikin nyawanya hampir melayang, gak bisa kubiarkan!” tukas Putri yang tetap tenang, berdiri tidak jauh dari Edgar.

Edgar membuang kasar cengkraman tangannya dari kerah Edo lalu cepat mendatangi Putri.

“Jangan-jangan lu sebenernya suka sama si kodok ini, ya?” 

“Kalau iya kenapa?” 

Edgar tertawa geli. Tahu kalau Putri tidak serius mengatakan hal itu. Cuma membual saja.

“Andai bapakmu bukan orang kaya, udah dari lama aku bikin kamu kaya si kodok itu!” ucap Edgar dengan tatapan melotot dan penuh penekanan.

Putri tetap bersikap tenang seolah tatapan dan kata-kata Edgar hanyalah angin lewat yang tidak perlu dipikirkan.

Edgar dan kawan-kawannya yang tidak bisa melakukan apa-apa lagi, pun memilih pergi dari tempat itu. 

Sesaat setelah Edgar dan gengnya sudah tak terlihat, Putri juga mulai melangkah pergi. Namun, Edo yang masih terduduk lemas di tanah memanggil Putri.

“Put, apa benar kamu suka sama aku? Kamu serius, kan?” tanya Edo dengan penuh harap. 

Putri menoleh ke belakang lalu tertawa sinis. “Kamu ternyata gak bisa bedain mana kata-kata serius, mana bercanda. Gak mungkin aku suka sama cowok jelek kaya kamu. Seleraku cowok ganteng!” jawab Putri ketus.

Edo tentu jadi kecewa berat mendengarnya. Padahal sudah berharap kalau perkataan Putri ke Edgar tadi adalah kejujuran yang tulus.

Edo tertunduk sedih.

Namun, tanpa Edo lihat dan sadari, Putri yang masih menengok ke belakang nampak seperti sedang iba ke cowok kurus itu. Lalu cewek itu mengatakan sesuatu yang tidak akan dilupakan Edo selamanya.

“Kamu cuma jelek, tapi tidak lemah.” Begitu katanya.

Kepala Edo langsung dibuat tegak kembali. Menatap Putri dengan pandangan berkaca-kaca.

“Kalau anak lain mungkin sudah berhenti sekolah dari dulu. Tapi kamu tetap rajin sekolah meski setiap hari direndahkan dan dihajar Edgar. Itu berarti kamu gak lemah. Kamu kuat. Kamu seorang pejuang.”

“Aku … kuat? Edo mengulangi ucapan Putri dengan terbata-bata.

“Iya. Itu kelebihanmu. Sebenarnya aku suka cowok kuat, yang tetap kuat berdiri meskipun dibenci banyak orang. Bagiku, cowok kaya gitu sangat keren. Sayangnya, mukamu itu malah bikin aku ilfeel. Andai mukamu sedikit enak dipandang, mungkin aku mau jadi pacarmu.”

Setelah berkata panjang lebar, Putri lantas pergi dan tidak menoleh lagi. Edo masih terdiam dengan tatapan berkaca-kaca.

Edo lalu menangis. Merasa harusnya bisa mendapatkan Putri dari dulu jika wajahnya tidak sejelek ini.

Dan pada akhirnya, semua ingatan-ingatan masa lalu itu pun buyar. 

Pikiran Edo kembali ke waktu sekarang. Kembali di waktu dimana ia sedang ada di dalam mobil Dian. Dan tangannya sedang bergerak untuk mengambil uang 50 juta dari tangan tante-tante itu.

Uang itu pun sekarang berpindah ke tangannya.

Dian tersenyum. Begitu pun juga Edo. 

“Jadi gimana? Kita mulai malam ini atau besok?” tanya Dian yang merasa telah menang mendapat Edo.

Tapi siapa sangka, Edo malah melakukan sesuatu yang membuat Dian melotot dan naik pitam.

Uang 50 juta di tangannya ia lemparkan ke wajah Dian dengan sangat keras sampai muncul bunyi “PLAASS!”

Uang-uang itu jadi berhamburan ke mana-mana. Bertebaran ke tiap sudut ruangan mobil.

“Kurang ajar Kau!” sergah Dian sambil terkesiap.

Pengawal botak berbadan kekar yang dari tadi berdiri di luar mobil lantas cepat-cepat membuka pintu mobil lalu mencengkram leher Edo dengan sangat dalam.

 “Argh!”

Edo kembali dibuat kesusahan napas hingga menggeliat.

“Jangan apa-apakan anak ini. Lepasin! Ini urusanku dengan dia!” perintah Dian. Si pengawal menurut.

Edo terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya yang kesakitan. Sementara Dian jadi dibuat memijat-mijat kepalanya sendiri.

“Mba pikir aku akan luluh dengan iming-iming uang. Aku ini cowok kuat. Punya cara sendiri untuk bisa jadi kaya raya. Aku juga punya cewek spesial yang hanya akan setia kepadanya!” sergah Edo, sedikit terbata-bata karena lehernya yang masih sakit.

Dian malah menyeringai. “Kamu cowok yang menarik. Baru kali ini ada cowok yang menolak tawaranku meski ku bayar mahal. Uang 50 juta itu udah yang paling—”

“Gak usah banyak omong. Buruan lepasin aku! Aku harus kembali ke warung!” potong Edo yang sudah tidak mau lama-lama dekat dengan perempuan di sebelahnya ini.

“Baik, silahkan pergi. Tapi ingat, aku akan terus mengejarmu sampai kamu mau tidur bersamaku. Meski pakai cara apapun!” 

“Iya, iya. Terserah Tante saja, lah. Sudah dulu ya,” ucap Edo sembari bergegas keluar mobil.

“Sudah kubilang jangan panggil aku Tante, tapi panggil Mba!” pekik Dian namun tidak ditanggapi karena Edo sudah keluar dari mobil. Pengawal botak itupun juga tidak bertindak apapun dan membiarkan Edo pergi.

Edo menghela napas lega. Ada ukiran senyum muncul di sudut bibirnya. Dia merasa bangga bisa lolos dari godaan tadi.

Tekatnya pun jadi terasa makin kuat untuk jadi orang kaya pakai cara benar dan semakin semangat untuk menggapai Putri.

“Putri, seperti yang pernah kau katakan kepadaku dulu, ‘aku cowok kuat.’ Aku sekarang juga sudah berubah jadi ganteng. Tunggu aku, ya, sampai aku jadi orang kaya,” lirihnya sambil menatap langit pagi yang cerah.

...****...

“Aduh … capek banget. Lebih capek dari kemarin!” keluh Edo saat memasuki kamarnya dan langsung merebahkan diri di tempat tidur. Dia baru selesai bekerja seharian di warung.

Wajah Edo sangat letih karena pembeli di hari kedua ternyata lebih ramai dibandingkan kemarin. Dia tidak perlu berdiri di luar warung seperti seorang sales lagi.

Para pembeli yang berkunjung kebanyakan emak-emak dan wanita muda yang pernah membeli kemarin. Tapi tidak sedikit ada pembeli baru. Ini tentu membuat Taufik dan Edo senang bukan main, meskipun badan terasa sangat capek karena melayani lebih banyak pembeli.

Sepertinya berita tentang adanya warung makan yang pegawainya tampan rupawan telah tersebar cepat lewat mulut ke mulut.

“Benar yang dikatakan pak Taufik, wajah ganteng ternyata bisa membawa keberuntungan. Pantas saja banyak orang pengen jadi good looking,” ucap Edo sambil menyentuh hidungnya yang mancung. 

Dia bangga dengan kutukan tampannya. Tapi tetap saja, bayangan akan kematian yang akan dihadapi 7 tahun lagi tetap bikin merinding.

Selain itu, ia juga mulai sadar kalau punya wajah tampan membuat hidup jadi diserang banyak godaan.

Terbukti dengan tindakan Miya yang nekat nyosor bibirnya. Terus ada si Dian yang tadi pagi sangat memaksa dan rela mau bayar mahal agar bisa mau diajak tidur bersama.

Edo menutup mata. Dia ingin istirahat. 

Tapi tiba-tiba, HP-nya berbunyi. Ada panggilan masuk dari Miya.

Edo bangun dari baringnya dan mengangkat panggilan itu dengan wajah malas. 

“Ada apa Miya?”

“Kak Pangeran tolong aku. Aku mau diculik!” 

Edo sontak terkejut. “Kamu di mana sekarang?”

“Aku lagi dikejar-kejar orang. Ngumpet di lapangan komplek 5.”

“Dimana itu?” Edo tidak tahu tempat yang dikatakan Miya karena memang belum begitu tahu dengan lingkungan di wilayah ini.

“Aku kirim lokasinya. Cepat kesini, Kak Pangeran. Aku takut!”

Dan panggilan terputus.

“Halo! Halo! Miya!”

1
Sharon Dorantes Vivanco
Gak akan kecewa deh kalau baca cerita ini, benar-benar favorite saya sekarang!👍
HegunP: makasih. ikutin terus ceritanya, ya. karena akan makin seru 👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!